Jumat, 28 Agustus 2009

TIPS SEHAT BERPUASA

”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas umat-umat sebelum kamu, agar kamu bertaqwa,” Demikianlah seruan ALLAH dalam Qur’an Surat Al Baqarah ayat 183. Seruan berpuasa tersebut tidak ditujukan pada setiap orang, melainkan hanya kepada orang-orang yang beriman. Tujuannya untuk meningkatkan ketaqwaan kepada ALLAH SWT. Orang yang merasa beriman akan tergerak hatinya memenuhi seruan ALLAH tersebut, untuk berpuasa. Bisa dikatakan bulan Puasa adalah bulan yang istimewa bagi orang-orang special atau the Special One.

Agar tetap menjadi hambaNya yang istimewa (special one), yang selalu tergerak untuk memenuhi perintah atau seruan ALLAH SWT dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan, sudah selayaknya kita mempersiapkan diri kita untuk tetap prima, sehat dan bugar, sehingga dapat menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan. Sebab selama bulan Puasa, ibadah kita tidak hanya berpuasa, tidak makan dan minum, menahan segala nafsu, sejak terbit fajar hingga matahari terbenam. Justru selama bulan Puasa Ramadhan, aktifitas kita bertambah. Selain aktifitas keseharian kita seperti bekerja sesuai profesi kita, sholat lima waktu dan sebagainya, ditambah oleh aktifitas ibadah sholat tarawih, meningkatkan frekwensi baca dan pemahaman ayat-ayat suci Al qur’an serta aktifitas makan sahur menjelang subuh. Sementara asupan gizi dan protein selama siang dihentikan.

Diakui atau tidak, lambat laun hal ini akan membuat tubuh kita, jika tidak pandai menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, menjadi lemah dan lesu. Mungkin diawal-awal puasa seperti minggu pertama dan minggu kedua, tubuh kita masih energik. Namun memasuki minggu ketiga dan keempat? Stamina terasa menyusut. Padahal...kewajiban puasa itu bukan hanya dua minggu melainkan selama satu bulan Ramadhan penuh, baik 29 maupun 30 hari. Tapi, ALLAH SWT maha tahu kondisi tubuh kita. Puasa Ramadan tidak boleh lebih dari 31 hari. Hari raya idul fitri, diharamkan berpuasa.

Untuk dapat menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh, kita perlu menjaga kesehatan dan stamina tubuh. Salah satu cara menjaga kesehatan dan stamina tubuh selain memafaatkan waktu istirahat yang tersisa di antara berbagai aktifitas ibadah, cara lainnya adalah memenuhi kebutuhan tubuh kita dengan berbagai macam protein, gizi dan zat-zat lain yang dibutuhkan tubuh seperti vitamin B1, B2, B3, B5, B6, B8 dan B12, vitamin C dan sebagainya. Cara yang terbaik untuk mendapatkan asupan makanan dan protein serta vitamin tersebut adalah dengan mengkonsumsi segala sesuatu yang bersifat alami seperti nasi, umbi-umbian, sayur-sayuran beserta buah-buahan yang segar serta susu, ikan dan lemak. Namun, mengingat waktu yang terbatas... terkadang kita tidak dapat mengkonsumsi yang serba alami tersebut. Untuk menyiasatinya agar tubuh kita tetap sehat dan stamina terus terjaga kita aman untuk berpuasa, maka tidak ada salahnya kita mengkonsumsi makanan dan minuman suplemen seperti minuman energi yang mengandung semua zat dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh. Tapi jangan sembarangan mengkonsumsi makanan suplemen atau minuman energi. Melainkan hanya memilih atau mengkonsumsi makanan dan minuman energi, yang produk dan kualitasnya terdaftar dan cukup ketat diawasi oleh Badan Pengawasan Obat dan makanan. Salah satunya seperti teman saya yang selalu mengkonsumsi EJ.

