Kamis, 29 Juli 2010

Kembali Menata Mimpi

Diatas sana siang telah beranjak dari singgasana langit, berganti Ashar yang kini bertahta dengan begitu terik. Tampak keangkuhan pada gedung-gedung tingi yang hendak merebut kekuasaannya. Mencoba mencakar, namun tak punya daya. Sedang dibawah sana, kuda-kuda besi dan bebek-bebek jalanan dengan kasar mengusur gerombolan oksigen yang tertindas oleh polusi, entah akan tinggal dimana lagi mereka sementara tak ada tempat lapang untuk sejenak menetap.

Dan aku masih disini, hampir dua bulan menanti. Berdiri pada tepian takdir yang tak jua ku dapati. Menjadi satu diantara sekian banyak jiwa yang meratap pada gencarnya intimidasi dan rongrongan mafia bernama gurita kehidupan. Setiap tentakel-tentakelnya menjerat dan membelit kuat tanpa ampun. Sesak,hampir terkapar. Namun rupanya masih ada celah untukku melepaskan diri sesaat.

Disini, di Taman Syurga Duniawi. Sebuah bangunan mungil berlembarkan permaidani-permaidani indah. Saat senyum-senyum merekah yang mengusir rasa gundah. Saat salam-salam menentramkan jiwa yang tertawan. Saat rengkuhan-rengkuhan erat dalam dekapan ukhuwah. Dan lingkaran-lingkaran yang barokah dalam naungan sayap-sayap malaikat yang hadir dalam majelis dzikir.

Aku bisa bernafas. Lega. Seakan mafia bernama gurita kehidupan tak lagi mengekang, bukan apa-apa. Dan aku ada disini, duduk-duduk sila merapat penuh dalam hangat. Seakan waktu tak berani pergi mengejar setiap detik yang selalu berlari. Walau selangkah.

Satu sosok diam mematung menatap setiap jiwa lewat kedua mata elangnya. Siapapun pasti kan menunduk tak berani menerima tatapan dari wajah teduh itu. Merasa rendah. Itulah yang mungkin ku rasakan saat ini. Entah kenapa. Bukan pada pakaian yang dikenakannya, karena sungguh amat sederhana. Bukan pula pada penutup kepala warna putih bersih yang biasa dipakai sebagai simbol agama di luar sana. Bukan pada rambut-rambut halus yang menggantung lurus di dagunya, bukan pula pada garis-garis hitam yang menghiasi bola matanya. Tapi karena apa yang terpancar dari dalam hatinya. Malu, terus terang hati ini berbisik.

Dialah Sang Murrobi. Yang menyematkan setiap mimpi tatkala pertemuan sepekan sekali. Menentramkan setiap hati yang bergejolak setelah sepekan berada dalam dunia yang galak menyalak. Meneguhkan batin-batin yang setelah sepekan tergerus melawan arus.

“Jika kau tak bersama rombongan mereka, maka akan bersama rombongan yang mana dirimu berada..?”,

“Bukan mereka yang membutuhkan kita, tapi kita yang membutuhkan berada dalam lingkaran mereka”,

Kalimat-kalimat itu berloncatan keluar dari laci-laci memori yang tersusun rapi. Delapan tahun telah berlalu. Dan disinilah aku. Kembali berada dalam barisan mereka. Dari barisan yang satu ke barisan yang lain. Dari satu Murrobi ke Murrobi yang lain.

“ Istiqomah itu butuh energi ilmu, ikhlas dan kesabaran “, dan disini kembali aku berdiri.

Rabu, 28 Juli 2010

JALANI SAJA

Hakekat hidup adalah menjalani, mungkin sebagian orang sering berkata dengan landai, Sudahlah hidup ini “JALANI SAJA...”. Mungkin sebagian kita bertanya, mengapa tidak berusaha sekuat tenaga ?, dua-duanya benar, hanya, di letakkan di mana ungkapan tersebut. Manusia merupakan makluk paling sempurna di muka bumi, kesempurnaanya di letakkan dalam Akal dan Fikiran. Sedangkan akal dan fikiran hidup karena adanya Zat Mulia dari Allah yang sering disebut dengan Zat Illahi atau Ruhul Qudus yang ada dalam diri manusia, sehingga manusia dikatakan Wali di muka bumi. Wakil Allah untuk memelihara dan memanfaatkan bumi dan isinya. Catatan... Manusia dalam memelihara dan memanfaatkan bumi dan isinya harus sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan sebagaimana firman Tuhan dalam kitab-kitab-Nya.


Bila sebagian manusia berujar ” Hidup ini jalani saja... atau hidup ini tinggal menjalani...”. mungkin mereka mendasari, dengan keyakinan yang sangat tinggi bahwa apa yang terjadi kepada diri kita dan semua manusia, itu merupakan “ Kejadian yang terbaik ”, dan sesuai ketentuan yang telah ditentukan oleh Tuhan. Tentunya hal itu sesuai dengan amal perbuatan masing-masing manusia. Sehingga dalam firman-Nya “ sekecil apapun perbuatan manusia, walaupun sebiji zarah, maka akan dibalas “, yang artinya juga bisa dimaknai “ Baik dengan baiknya, buruk dengan buruknya”.

