“Hei, Bro..!! besok pada ikutan PEMILU gak neh?”, Ardi langsung nimbrung diantara teman-temannya yang lagi ngumpul memanfaatkan jam pertama yang kosong.
“Ih..Berisik !!”, Irwan sewot sambil menggeser badannya, kembali konsentrasi nggarap contekan PR Matematika.
“Kalo Lu, Bro?”, Ardi mengalihkan pada Anto.
“Apaan sih nih anak datang-datang ngomongin PEMILU. Emang kamu udah belajar buat Ulangan Fisika jam keenam nanti?”, Anto yang lagi Friendsteran diHP ikutan dongkol, cuek beibeh..
“ Iya tuh, ikutan pemilu kata Ustadzku hukumnya haram. Kafir tuh yang ikut pemilu”, Jhoni yang suka bergaya “Islamisme” langsung nongol dari tempat duduknya.
“Iya, lagian buat apa sih kita mikirin politik yang busuk itu!!” , Icha yang dari tadi mematung didepan cermin bedak mencetin jerawat sejagung yang nempel dijidatnya ikutan kesetrum pembicaraan.
“Ahh...kalian ini, merasa sebagai penduduk Indonesia nggak sih? Masak nggak mau mikirin Bangsa sendiri?”, Gantian Ardi yang ikut sewot. Maklumlah, Ardi ini kan anak Paskibra. Jiwa nasionalismenya bangkit ketika teman-temannya merasa nggak peduli terhadap obrolan masalah bangsa. Khususnya yang lagi ramai dibicarakan saat ini. PEMILU yang akan berlangsung tanggal 9 April besok.
Icha langsung nanggapi juga dengan nada sewot, “ ih, kok sewot sih. Bukannya kita nggak peduli sama bangsa kita, Di. Tapi jujur saja aku merasa jenuh, lihat tuh diberita para wakil rakyat yang pada nggak bener. Please deeh...cari tema lain”.
“Iya nih, Ardi. Kesurupan setan lapangan belakang kali ya. Yang penting sekarang tugas kita sebagai anak bangsa itu ya Belajar...belajar...dan Belajar...”, Irwan dengan wajah ditekuk langsung bangun mendengar keributan teman-temannya ngobrolin politik bangsa ini.
“ Betul tuh Di, gak usah pusing-pusing ikutan PEMILU deh. Partai sekarang makin berjubel saking banyaknya, belum lagi tokoh politik yang umbar janji manis, terus para anggota dewan yang semakin membuat malu nama bangsa mulai dari korupsi, skandal seks, penipuan ijasah..ahh pokoknya gak usah mikirin gituan deh!!” Randy yang sedari tadi Cuma sebagai pendengar setia juga ikutan nyumbang suara.
“Hooh, lagian nggak dosa-dosa amat nggak ikut pemilu. Gak ngaruh. Tanya tuh Ustadnya, Betul gak Bro?”, Anto mengalihkan wajah sebentar dari depan HPnya ke sosok siswa berjenggot tipis yang lagi serius membaca buku materi FISIKA kelas 3. seketika semua pandangan ke Ikhlas.
Merasa sosoknya jadi point of interest, dia langsung menyunggingkan senyum paling manisnya. Icha dan Nia klepek-klepek.
” Eh Sob, pendapat-pendapat kalian tadi sebetulnya mencerminkan pemahaman kalian terhadap masalah yang lagi kita bahas ini loh. Aku setuju pendapatnya Irwan, sebagai seorang pelajar tugas kita adalah belajar agar bisa memberikan prestasi yang terbaik buat bangsa ini. Aku juga sepakat dengan semangatnya Ardi, bahwa kita adalah pemuda-pemuda penyokong tulang punggung bangsa karena bagaimanapun kondisi bangsa kita 10 tahun mendatang tergantung dari para pemudanya seperti kita ini. Aku juga sependapat dengan Icha, jenuh dengan kondisi para wakil rakyat yang semakin jauh dari harapan pemilihnya dulu. Ini salah rakyat memilih dia atau memang sejak awal si oknum wakil rakyat ini memang tidak punya akhlak yang baik tapi akhirnya terpilih, terus terkait GOLPUT. Itu tergantung, Bro..!!”