Kesehatan memang bukanlah segalanya , tetapi tanpa kesehatan tidak ada artinya. Untuk menjaga kesehatan kita , perlu beberapa tips sehat yang mungkin berguna bagi kita semua. Tips ini semoga bermanfaat buat kesehatan Anda:
1. Makanan : jagalah makan anda dengan makanan yang bergizi dan seimbang. Usahakan saat buka dan sahur makan. Banyak diantara kita yang saat sahur malas makan. Cukup minum saja, katanya. padahal tanpa aktifitas pun, kita masih membutuhkan kalori untuk bernafas, tidur, dll.
2. Minuman : jagalah minuman anda dari hal-hal yang merangsang : eit…bukan hanya mata yang dijaga..dari yang merangsang tetapi minuman dijaga juga. maksudnya minuman yang bisa menimbulkan efek kurang baik bagi kesehatan seperti,minum es saat buka puasa, minuman yang merangsang batuk. Dan juga , supaya jangan dehidrasi cukuplah minum air putih minimal 2500 ml sehari.
3. Aktifitas : aturlah waktu Anda dari kegiatan yang membuat badan anda sakit, karena kehabisan energi. karena malam kurang tidur, sebaiknya diimbangi dengan tidur siang hari.
Tips2 lain menyusul ya…….karena isi kepala lagi mendidih…
Semoga sehat selalu dan selamat menyambut bula puasa dengan kesehatan yang terjaga
(Dari berbagai Sumber)

Dehidrasi Tingkat Tinggi


Menatap mu saja aku tak sanggup ..
Apalagi harus memiliki, bisa terbakar jiwaku ini,
Akankah kau peduli terhadap org yg kau naungi sinari ..
Ahh betapa teriknya matahari beberapa minggu ini …

Inikah yg namanya pemanasan global ..

Ingin rasanya ku bersandar diatas pegunungan
Dibawah pohon pinus nan rindang dengan secangir es kelapa muda . .
sruppppp ..

Tapi aku masih sanggup bertahan karena Iman
Ini bulan puasa …

Aku mulai merasakan dehidrasi tingkat tinggi pada hari ini,
Panasnya luar biasa,
Terik matahari begitu menyengat …

Allahu Akbar…
Isi kepala serasa mendidih..
Tulang belulang seakan melelh..
Kulit terasa terbakar habis..
Keringat tercucur deras.

Andai saja tak ada aktifitas diluar hari ini,
Tentunya aku akan diam saja dirumah mengademkan diri di dalam lemari es ..

Ahh akhirnya pekerjaan Berburu Tandatangan selesai juga,
Ingin rasanya bisa santai sejenak tersandar dibawah Pohon Rindang,
Tak ada pohon rindang, Hembusan AC Warnet pun jadi ..

heheee …
Menyempatkan posting sejenak sembari bersiap-siap lagi
Melakukan aktifitas berikutnya yang lebih sejuk dibanding yang tadi
Dan menemani sahabat sejati ku berbuka puasa bersama.

Huhh begini lah aktifitas sehari-hari selama bulan puasa ..
Semoga saja puasa ku tahun ini Lebih bermakna..

Amien ya Robb….

Rabu, 12 Agustus 2009

Serasa Jadi Mahasiswa Lagi...

Heran, hari ini serasa jadi mahasiswa lagi...harus belajar yang namanya Anatomi dan Fisiologi Manusia...

Padahal materi itu sudah empat tahun yang lalu aku dapatkan..Fiuh...akhirnya selesai juga. Semoga lolos jadi Guru...Amiin...

Kamis, 06 Agustus 2009

Cinta Yang Membelenggu


Setiap detik, jengkal dan langkah selalu menghadirkan romantisme di hati sosok berbalut kain biru. Seringkali romantisme itu berubah dalam bentuknya yang beragam. Bertransformasi sehingga tak bisa terbendung oleh semua sekat yang dia buat. Romantisme itu seringkali datang di waktu-waktu luangnya. Menempel di setiap sudut dinding yang menambah sempit kamar kost-kostannya. Lalu gejolak romantisme itu diredakannya lewat sms-sms yang dikirimkan kepadaku.


