Sabtu, 30 Agustus 2008

Karena kita adalah HAMBA

Salah satu ayat yang menjelaskan tentang keberadaan Allah dan pentingnya berdoa dijelaskan dalam ayat-ayat yang berkaitan dengan perintah ibadah puasa.

Firman tersebut adalah, ''Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.'' (QS 2: 186).

Ini menunjukkan bahwa Allah dekat dengan setiap hamba-hamba-Nya dan Allah akan mengabulkan doa dari setiap hamba-hamba-Nya, terlebih-lebih pada bulan Ramadhan. Hal ini sejalan dengan keterangan Rasulullah bahwa salah satu doa yang dikabulkan Allah adalah doa orang-orang yang berpuasa.

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW menegaskan, ''Inilah (Ramadhan) bulan yang ketika engkau diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Pada bulan ini napasmu menjadi tasbih, tidurmu menjadi ibadah, amal-amalmu diterima, dan doa-doa dikabulkan. Bermohonlah kepada Allah, Rabb-mu dengan hati yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan puasa dan membaca kitab-Nya. Sungguh celakalah orang yang tidak mendapatkan ampunan Allah pada bulan yang agung ini.'' Karenanya, pada sisa Ramadhan ini, mari kita senantiasa terus bermohon dan berdoa kepada Allah. Salah satu doa yang Rasulullah ajarkan adalah, ''Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyuk, dari doa yang tidak didengar, dari jiwa yang tidak puas, dan dari ilmu yang tidak bermanfaat. Dan, aku berlindung kepada-Mu dari golongan mereka yang empat macam itu.'' (HR Tirmidzi dari Ibnu Umar).

Doa di atas merupakan doa yang merepresentasikan sifat atau keadaan yang mungkin dialami oleh setiap manusia. Hati yang tidak khusyuk dapat menyebabkan setiap ibadah yang dijalani tidak memberikan dampak pada kondisi keimanan kita. Ruh atau makna dari ibadah yang dilaksanakan tidak dapat diraih atau dipahami. Akibatnya, ibadah yang dilaksanakan hanya bernilai sekadar ritual dan di sisi Allah pun dapat menyebabkan tidak memiliki nilai ibadah.

Allah mencontohkan dalam firman-Nya bahwa shalat yang tidak khusyuk akan mengantarkan seseorang kepada siksa. Allah SWT berfirman, ''Maka, kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna.'' (QS 107: 4 - 7). Sebaliknya, khusyuk dalam beribadah merupakan salah satu tanda orang-orang beriman (perhatikan QS 23: 1-2).

Doa yang tidak didengar Allah merupakan kerugian bagi manusia. Doa yang tidak didengar, sebagaimana firman Allah dalam Alquran (QS 2: 186) di atas, salah satunya disebabkan oleh kemaksiatan yang dilakukan kepada Allah. Selain itu, doa yang tidak didengar bisa juga disebabkan oleh ketidakkhusyukan dalam berdoa.

Jiwa yang tidak puas menyebabkan kesengsaraan di dunia yang berkepanjangan. Sedangkan ilmu yang tidak bermanfaat menyebabkan ilmu yang diperoleh tidak berguna bagi dirinya dan tidak membawa kebaikan baginya. Uraian di atas menunjukkan betapa banyak keburukan yang diakibatkan oleh keempat golongan sifat di atas. Karenanya, mari kita berdoa agar kita terhindar dari keempat golongan orang tersebut. Wallahu a'lam bis-shawab.

Selasa, 26 Agustus 2008

Karena Kita adalah KUMPULAN HARI

Jika kamu berada di pagi hari, janganlah menunggu sore tiba. Hari inilah yang akan Anda jalani, bukan hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan keburukannya, dan juga bukan esok hari yang belum tentu datang. Hari yang saat ini mataharinya menyinari Anda, dan siangnya menyapa Anda inilah hari Anda.

Umur Anda, mungkin tinggal hari ini. Maka, anggaplah masa hidup Anda hanya hari ini, atau seakan-akan Anda dllahirkan hari ini dan akan mati hari ini juga. Dengan begitu, hidup Anda tak akan tercabik-cabik diantara gumpalan keresahan, kesedihan dan duka masa lalu dengan bayangan masa depan yang penuh ketidakpastian dan acapkali menakutkan.