“ Tergantung? Tergantung apaan Bro ?!”, Randy menimpali.
Semua mata yang memandang sosok ketua ROHIS ini takjub dengan kebijaksanaannya menengahi obrolan mereka. Irwan yang sibuk nyontek jadi melek, Anto yang lagi FS-an jadi melongo, Randy yang sedari tadi ngemut pensil ikutan takjub, Icha yang mencetin jerawat jadi ngiler lihat sosok gantengnya Ikhlas...
“ sebelum kita berjbicara panjang kali lebar mengenai GOLPUT, tentunya kita harus tahu dulu mengenai POLITIK itu sendiri. Bagaimana kita harus bersikap terhadap politik, dan apakah Islam juga ngurusi Politik. Oke, Sob. Kita bahas satu persatu”. Spontas anak-anak kelas XII IPA 3 itu membentuk lingkaran mengerubungi tempat duduk Ikhlas. Maklumlah, selain dikenal sebagai ketua ROHIS yang pintar, bijak, bintang kelas, gaul namun tawadhu ini juga terkenal sebagai Artisnya sekolah ini. Cakep seperti Orlando Bloom dikasih jenggot tipis dikit. Bakal betah deh kalo dekat dengan si Do’i.
“Apa sih politik itu? Kata pepatah, ‘tak kenal maka ta’aruf, eh, tak kenal maka tak sayang”. Pepatah ini mengandung pengertian bahwa kalo nggak mengenal terhadap sesuatu atau seseorang, maka sudah ada jaminan kalo kamu nggak bakalan punya perhatian sama sesuatu atau seseorang itu. Nah, ketika kita ngomongin soal politik, maka harus kenal dulu apa itu politik. Lalu kalau mau ngomongi hukumnya politik dalam Islam, terutama pembahasan mengenai demokrasi dalam Islam itu artinya, kita harus tahu dulu dasar-dasarnya. Betul Gak?”
Semuanya kompak untuk mengangguk. Tak terkecuali Nia yang lagi ngemil bakwan kantin.
“ Brother and Sister, Islam nggak hanya mengatur urusan ibadah ritual aja seperti sholat, zakat, puasa, dan sejenisnya. Tapi, ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. ini juga mengatur urusan ekonomi, sosial, pendidikan, hukum, peradilan, perundang-undangan, politik, sampe pemerintahan. Lengkap pokoknya. Itu sebabnya, Islam disebut sebagai ideologi. Begitu!”
“Sob, Apa sih Politik itu? politik yang selama ini kita pahami dan kita ketahui berdasarkan pemahaman yang ada sekarang, politik itu memang berarti sesuatu yang “kejam”, “kotor”,”menjemukan”,”gak penting”. Karena kita melihat para tokoh pimpinan parta yang saling menjegal, saling mencaci, belum lagi para wakil rakyat yang tawuran diruang siding DPR, ketangkap basah berbuat asusila, terbukti korupsi, pemalsuan ijasah, apalagi para wakil rakyat yang terpilih jadi lupa pada para pemilihnya. Nggak mau lagi turun ke bawah untuk melihat realitas para pemilihnya. Bahkan dalam sebuah pameo dikatakan, bahwa dalam politik tidak ada teman yang abadi, tidak ada kawan yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan yang abadi. Gedubrak! Seperti itukah?”