Mungkin umurnya yang sudah berkepala dua juga ikut mempengaruhinya. Sebuah fitrah yang memang tidak bisa di adili sebagai sebuah kesalahan tingkat tinggi. Tertawan pada sosok bidadari yang turun ke bumi ( meminjam bahasa SMSnya). Menyukai lawan jenis. Awalnya dia mengira dengan mencintai seorang wanita yang baik dan sholehah itu bisa menjadi batu loncatan untuk bisa mengantarkannya kepada cinta-Nya yang hakiki. Kepada sang Pemilik Cinta, Allah swt. Namun, sepertinya sekarang menjadi bumerang yang seringkali malah menggelisahkan dan melukai. Hari-harinya serasa di belenggu. Sujud-sujudnya tak lagi khusyu, Lantunan tilawahnya tak ”semerdu” dulu, dan tubuhnya semakin kuru...


Untunglah jarak berpihak kepadanya sehingga romantisme itu tak meledak di tempat yang salah. Menghancurkan jati diri yang dibangunnya bertahun-tahun. Maka segala akses komunikasi dengan bidadari itu pun sengaja diputusnya demi menjaga diri dan juga kesucian hati wanita itu. Membiarkan wanita itu menemukan jati dirinya sendiri tanpa campur tangannya. Begitulah dia memaknai cinta yang tak ingin mengekang dan membelenggu orang yang dicintainya. Katanya, wanita itu tak perlu tahu untuk saat ini, bahwa ada lelaki yang begitu mencintainya karena belum tentu dia adalah jodohnya. Kerahasiaan menjaga perasaannya selama ini membuatku kagum dan mengacungkan jempol untuknya. Salut. Meski mungkin cara menjaga perasaannya tak sebaik Ali bin Abi Thalib ketika mencintai Fatimah putri Rasululloh saw. Keterjagaan dari pengetahuan orang lain, yah…kecuali hanya Allah yang tahu.


Pelan dan pasti, kekhawatiran itu tetap akan datang menyapanya. Aku tahu itu. Ketika ada lelaki lain yang mungkin dekat dengan wanita yang dicintainya. Atau ketika umur kian bertambah tapi hati tak juga siap untuk menjemputnya. Apalagi kebanyakan wanita menikah di usia 22 sampai 25 tahun. Ditambah lagi dengan keadaan keluarganya yang membuatnya sulit untuk segera menggenapkan separuh agamanya itu. Meski sudah ku dorong dengan pesan dari ustad tentang hadist yang menyebutkan bahwa Allah akan menolong pemuda yang menikah karena ingin menjaga kehormatan dirinya, membukakan pintu-pintu rejeki yang tak diduga-duga. Seperti yang kudengar dari sahabat-sahabatku yang lain yang sudah menikah. Namun, tetap saja dia bimbang. Dan akupun bisa paham (soalnya aku juga belum menikah sih he he he).


Kini… aku hanya bisa memberinya saran untuk terus mempersiapkan diri. Menambah hafalan, membaguskan bacaan Al Qur’an, dan memperdalam ilmu agama lainnya selain mencari rejeki untuk menopang kehidupan rumah tangganya nanti (ngutip dari ustad juga). Karena dia akan menjadi imam untuk keluarganya, menjadi suami bagi istrinya dan menjadi ayah bagi anak-anakanya. Untuk saat ini cukuplah dia mengendalikan perasaannya kepada wanita itu agar menjadi wajar. Tak berlebihan sehingga tak ada kerinduan-kerinduan yang salah alamat. Tak ada SMS bertabur romantisme bermodus tausiyah ataupun penyemangat, apalagi sampai apel malam. Perasaannya terahasiakan dari wanita itu untuk menjaga kesucian hati dan perasaan masing-masing. Tidak mudah memang. Namun, itulah jalan yang dipilihnya (aku pun mencoba mengikuti jalannya).