Pada hari ini pula, sebaiknya Anda mencurahkan seluruh perhatian, kepedulian dan kerja keras. Dan pada hari inilah, Anda harus bertekad mempersembahkan kualitas shalat yang paling khusyu', bacaan al-Qur'an yang sarat tadabbur, dzikir dengan sepenuh hati, keseimbangan dalam segala hal, keindahan dalam akhlak, kerelaan dengan semua yang Allah berikan, perhatian terhadap keadaan sekitar, perhatian terhadap kesehatan jiwa dan raga, serta perbuatan baik terhadap sesama.

Pada hari dimana Anda hidup saat inilah sebaiknya Anda membagi waktu dengan bijak. Jadikanlah setiap menitnya laksana ribuan tahun dan setiap detiknya laksana ratusan bulan. Tanamlah kebaikan sebanyakbanyaknya pada hari itu. Dan, persembahkanlah sesuatu yang paling indah untuk hari itu. Ber-istighfar-lah atas semua dosa, ingatlah selalu kepada- Nya, bersiap-siaplah untuk sebuah perjalanan menuju alam keabadian, dan nikmatilah hari ini dengan segala kesenangan dan kebahagiaan! Terimalah rezeki, isteri, suami, anak-anak, tugas-tugas, rumah, ilmu, dan jabatan Anda hari dengan penuh keridhaan.

"{Maka berpegangteguhlah dengan apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang yang bersyukur.} " (QS. Al-A'raf: 144)

Hiduplah hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, kedengkian dan kebencian. Jangan lupa, hendaklah Anda goreskan pada dinding hati Anda satu kalimat (bila perlu Anda tulis pula di atas meja kerja Anda): Harimu adalah hari ini. Yakni, bila hari ini Anda dapat memakan nasi hangat yang harum baunya, maka apakah nasi basi yang telah Anda makan kemarin atau nasi hangat esok hari (yang belum tentu ada) itu akan merugikan Anda?

Jika Anda dapat minum air jernih dan segar hari ini, maka mengapa Anda harus bersedih atas air asin yang Anda minum kemarin, atau mengkhawatirkan air hambar dan panas esok hari yang belum tentu terjadi?

Jika Anda percaya pada diri sendiri, dengan semangat dan tekad yang kuat Anda, maka akan dapat menundukkan diri untuk berpegang pada prinsip: aku hanya akan hidup hari ini. Prinsip inilah yang akan menyibukkan diri Anda setiap detik untuk selalu memperbaiki keadaan, mengembangkan semua potensi, dan mensucikan setiap amalan. Dan itu, akan membuat Anda berkata dalam hati, "Hanya hari ini aku berkesempatan untuk mengatakan yang baik-baik saja. Tak berucap kotor dan jorok yang menjijikkan, tidak akan pernah mencela, menghardik dan juga membicarakan kejelekan orang lain. Hanya hari ini aku berkesempatan menertibkan rumah dan kantor agar tidak semrawut dan berantakan. Dan karena hanya ini saja aku akan hidup, maka aku akan memperhatikan kebersihan tubuhku, kerapian penampilanku, kebaikan tutur kata dan tindak tandukku."

Karena hanya akan hidup hari ini, maka aku akan berusaha sekuat tenaga untuk taat kepada Rabb, mengerjakan shalat sesempurna mungkin, membekali diri dengan shalat-shalat sunah nafilah, berpegang teguh pada Al-Qur'an, mengkaji dan mencatat segala yang bermanfaat.

Aku hanya akan hidup hari ini, karenanya aku akan menanam dalam hatiku semua nilai keutamaan dan mencabut darinya pohon-pohon kejahatan berikut ranting-rantingnya yang berduri, baik sifat takabur, ujub, riya', dan buruk sangka.