Penyederhanaan ungkapan “ HIDUP INI JALANI SAJA”, sesungguhnya mengadung makna yang sangat dalam, di mana ungkapan tersebut terdapat perilaku sederhana, jujur, iklas dan legowo. Tentunya dalam ungkapan tersebut mempunyai implikasi “ Mencoba menikmati detik-demi detik seiring perjalanan waktu “. Nah dalam kesadaran yang demikian tinggi itulah sesungguhnya manusia mampu berfikir dengan tenang, arif, lembut dan teliti. Akhirnya manusia bisa menikmati hidup dan mengurai persoalan demi persoalan, sehingga mampu mendapatkan hakekat peristiwa yang dialami yang akhirnya mendapat manfaat dan berkah dalam setiap langkah, inikah wujud ibadah sesungguhnya..?. lantas apa yang dimaksud dengan persoalan hidup...?. sesungguhnya tergantung dari mana sisi pandang serta bagai mana mensikapinya. Mungkin demikian..?.

Yang diangankan dan yang dicita-citakan manusia adalah bahagia, selamat di dunia dan di akhirat. Dan yang ditakuti adalah persoalan. Padahal keduanya merupakan untaian setali tiga uang. Satu keping uang yang bernilai sama, hanya berbeda gambaran. Apakah akan mempersoalkan gambarnya..? atau mencoba memanfaatkannya sesuai nilainya, untuk mencapai tujuan...?, mari kita renungkan bersama.

Kamis, 22 Juli 2010

Gaji Minimal Untuk Nikah

Lagi sibuk nyari artikel tentang perencanaan keuangan keluarga, eh, nemu Artikel yang bagus buat baca-baca. Pastinya siapapun ketika mau menikah sudah mempunyai gambaran rencana setelah menikahnya dong. Sebenarnya kebutuhan apa saja sih yang di perlukan selama kita berkeluarga setelah menikah ?

Pernah gue denger orang nanya sama temennya....katanya begini : "eh, kalo gue nikah tapi dengan gaji gw yang cuma Rp#### bisa ga ya?”.

hmmm.....
Maka dari pertanyaan itu dibuat survey asal, ngawur dan jauh tata cara penelitian yang valid dan reabel...

dan berikut adalah daftar pengeluaran standar bulanan setelah menikah. Sekedar berbagi aja, buat temen-temen yang mungkin juga mengalami 'Matery after merit phobia syndhrome' (istilah asal nyomot)



Daftar anggaran bulanan (asumsi :disusun berdasarkan skala proritas, disusun dengan sangat2 relatif, dan berdasarkan basic needs standar menengah ke bawah seperti kebanyakan mahasiswa yang baru lulus) ^^v...

1. Makan

Dengan asumsi sekali makan adalah Rp 5000 Maka makan 3x sehari, kali 2 orang (karena lagu sepiring berdua cuma berlaku pada saat pacaran ajah), kali 30 hari adalah Rp900.000

Tips
Rajin-rajin ke kondangan atau sunatan, dan bawa pulang nasi kotaknya Pasti lebih ngirit. Kalau kondangan masih kurang, Makan jadi sehari 2 kali aja. Masih kurang juga..? banyakin puasa Senin Kamis. Masih kurang juga..? ya udah, Puasa Daud ajaa, sehari makan sehari puasa, gak usah pake sahur bakal ngirit pake buangeeet....

2.Kontrakan


Dengan asumsi masih ngontrak di rumah petak, yang punya uda botak, tapi masih galak, dan punya anjing belum jinak, Maka dana untuk kontrakan sekitar 350.000/bulan. Ini sudah yang paling murah.

Tips
Tinggallah di Pondok Mertua Indah Niscaya 2 dana diatas gak akan pernah ada. Di pondok mertua indah, anda akan bebas makan apa aja, termasuk 'makan ati'
(^__^)

3. Listrik dan Air

Dengan asumsi daya listrik 900 watt dan pake jetpam maka anggaran untuk listrik adalah 100.000/bulan

Tips
Jangan pake AC, cukup AC (angin cendela), gak usah beli TV, nebeng tetangga sebelah aja kalau kebelet nonton sinetron yang ceritanya monoton kan sekalian bisa sambung silaturohim. Trus Jangan suka main Plestesyen, cukup main monopoli,sudamanda atau gaple ama istri terasa lebih romantis. Kalau kurang seru, main gebhuk bantal sama Istri.

4. Transportasi

Dengan asumsi naik motor ke kantor, dengan motor yang paling irit ririt, maka untuk ongkos bensin dan servis adalah 100.000

Tips
Gunakanlah Bensin campur! (maksudnyah campur dorong, pasti lebih irit)
Atau ikutlah "Nebeng Fans Club", dengan alasan mempererat silaturahmi dengan yang ditebengi maka perjalanan berangkat dan pulang kantor akan terasa lebih menyenangkan.