Lalu pada saatnya nanti jika waktu masih berpihak padanya, dia bisa menjadikan wanita itu menjadi rembulan yang menghiasi langit hatinya. Dihalalkan untuknya. Menyambut dia di depan pintu dengan senyuman ketika pulang kerja dan menjaga harta dan kehormatannya ketika dia pergi. Mengingatkannya ketika salah dan mendidik anak-anaknya nanti dengan bimbingan Al Qur’an dan hadist. Ahh…siapa lelaki yang tak mau mendapat wanita sebaik itu? Mau ??? (kayak iklan GSM aja). Jadi, mari baik dulu yuuks...


Pesan sponsor : Ayo yang belum nikah rame-rame memperbaiki diri.
Kalau yang sudah nikah. Mmm…(berpikir keras) tetap istiqomah jaga bahtera rumah tangganya ya...!! Awas ya kalau selingkuh ! mencoba melirik Bidadari yang bukan haknya..!!! (lho kok marah to Don?, hah…ada-ada saja kamu).


*Terinspirasi dari kisah seorang sahabat dan lagu rembulan di langit hatiku yang dinyanyikan Dani Setiawan


Bila kau sedang menunggu seseorang untuk menjalani kehidupan menuju Ridho-Nya,
fashbirii bishobron jamiil (maka bersabarlah dengan keindahan),
Demi Allah.….dia tidak akan datang karena kecantikan ataupun rupa,kepintaran ataupun kekayaanmu,
Tapi Allah -lah yang menggerakkan kakinya untuk datang kepadamu,
Janganlah tergesa untuk mengekspresikan cinta padanya sebelum Allah swt. mengizinkan,
Belum tentu yang kau cintai adalah yang terbaik untukmu,
Siapakah yang lebih mengetahui melainkan Allah swt. ???
Innallaha ‘alimul hakim (sesungguhnya Allah swt. Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana)
Simpanlah segala bentuk ungkapan cinta dalam hati rapat-rapat,
Allah swt. akan menjawabnya dengan lebih indah disaat yang tepat”

If I Were A Bird

Teman, Aku ingin bercerita. Di salah satu dahan pohon yang rindang, terdapat sebuah sarang dimana hidup sepasang burung bersama seekor anak mereka yang baru menetas dari telur beberapa hari lalu. Sepasang Ayah dan Ibu burung itu nampak berbahagia sekali dengan kehadiran si burung kecil. Setiap pagi, sang ayah pergi mencari cacing untuk makan si burung kecil. Setiap hari, sang ibu menemani si burung kecil di sarang, menghangatkan tubuhnya dan melindunginya dari dinginnya desir angin yang kencang. Si burung kecil pun merasa nyaman dalam dekapan ibunya. Kalau perut terasa lapar, ia tinggal mencicit saja, semua dapat diperolehnya dengan mudah.

Hari berganti hari, tak terasa si burung kecil pun mulai bertambah usianya. Bulu-bulu di sekujur tubuhnya mulai tumbuh, si burung kecil sudah punya sepasang sayap mungil. Lalu, sang ayah berkata padanya : “Nak, kini sudah saatnya engkau belajar terbang, mengepakkan sayap yang telah Tuhan berikan padamu… Ayah dan Ibu akan mengajarimu terbang”.

Tetapi si burung kecil nampak ketakutan, dia merasa belum mampu untuk terbang dengan sayapnya sendiri. Beberapa pertanyaan berkecamuk dalam pikirannya. Bagaimana nanti kalau sepasang sayapku ternyata tak bisa dikepakkan? Aku takut jatuh dari ketinggian. Bagaimana nanti kalau aku lapar? Aku harus mencari makanan kemana? Bagaimana…? Si burung kecil pun berkata pada Ayah-Ibunya: “Ayah, Ibu, aku ingin tetap tinggal disarang saja, aku tak mau terbang sendiri, aku takut…”, ucap si burung kecil lirih.