“Kalian bisa lihat sendiri khan? Gimana para pemimpin negeri ini saling jegal, saling sikut, saling serang untuk dapat menduduki jabatan empuk dan basah. Bila perlu, mengamalkan politik “dagang sapiï”. Inilah yang kemudian disebut-sebut sebagai the struggle for power (perjuangan memperebutkan kekuasaan). Udah lupa deh kepada rakyat yang seharusnya diurus. Kalo gitu, nggak salah-salah amat dong lagunya Bang Iwan Fals yang ngetop di tahun 80-an, yang syairnya kayak gini nih, “Setan-setan politik yang datang mencekik, walau di musim paceklik tetap mencekik, Apakah selamanya politik itu kejam. Apakah selamanya dia datang ‘tuk menghantam?”.
“Bila politik identik dengan beginian, maka yakin deh bakalan banyak orang berpandangan miring terhadap aktivitas politik. Mungkin saja kemudian orang nggak suka (termasuk takut) berurusan dengan politik. Itu sebabnya, pandangan seperti itu kudu segera di-delete dari direktori di otak kita, terus masukkin deh ke recylce bin, lalu klik empty recycle bin. Pokoknya bener-bener dihilangkan! “
“idih, kayak di komputer aja ya? He..he..he..” Anto langung komentar diikuti senyum yang tergores dibibir para penghuni IPA 3 ini.
“Bagaimana pengertian politik menurut Islam? Dalam kitab Mafahim Siyasiyah dijelaskan bahwa politik adalah riï’ayatusy syu’unil ummah dakhiliyan wa kharijiyan bi hukmin mu’ayanin, (pengaturan urusan ummat di dalam negeri dan luar negeri, dengan hukum tertentu). Kalo kita bicara Islam, maka pengaturan tersebut menggunakan aturan Islam. Kalo bicara kapitalisme, maka hukum yang digunakan adalah kapitalisme. Begitu pula dengan sosialisme dan komunisme.”
”Nah, adapun pengaturan urusan ummat tidak melulu urusan pemerintahan seperti sangkaan banyak orang selama ini, melainkan termasuk di dalamnya aspek ekonomi (iqtishadi), pidana (uqubat), sosial (ijtima’i), pendidikan (tarbiyah) dan lain-lain.”
“Buktinya apa tuh? “, Potng Icha.
“Islam, udah ngatur masalah ini sejak pertama kali Rasulullah saw. mendirikan pemerintahan Islam di Madinah, sampe terakhir di Turki. Sepanjang rentang waktu itu, masyarakat dan negara diatur oleh Islam. Sayangnya, sejak tanggal 3 Maret 1924, yakni saat Musthafa Kemal at-Taturk, pria jahat dan ambisius keturunan Yahudi menghancurkan pemerintahan Islam di Turki atas bantuan agen-agen Inggris, Islam nggak lagi diterapkan sebagai sebuah ideologi negara. Sampe sekarang lho.”
“Tapi, Bro. Negara kita kan bukan Negara Islam. Jadi gimana tuh nasibnya?”, Nia “gembul” yang lagi ngemil bakwan ikutan nimbrung.
“ Yup, sepakat. Ukhti Nia ! “, dipanggil dengan sapaan “Ukhti” Nia langsung tersipu malu dengan pipi memerah speri Bakpao rasa strowberi.
“ Oke deh, brother and sister. Kita bahas dulu masalah demokrasi dinegara kita ini. Demokrasi yang berarti pemerintahan dan otoritas ditangan rakyat, dan benar atau salah, sesuatu ditentukan oleh suara mayoritas rakyat. Kalau dinegara kita mayoritas rakyat ini diwakili oleh para wakil yakyat yang terpilih memlalui PEMILU lewat jalur partai peserta pemilu. Nah, kalau ketetapan, kebijakan dan hokum yang dibuat oleh para wakil rakyat terpilih ini tidak berdasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam yang Universal sesuai tuntunan Alloh dan Rasul-Nya. Maka kebijakan itu hanya berdasarkan pada hawa nafsu wakil rakyat belaka. Akibatnya rakyat pula yang menjadi korban.”