Hanya hari ini aku akan dapat menghirup udara kehidupan, maka aku akan berbuat baik kepada orang lain dan mengulurkan tangan kepada siapapun. Aku akan menjenguk mereka yang sakit, mengantarkan jenazah, menunjukkan jalan yang benar bagi yang tersesat, memberi makan orang kelaparan, menolong orang yang sedang kesulitan, membantu yang orang dizalimi, meringankan penderitaan orang yang lemah, mengasihi mereka yang menderita, menghormati orang-orang alim, menyayangi anak kecil, dan berbakti kepada orang tua.

Aku hanya akan hidup hari ini, maka aku akan mengucapkan, "Wahai masa lalu yang telah berlalu dan selesai, tenggelamlah seperti mataharimu. Aku tak akan pernah menangisi kepergianmu, dan kamu tidak akan pernah melihatku termenung sedetik pun untuk mengingatmu. Kamu telah meninggalkan kami semua, pergi dan tak pernah kembali lagi."

"Wahai masa depan, engkau masih dalam kegaiban. Maka, aku tidak akan pernah bermain dengan khayalan dan menjual diri hanya untuk sebuah dugaan. Aku pun tak bakal memburu sesuatu yang belum tentu ada, karena esok hari mungkin tak ada sesuatu. Esok hari adalah sesuatu yang belum diciptakan dan tidak ada satu pun darinya yang dapat disebutkan."

"Hari ini milik Anda", adalah ungkapan yang paling indah dalam "kamus kebahagiaan". Kamus bagi mereka yang menginginkan kehidupan yang paling indah dan menyenangkan.

Karena Aku Seorang MAHASISWA

“Mahasiswa adalah agent of change (Soe Hok Gie)

“Beri saya sepuluh orang pemuda, maka akan kurubah dunia” (Soekarno)

Fase-fase perubahan masyarakat Indonesia selalu saja mengikutkan mahasiswa di dalamnya. Mahasiswa yang happy selected few dari masyarakat Indonesia (kata Hok Gie lagi), selalu saja (dan harus ??) ‘menerima’ tugas sejarah perubahan peradaban yang meskipun kebanyakan nantinya akan ‘gagal’ (benarkah ?? – bisa kita diskusikan).

Dalam kesejarahan Indonesia (dan sebagian negara di dunia) intelektualitas tampaknya menjadi standar ide-ide perubahan dan menjadi parameter bagi masyarakat untuk menentukan pemimpin perubahan (selain kultus dan ‘kebetulan’). Bahwa kampus adalah pabrik-pabrik perubah (evolutor, revolutor maupun agent of change), telah menjadi trade mark umum bagi masyarakat, meski kemudian sempat menghilang di era represi negara terhadap kampus pada masa Orde Baru. Hal yang menjadi tuntutan besar bagi mahasiswa untuk selalu berada pada garda terdepan perubahan dan yang kemudian akan memposisikan dirinya sebagai watch dog ataupun oposisi abadi negara (representasi status quo)

Melihat kepada Sejarah

“Ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya : “ Patung-patung apakah ini yang kalian tekun beribadat kepadanya ??”” (QS Al Anbiyaa 52)

Sejarah sering menyadarkan kita, perubahan dahsyat dalam masyarakat yang membingungkan atau membuat kita kehilangan arah ternyata memiliki akar kontinuitas jauh di masa lampau. Dengan pendekatan sejarah, sangat mungkin tantangan perubahan akan mudah dikenali… [Kuntowijoyo 1993].

Peran mahasiswa (atau ‘pemuda’) dalam perubahan masyarakat akan sangat tergantung pada parameter-parameter dan elemen yang mengikutinya yang (tentu saja) sangat kompleks. Dalam perjalanan kesejarahan tentang perubahan, para pemuda menampilkan berbagai pilihan alternatif gerakan perubahan masyarakat (dan juga pemberdayaan masyarakat).

C Maju !! meski sendiri, (kisah Ibrahim)

Sejarah panjang Ibrahim senantiasa diiring oleh peristiwa-peristiwa kesejarahan hebat yang (subhanallah) dilakukannya sendirian. Ideologi tauhid yang ia miliki dan perubahan yang harus ia lakukan dalam masyarakatnya menemui tembok yang tebal, hatta bapaknya sendiri. Pendidikan masyarakat yang ia lakukan dengan cerdas dan ilmiah (ingat diskusinya dengan Namrud tentang Tuhan), harus berhadapan dengan masyarakat dan negara sekaligus.