Lalu, sang Ayah burung mendekap tubuh si burung kecil dengan penuh kasih sayang, seraya berkata, “Nak, hilangkan semua kekhawatiran dan ketakutan yang menghantui benakmu itu. Engkau mempunyai sayap untuk terbang kemanapun engkau ingin pergi. Lihatlah dunia di luar sana Anakku, engkau akan bertemu dengan burung-burung lain, engkau akan menjumpai banyak pengalaman hidup yang akan memperkaya dirimu. Jangan pernah engkau risaukan tentang makanan, karena Tuhan telah menyediakan semuanya di alam sana, asalkan engkau mau berusaha menjemputnya Nak”.

Si burung kecil mendengarkan nasehat Ayahnya dengan sungguh-sungguh, dia termenung sesaat, kemudian dengan semangat dia berkata, “Iya Ayah, aku akan belajar terbang sekarang, aku tidak akan takut.” Lalu, si burung kecil mulai mencoba mengepakkan sayapnya perlahan… agak cepat… semakin cepat… dan kemudian… “Aku bisa terbang!”, teriak si burung kecil gembira. Ayah dan ibunya tersenyum bahagia menyaksikan usaha anaknya.

Kini, siburung kecil itu sudah menjelma menjadi seekor burung besar yang gagah. Ia sudah bisa mencari makan sendiri, ia sudah menjalani banyak perjalanan hidup yang menjadikannya mandiri seperti sekarang, bahkan ia sudah menemukan seekor burung betina cantik menjadi pasangannya. Si burung itu bergumam, “semua ini tidak akan aku dapatkan seandainya aku tak mau belajar terbang”

Teman, Dahulu, kita adalah burung-burung kecil itu, yang sangat bergantung pada ayah dan ibu kita. Namun Teman, mari lihatlah dengan seksama diri kita di cermin saat ini. Kita bukan lagi anak kecil yang masih harus selalu di ’suapi’ oleh ayah dan ibu seperti dahulu, kita bukan lagi bocah kecil yang harus berdiam diri keenakan menanti ’subsidi’ rutin setiap bulan masuk ke rekening tabungan kita dari Ayah dan Ibu.

Cobalah Teman, perhatikan sekali lagi sosok pada cermin di hadapanmu itu. Ya Tuhan, ternyata kita sudah dewasa, tak terasa usia sudah merangkak ke angka 22 tahun lebih. Tapi, mengapa diri ini tak ubahnya seperti si burung kecil tadi yang masih ingin terus berdiam di sarang, karena tak mau susah memikirkan harus mencari makanan.

Teman, Apakah kita tak memperhatikan kedua orangtua kita yang sudah mulai lanjut usia, lihatlah kerutan yang mulai menghiasai wajah mereka, lihatlah tenaga mereka sudah tak sekuat dulu lagi. Lalu, Apakah begini bakti kita terhadap mereka? Kita masih ‘tega’ membiarkan mereka membanting tulang untuk membiayai kuliah dan kebutuhan kita sehari-hari. Teman, padahal sudah saatnya kita menunjukkan pada mereka bahwa kita sudah bisa mandiri seperti si burung kecil tadi.

Teman, mari kepakkan ’sayap’ mu sekarang juga. Jangan takut dengan kencangnya angin di luar sana, jangan takut dengan ganasnya kehidupan disana. Karena itu akan membawa kita pada sebuah kedewasaan diri akan hakikat hidup sesungguhnya.

“Berapa lamakah kita kan tetap menggelepar menggantung di sayap orang. Kembangkan sayapmu sendiri dan terbanglah lepas seraya menghirup udara Bebas di taman luas”