“Jadi, kita sebagai muslim boleh nggak sih ikut serta dalam demokrasi?”, Fia yang duduk disamping Nia penasaran juga dengan obrolan ketua ROHISnya itu.
“Adapun menggunakan atau memanfaatkan iklim kebaebasan dalam system demokrasi untuk berkompetisi dengan para penganut ideology selain Islam, dan kita menawarkan konsep Islam sebagai konsep terbaik, dan menawarkan orang-orang shalih yang kapabel dan credible untuk mewakili rakyat memimpin negeri inidengan undang-0undang Islam dn hokum Islam, tidak ada alasan untuk emnolaknya. Ini bukan berarti kita beriman kepada demokrasi loh, tapi perlu digaris bawahi. Bahwa kita hanya memanfaatkan kebebasan dalam system demokrasi ini untuk memantapkan system Islam di negeri Indonesia yang kita cintai ini. Tahu nggak system komunis yang diberlakukan di Cina? Mereka tidak mempunyai kebebasan sebagaimana kita bebas, lalu system sekuler di Turki? Ajaran berbau Agama dilarang. Syukur Alhamdulillah di negeri Indonesia ini kita bebas mengamalkan nilai-nilai Islam yang Agung. Berjilbab tidak ada larangan. Sekolah ramai dengan kegiatan agama dan lain sebagainya.”
"Lalu, terkait ketidak ikutan dalam PEMILU besok gimana, Klas?", Tanya Irwan sambil membetulkan letak kaca mata silindernya.
“ Gini Bro, masalahnya bukan golput atau tidak golput. Memilih dalam pemilu wajib atau tidak wajib. Jawabannya tergantung..!!”
“Ah, dari tadi tergantung mulu…!! Maksudnya gimana sih, Bro? ” Icha latah ikutan manggil, Bro.
“ Ya, jadi kondisional, ukhti. Jika memang masih ada caleg dan calon eksekutif (capres) yang bias diharapkan membawa Indonesia lebih baik, apalagi diantara calon yang lainnya itu adalah calon yang terbukti ahli maksiat, Islam mewajibkan kita untuk menolak madharat dengan menggagalkan mereka yang anti kebaikan dan kebenaran, serta mencari maslahat dengan mendukung mereka yang terbukti baik, sholeh dan memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan.
“Tapi jika ternyata ada caleg atau capres yang tidak bias dipercaya karena semua rusak akhlaknya, golput bias jadi pilihan. Makanya ini PR bagi kita yang mau mengginakan hak pilihnya itu, harus benar-benar teliti dan mencari kebenaran partai yang ikut pemilu nanti. Jangan hanya karena melihat figuritas pemimpinnya saja kita kemudian memilih karena figuritas. Lalu jangan juga memilih partai karena janjinya yang manis. Jangan juga memilih partai karena ikut-ikutan saja. Pokoknya benar-benar harus teliti.”
“So…kita harus milih partai yang gimana dong, Bro?”
“ Susah juga sih kalau disuruh nyebutin criteria partai yang harus dipilih. Nanti aku dikira kampanye salah satu partai. Tapi gini aja deh, tahu Cerita Nabi Yusuf khan??”
Semuanya kompak mengangguk.
“ Nabi Yusuf AS hidup dinegaranya Firaun, Negara kafir karena menggunakan undang-undang yang dibuat oleh Firaun yang kafir, dan rakyatnya juga kafir percaya bahwa Firaun adalah Tuhan. Namun, ketika Nabi Yusuf AS ditawari posisi di pemerintahan, beliau menerimanya, bahkan menentukan posisi yang tepat sebagai pemegang perbendaharaan negeri itu. Jadi, pilihlah partai yang memanfaatkan kekuasaan itu untuk berdakwah, walaupun tidak bias dengan serta-merta mengubah undang-undang. Jadi, pilihlah partai yang para calonnya terbukti bersih akhlaknya, peduli kepada rakyat dan Negara ini. Selain itu juga mempunyai kapabelity maupun professional dibidangnya.”