Sebuah tantangan besar, sebagaimana kondisi kontemporer sekarang ketika mahasiswa harus berhadapan dengan masyarakat yang kini ‘membencinya’. Dan, pilihan Ibrahim adalah maju, dan terjunlah ia ke dalam api, untuk kemudian ia membikin generasi baru yang ‘tahan banting’ untuk mengikuti millah-nya.

C Dan, kami pun minggir (kisah Ashabul Kahfi)

Ketika masyarakat (dan negara) kembali menghadang proses perubahan, pilihan lain adalah minggir (memarginalisasikan diri), sebuah pilihan ‘mahasiswa-mahasiswa gua’ ketika ide yang ia bangun dan miliki terhadang.

Sebuah pilihan terberat bagi sebuah gerakan perubahan adalah pengasingan diri (‘uzlah) demi mempertahankan kemurnian keyakinan dengan keyakinan ‘niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu’ (QS Al Kahfi 16) – yaitu dengan optimisme bahwa mereka akan mendapat kekuatan baru (jasmani dan rohani) baru untuk melanjutkan perubahan.

Pilihan pengasingan secara kontemporer mungkin adalah pilihan yang dilakukan oleh Gandhi dalam perubahannya.

C Perubahan, sampai detik terakhir (kisah Ashabul Uhdud)

Proses perubahan masyarakat selalu membutuhkan waktu (evolutif) ketika syarat revolusi tidak terpenuhi. Nasehat dari pemuda ashabul kahfi untuk mahasiswa kontemporer adalah bahwa proses perubahan tidak mengenal waktu berhenti. Perubahan harus tetap dilakukan sampai detik terakhir. ‘Momentum’ perubahan sesungguhnya adalah hal yang dapat dibuat. Proses pendidikan dan pemberdayaan masyarakat adalah proses pembuatan momentum itu sendiri. Ketika masyarakat telah tersadarkan, merekalah pembuat perubahan itu sendiri.

Hal lain adalah bahwa masyarakat adalah pihak yang selalu paling mudah menerima perubahan (karena mereka adalah konsumen perubahan itu sendiri), dan negara selalu saja adalah tembok terakhir penghadang perubahan.

C Mundur selangkah, untuk kemudian maju beribu langkah (kisah Rasulullah saw.)

Peristiwa hijrah Nabi mengandung fenomena fisik dan fenomena spritual dan kejiwaan, yaitu tekad tidak mengenal kalah dalam perjuangan. Terbukti pilihan hijrah bagi Nabi dan Sahabat adalah pilihan strategis dan luar biasa, ketika akhirnya mereka kembali dan menang. Mundur tidak selalu berarti kekalahan, tetapi berarti pula penyusunan strategi kembali untuk kemudian maju dan menang

Pilihan-pilihan dalam proses perubahan masyarakat akan sangat-sangat tergantung kondisi masyarakat, parameter dan elemen yang melingkupinya. Contoh-contoh kisah di atas menyediakan kita akan pilihan-pilihan yang dapat kita ambil sebagai ‘ibrah dan arahan bagi gerakan mahasiswa ketika harus berbenturan dengan masyarakat dan negara

Keterangan : Fenomena kisah-kisah dalam Al Quran dan Hadits sesungguhnya bukanlah sekedar dan semata-mata proses historis sosiologis, tetapi ada peristiwa keruhanian yang besar di dalamnya, didalamnya mu’jizat dan kekuasaan Allah swt., akan sangat-sangat terlihat jelas. Tetapi sesungguhnya, Allah swt. menjadikan kisah-kisah tersebut dapat berjalan dalam kerangka sunatullah yang dapat kita pahami sebagai proses historis dan sosiologis. Pemaparan kisah-kisah tersebut dalam makalah ini sesungguhnya adalah pengambilan ‘ibrah dalam kerangka pendekatan diri kita kepada Allah swt., dan sama sekali tanpa niatan merendahkan kemuliaan kisah tersebut. Astaghfirullah Wallahu a’lam.

Cukupkah hanya Gerakan Moral ??

Ketika penurunan Soeharto adalah praktikumnya mahasiswa sospol. Ketika krisis moneter adalah praktikumnya mahasiswa ekonomi. Sekarang saatnyalah mahasiswa teknik bergerak ber

praktikum [Seorang mahasiswa Teknik]

Gerakan mahasiswa untuk perubahan senantiasa mengidentifikasikan diri sebagai gerakan moral (moral force). Sebuah istilah yang justru akan menjebak gerakan mahasiswa pada kemandekan (stagnasi) proses perubahan sendiri. Perubahan sesungguhnya adalah proses berkelanjutan, bukan proses pemanfaatan momentum belaka (termasuk untuk revolusi sekalipun), karena masyarakat akan sangat lebih membutuhkan perubahan yang terarah dan riil membawa perubahan sosial padanya.

Pengalaman 66, 74 dan 98 menunjukkan ‘kegagalan’ perubahan itu sendiri. Ketika generasi 66 menjadi lambang status quo pada Orde Baru, dan ketika generasi 74 pun terhenti dan terdiam. Mereka akhirnya terperangkap pada jebakan –jebakan politik yang menjadikan mereka sebagai kendaraan politik kekuasaan belaka. Termasuk 98 ?? – yang kini pun ‘agak’ terdiam dan membiarkan proses reformasi tergagalkan….

Reposisi peran mahasiswa dalam proses perubahan adalah (seharusnya) tema terbesar gerakan mahasiswa sekarang. Bahwa mahasiswa bukan lagi sekedar pendorong proses perubahan, tetapi pelaku perubahan itu sendiri. Keterbatasan wacana dan intelektual masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa mereka masih sangat-sangat membutuhkan pendampingan mahasiswa di dalamnya.

Tuntutan besar tersebut yang akan menambah kerja (atau meletakkan pada porsinya ???) mahasiswa ke depan. Pengulangan sejarah 66 dan 74 bukanlah pilihan yang baik. Tuntutan itu terrepresentasikan dalam bentuk pendidikan politik berkelanjutan (bukan sekedar pembentukan opini massa), dalam bentuk pembangunan kesadaran yang terstruktur, dalam bentuk langkah-langkah riil di masyarakat, dan pemenuhan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Hal yang akan membutuhkan analisis mendalam kondisi sosial masyarakat dan kerja sama yang rapi.

Hambatan jelas selalu menghadang. Terpecahnya gerakan mahasiswa karena tiadanya musuh bersama (common enemy) dan egoisme ideologi, terbatasnya stamina mahasiswa, kegagalan pentransferan gerak (bukan lagi sekedar ideologi) dan lain-lain (eh, juga adanya ‘provokator’). Sebuah kondisi empuk bagi negara (dan elit politik) untuk mengendarai gerakan mahasiswa.

Lalu apa…

Uraian di atas dapat mengumpulkan beberapa hal yang harus dipahami oleh gerakan mahasiswa dalam membawa proses perubahan masyarakat (dan pemberdayaan masyarakat) :

C Pilihan proses perubahan akan sangat tergantung pada kondisi sosiologis masyarakat, sehingga analisis mendalam berbagai aspek sosiologis dan historis masyarakat akan mempermudan perubahan, dan meminimalkan penentangan masyarakat sendiri. Penentangan masyarakat ternyata salah satu faktor penggagalan perubahan

C Perubahan adalah proses berkelanjutan, bukan sekedar pemanfaatan momentum belaka. Pendidikan dan pemberdayaan masyarakat adalah bagaian dari proses perubahan. Dan bahwa momentum dapat diciptakan.

C Pendidikan masyarakat membutuhkan kerja-kerja terstruktur bukan kerja insidental yang reaktif. Pendidikan masyarakat bukan sekedar pembentukan opini tetapi juga kerja-kerja riil yang manfaatnya diterima secara langsung oleh masyarakat.

C Hambatan intern adalah masalah gerakan mahasiswa dan bukanlah jatah masyarakat untuk menerima ekses kondisi tersebut. Jadi pecahin dong…., tetapi proses pendidikan tetap berlanjut.