“Jadi, memang kita harus bias memanfaatkan momentum PEMILU ini untuk merubah kondisi bangsa kita ini dengan memilih para calon wakil rakyat yang Bersih, peduli dan professional ya, akh?”. Anton mengarahkan pembicaraan. Maklumlah, anton ini salah satu simpatisan sebuah partai Islam.
“ Ya, bahkan Syekhul Islam Ibnu Taimiyah juga memfatwakan agar seseorang menerima jabatan atau tetap memegang jabatan yang mampu ia laksanakan dengan baik, dan menekan sebagian keburukan yang ia mampu. Sebab, kalau itu ditinggalkan, akan diisi orang yang buruk akhlaknya dan jauh dari nilai Islam. Lalu, mengenai berbeda pendapat dalam masalah boleh memilih atau tidak, golput atau mau ikut memilih, silahkan saja, tetapi jangan sampai mengkafirkan orang yang ikut pemilu. Jika parlemen tanpa misi Islam, hanya sekedar mencari penghqasilan dan mengamini apapun keputusan parlemen, ini yang tidak dapat diterima. Adapun yang ingin berjuang di dakwah parlemen, kita doakan dan selalu mengingatkan, agar tetap menjaga integritas diri, kelurusan niat dan manhaj Islam.”
“Inilah aktivitas muhasabah lil hukam alias mengoreksi penguasa atau amar ma’ruf nahyi munkar, wajib dilakukan kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja. Pokoknya every where, every time, and everyone. Kamu bisa bayangkan sendiri, seorang khalifah, kepala negara Islam, dinasihati oleh anak kecil seusia kamu. Hebat bukan? Dengan begitu kehidupan akan senantiasa berjalan dengan normal dan ideal. Pahami ya? ? “
Semua kembali serempak mengangguk.
“Dalam Islam, memang ini kewajiban bagi ummatnya yang sudah akil baligh. Untuk melaksanakan seluruh ajaran Islam. Termasuk itu tadi, amar ma’ruf nahyi munkar. Begitupun setiap muslim wajib untuk memiliki kesadaran politik. Sabda Rasulullah saw.: “Barang siapa yang bangun pagi hari dengan tidak memikirkan kepentingan kaum muslimin, maka mereka tidak termasuk golonganku.” (al-Hadits)”
“Dalam riwayat lain, beliau mengingatkan kaum muslimin agar tidak lalai melaksanakan amar ma’ruf nahyi munkar. Sabdanya: ‘Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, kalaulah kalian tidak memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, maka hampir-hampir Allah memberikan adzab-Nya, kemudian kalian berdoa dan tidak dikabulkan doanya.’ (al-Hadits)”
“Betul sekali Bro..tapi kenapa yah, Partai-partai Islam tidak Gabung aja berkoalisi. Jadi Umat Muslim tidak kebingungan dalam menentukan hak pilihnya”. Sintha buka mulut, ikutan nimbrung.
“Ya, memang harapan kita semua bahwa partai-partai Islam menjadikan demokrasi hanya sebagai sarana untuk mengubah Isndonesia menjadi negeri yang menjadikan Alloh sebagai sumber hukum, sumber kepemimpinan, sumber aturan, dan rakyatnya benar-benar diarahkan untuk mengamalkan nilai Islam yang agung.”
“Terus, besok Iklhas mau milih partai apa nih…”, Icha merajuk manja.
Ikhlas kebingungan. Kikuk.
“Partai Kita Semua tentunya…hehehe…Oke deh, jangan bengong aja. Sekarang berkemas untuk belajar. Perdalam ajaran Islam, dan tingkatkan terus kesadaran politik kamu. We are the champion my friends! ?”
(Neo_Mujahid’02)