Analisa historis kisah gerakan untuk perubahan adalah referensi gerakan perubahan yang cukup penting.

karena kita adalah PEMUDA

Tidak dapat disangkal lagi, kualitas generasi muda kita merupakan cerminan masa depan bangsa. Suatu bangsa yang gagal membina generasi muda – moralitas dan kapabilitas- akan menjadi bangsa pecundang dikemudian hari.

Negara-negara maju di dunia sangat khawatir dengan kelanjutan masa depan negara mereka. Apalah artinya kemajuan ekonomi, kecanggihan teknologi dan militer, kepemimpinan atas dunia, sementara generasi mudanya sedemikian rusak moralnya, bodoh dan tidak dapat diharapkan di masa depan. Bayang-bayang kemunduran atau bahkan kepunahan sebagai bangsa tampak begitu mencekam menakutkan.

John Kennedy, negarawan Amerika, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kerusakan moral generasi muda Amerika, ”Andai mereka disuruh berperang, hanya ada 1 dari 7 pemuda yang berani menghadapi musuh.”

Maka, generasi muda Islam pun harus mempersiapkan diri agar mampu berkompetisi sekaligus mengambil peranan yang lebih besar.

Berbagai elemen bangsa Indonesia yang mayoritas muslim harus bangkit dan saling bahu-membahu untuk mengembangkan berbagai program pembinaan generasi muda yang bermuara pada pencapaian kualitas iman dan takwa serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mumpuni.

Pembinaan moralitas generasi muda semakin penting apabila melihat fenomena bangsa Indonesia yang semakin terpuruk dalam krisis ekonomi yang parah dan bermuara pada rusaknya moral secara massal.

Ya, sesungguhnya kita memiliki banyak sekali orang pandai di berbagai bidang. Baik karena upaya otodidak maupun strata pendidikan yang tinggi hingga bergelar doktor dan profesor. Indonesia juga memiliki kekayaan alam dan sumber daya manusia yang luar biasa besar. Namun, semuanya tidak berdaya mengangkat derajat bangsa karena rusaknya moral yang membuat putaran roda pembangunan tidak bertenaga.

KKN (Korupsi, Kolusi & Nepotisme) yang merajalela, main mata penguasa dan pengusaha, kemaksiatan yang merata dan intervensi asing yang leluasa, telah menegasikan keadilan dan melumpuhkan sendi-sendi perekonomian bangsa. Saat ini seakan kita menemui kebuntuan dalam menemukan solusi yang terang.

Kebuntuan ini bukan berarti kita tidak melakukan apa-apa. Ada kerja besar yang harus dilakukan untuk sebuah perubahan besar di masa depan. Lahirkan generasi baru yang sama sekali berbeda. Tanamkan keimanan dalam lubuk hati mereka yang paling dalam. Cengkramkan ilmu pengetahuan di sel-sel otak mereka yang cerdas dan gemilang. Arahkan potensi mereka agar terarah dan berkembang. Kerja besar membangun peradaban sedang dimulai…

POROS PERUBAHAN BESAR

Maka perubahan itu menyangkut 2 poros utama: (1) perubahan pada individu tokoh muda; bagaimana ia mengalami prosesi perjalanan tarbiyah, dakwah, pengalaman hidup dan ketokohan menuju ledakan kepahlawanannya, (2) perubahan orang-orang muda yang mengiringi dan menyokong perjuangan tokoh muda tadi.

1. 1. Poros Pertama : Perubahan Tokoh Muda

Nabi Muhammad Saw telah memerankan diri sebagai agen perubahan dan rujuan masyarakat sejak usia yang sangat belia hingga di penghujung usianya.

Karya besar beliau adalah mengubah peradaban rendah penduduk Mekkah dan bangsa-bangsa Arab jahiliyah dalam waktu singkat menjadi bangsa muslim yang bermoral tinggi, dan mulai menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang menjadi mainstream baru peradaban dunia yang telah lama ternista dengan eksploitasi hawa nafsu dan keserakahan jiwa manusia.

Perubahan ini dimulai dari poros pertama: perubahan yang dialami oleh Rasulullah Saw sejak lahir hingga dewasa, menyangkut berbagai peristiwa.[1][1]:

þ þ Usia 0 – 4 tahun; sudah menjadi yatim, hidup di padang pasir bersama Bani Sa’ad dan selama itu mendapatkan ASI dari Halimah As-Sa’diyah. Hidup di padang pasir yang luas dan terbuka membuat hati dan fikiran menjadi lapang, serta memberikan mekanisme pertahanan diri yang kuat di masa itu. ASI adalah nutrisi terbaik seorang bayi yang berfungsi menumbuhkembangkan kecerdasan dan fisiknya secara maksimal.

Maka, Rasulullah Saw sejak bayi secara psikologis dan fisik telah distruktur dengan baik.

þ þ Usia 4 – 6 tahun; terjadi pembelahan dada oleh malaikat untuk dibersihkan jiwanya di usia 4 tahun, dan kembali kepada ibunya selama 2 tahun. Peristiwa ini memberikan kematangan spiritual dan kasih sayang yang cukup dari ibunya.

þ þ Usia 6 – 8 tahun; tinggal bersama kakeknya Abdul Mutholib yang merupakan tokoh masyarakat yang sangat berwibawa dan mendapatkan pengalaman politik yang intensif. Saking sering diajak dalam rapat-rapat politik oleh kakeknya sejak usia 6 tahun, orang-orang Quraisy mengkritik untuk tidak melibatkan Muhammad. Namun ditolak oleh Abdul Muthalib, “Tinggalkan dan biarkan ia terlibat, karena kelak ia akan menjadi orang besar di kemudian hari.”

þ þ Usia 8 tahun; mulai bekerja menggembala kambing ketika tinggal bersama pamannya Abu Thalib.

þ þ Usia 12 tahun; mulai perjalanan bisnis internasional ke Syiria bersama pamannya.

þ þ Usia 15 tahun; mengalami pengalaman militer dalam peristiwa perang Fijar antara kaum Quraisy dengan kaum lainnya selama 4 – 5 tahun.

þ þ Usia 20 tahun pengalaman diplomatik pertama sebagai juru damai antara kaum Quraisy dan kabilah lainnya pada usia 20 tahun, sekaligus mengokohkan kredibilitas sosialnya ditengah masyarakat. setelah itu bekerja pada Siti Khadijah dan kembali melakukan perjalanan bisnis ekspor/impor ke Yaman/Syiria.

þ þ Usia 25 tahun; menikah dengan Siti Khadijah dan memulai pengalaman sebagai kepala keluarga.

þ þ Usia 25 – 35 tahun; telah memiliki pengalaman sebagai kepala keluarga, pedagang, orang kaya, pemuka masyarakat, dan berbagai aktifitas sosial.

Menjelang kenabiannya, Muhammad telah memiliki kematangan yang lengkap: fisik, psikologi, spiritual, bisnis, perang, perjalanan internasional, kepala keluarga dan pemuka masyarakat.

Keseluruhan proses ini telah menempa Rasulullah Saw sebagai sosok yang sangat matang dan memadai untuk mengemban risalah kenabian dan melakukan kerja besar membangun peradaban Islam.

2. Poros Kedua : Perubahan Komunitas Pemuda

Selanjutnya, proses perubahan tokoh tersebut diikuti dengan perubahan poros kedua: proses perubahan komunitas pemuda. Karena pemuda-lah yang pertama kali menyambut seruan dakwah Islam dengan baik dan tangan terbuka.

Rasulullah Saw bersabda, “Saya wasiatkan para pemuda kepadamu dengan baik, sebab mereka berhati halus. Ketika Allah mengutus diriku untuk menyampaikan agama yang bijaksana ini, maka kaum mudalah yang pertama-tama menyambut saya, sedang kaum tua menentangnya.”

Inilah kuncinya.

Pembinaan yang dilakukan Rasulullah saw. terhadap para sahabat yang masih sangat muda ini pun bagian dari rekayasa perubahan besar itu.

þ þ Ali bin Abi Thalib dibina sejak usia 8 tahun.

þ þ Zubair bin Awwam 8 tahun.

þ þ Arqam bin Abi Arqam 16 tahun

þ þ Ja’far bin Abi Thalib 8 tahun

þ þ Shahih Ar Rumy 19 tahun

þ þ Zaid bin Haritsah 20 tahun

þ þ Saad bin Abi Waqqash 17 tahun

þ þ Utsman bin Affan 17 tahun

þ þ Usamah bin Zaid masih berusia 18

Selanjutnya, para pemuda generasi pertama hasil binaan Rasulullah Saw tersebut di atas mencapai hasil gemilang dengan menaklukkan 2 negara adidaya waktu itu: Romawi dan Persia, dan meluaskan wilayah kekuasan Islam hingga kerajaan-kerajaan Syam (Syiria), Mesir, Irak, Afrika Utara , dalam waktu 35 tahun, selama era Khulafaur Rasyidin.

Kejayaan Islam yang didorong oleh para pemuda ini berlanjut hingga ke masa pemerintahan Bani Umayah dan Bani Abbasiyah. Pada masa ini, Islam berekspansi hingga ke wilayah yang amat luas: membentang ke negeri India dan perbatasan negeri Cina, sedangkan ke arah barat mencapai Andalusia (Spanyol).

Di antaranya adalah kisah pemuda Shalahuddin al Ayyubi. Dengan ketokohan dan kewibawaannya, beliau mempersatukan kembali seluruh negeri Islam yang tercerai berai mulai dari sungai Eufrat sampai sungai Nil dan mengalahkan kekuatan salib di Hathin pada tahun 1187 M, disusul setahun kemudian menaklukkan Yerusalem.

Selanjutnya adalah kisah kepahlawanan pemuda belia Muhammad Al Fatih yang dalam usia 24 tahun memimpin pasukannya menaklukan Konstantinopel pada bulan Mei 1453 M. Suatu penaklukan yang gemilang dan sangat dirindukan setelah gagalnya 6 kali penyerangan sebelumnya selama 800 tahun!

Keperkasaan pemuda Islam terus berlanjut hingga jaman modern ini. Dalam sejarah berikutnya pun kita dapat melihat sosok-sosok yang tidak kalah hebat.

Pada tahun 1928, Asy-Syahid Hasan Al-Banna dengan kematangan pribadinya telah menjadi penggerak kebangkitan Islam dengan pendirian gerakan Islam terbesar di dunia, “Al-Ikhwan al-Muslimun” pada usia yang masih sangat muda, yaitu 22 tahun, dimana kini dakwah dan pengaruhnya telah menyebar ke lebih dari 70 negara.

Asy-Syahid Abdullah Azzam telah terjun ke medan jihad Afghanistan sejak usia belia. Beliau juga telah ikut serta membina dan menyatukan para mujahiddin di sana.

Dan tentu saja, tidak terhitung pemuda-pemuda dan bocah-bocah intifadhah Palestina yang hingga detik ini tengah bertarung dan berjihad melawan pusat kekuatan kufur dunia : Yahudi Israel.

Itulah mengapa penjajah Israel pun konon dengan sengaja memandulkan banyak laki-laki Palestina yang tertangkap agar generasi cilik mujahidin tidak pernah lahir kembali untuk memerangi mereka.

Sama paranoidnya dengan raja Fir’aun di zaman nabi Musa as yang men’sweeping’ setiap bayi laki-laki yang lahir untuk dibunuh, khawatir laki-laki tersebut menjadi dewasa dan perkasa, kemudian siap meruntuhkan kekuasaannya.

Oleh karena itu, Al Qur’an sesungguhnya telah menentukan bahwa sosok pemuda layak diberikan kepemimpinan dan pelopor perubahan karena potensi alaminya.

Allah swt. berfirman,

“Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.” (QS. Al Kahfi: 13).

“Nabi mereka berkata, “Sesungguhnya Allah telah

mengangkat Thalut menjadi rajamu.” Mereka menjawab, “Bagaimana Thalut memerintah kami padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedangkan ia tidak memiliki kekayaan yang cukup banyak.”

Nabi (mereka) berkata, “Sesungguhnya Allah telah

memilih mereka menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” (QS Al Baqarah 247).