5. Komunikasi


Dengan asumsi pake cdma yang 1000/menit maka untuk sebulan, ongkos komunikasi berdua adalah 100.000

Tips

Pakelah 'FREN' yang lebih murah (maksudnya kalo mau nelpon atau sms tinggal bilang"Freeen...minjam HP nya dong freen...")

6. Keperluan sehari2

Seperti sabun,odol,syampu, dll dsb Dengan asumsi tidak pake fesyel,krimbat, manikyur, pedikyur, kukyur2 maka alokasi dana untuk ini sebesar 50.000

Tips:

Mandi kalo perlu saja,Kalo dulu 2 kali sehari,jadi 2 hari sekali. Untuk ngirit odol kembalilah memakai tumbukan batu bata.

7. Kesehatan


Seperti minyak kayu putih,vitamin, obat pusing (ini penting buat pengantin baru wekekekek!), maka alokasi cadangan untuk kesehatan sebesar 50.000

Tips :

Jaga kesehatan

Jangan begadang...kalo tiada artinya...begadang bole saja...asalkan sambil
ronda (halah!!)

8.Entertaiment


Nah ini kalo ada uang lebih aja, bisalaah sekali2 nomat,liat live music,lari pagi di monas, atau makan martabak sekali2.di anggarin 50.000, aja

Jadii...
Dari asumsi basic needs diatas maka pengeluaran untuk tiap bulan adalah
sebesar :

1.700.000/bulan


(Bussyeeett dah...masih gede juga ya)

Mungkin ini bisa jadi bahan pertimbangan temen-temen ketika pengen nikah, untuk kemudian dibandingkan dengan pemasukan yang ada. Kalopun masih 'besar pasak daripada tiang'
Anda bisa memperkecil pasak, atau memperbesar tiang...ataauu. ..ga usak pake pasak, tapi dipaku aja!

Tapi ada 1 hal yang ga bisa dijelaskan dengan perhitungan
ketika anda memutuskan untuk menikah

(serius mode on*)

Yaitu, :: BERKAH MENIKAH ::
Selalu, Tuhan akan mencukupi kebutuhan umatnya yang mau berusaha dan berdoa, Selalu bersukur.

Minggu, 11 Juli 2010

Sampai Kelelahan Itu Lelah Mengikutimu

Memang seperti itu dakwah.Dakwah adalah cinta.

Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.

Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu.

Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yang menempel di tubuh rentamu. Tubuh yang luluh lantak diseret-seret. .. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yang bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya, mati sebagai jiwa yang tenang.

Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana.


Kurang heroik?

Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah, luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.

Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.
Tidak Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih tragis.

Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi akhirnya menjadi adaptasi.

Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. Hingga untuk mengeluh tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.

Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. Tapi saking seringnya ditinggalkan , hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman..

Karena itu kamu tahu. Pejuang yang heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore. Yang takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar.
Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, " ya Allah, berilah dia petunjuk sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang...

Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta, mengajak kita untuk terus berlari

Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.

Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.

Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.

Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.

Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.

Kalau iman dan syetan terus bertempur. Pada akhirnya salah satunya harus mengalah.




In memoriam Ust. Rahmat Abdullah

Sabtu, 10 Juli 2010

PERSIAPAN MENJELANG PERNIKAHAN

Sumber : Catatannya Ustadz Hakim
http://www.facebook.com/doni.cahyadi?cropsuccess#!/notes/surya-atmajaya/persiapan-menjelang-pernikahan/141197145892139


Seorang ibu rumah tangga suatu ketika bertanya kepada saya, “Pak ustadz, bagaimanakah doa ketika akan melakukan hubungan suami isteri?” Saya kaget mendengar pertanyaan itu, mengingat ibu tersebut bukanlah pengantin baru atau calon pengantin. “Ibu sudah punya putra?” tanya saya. “Punya ustadz, satu putra berumur delapan tahun”, jawabnya. “Kapan ibu menikah?” tanya saya lagi. “Sembilan tahun yang lalu”, jawabnya.

“Masyaallah! Pertanyaan ibu terlambat sembilan tahun. Seharusnya ibu bertanya hal ini sembilan tahun yang lalu sebelum melangsungkan pernikahan. Lalu bagaimana ibu melakukan hubungan suami isteri selama ini?” tanya saya penuh keheranan. “Ya langsung saja ustadz, tidak pakai doa”, jawabnya santai.

Dialog di atas memberikan gambaran betapa banyak orang yang melaksanakan pernikahan tanpa memiliki persiapan yang memadai. Menikah seakan-akan hanyalah karena dorongan instinktif semata, bahwa jika seorang laki-laki dan seorang wanita ingin menikah, maka menikahlah. Tidak terpikirkan bahwa mestinya mereka melakukan sejumlah persiapan agar pernikahannya membawa barakah.



Makna Nikah

Kata nikah berasal dari bahasa Arab, yaitu an nikah. Secara bahasa, kata nikah bermakna himpunan atau kesatuan, yaitu berhimpunnya sesuatu dengan yang lainnya. Ada pendapat dari Al Azhari yang menyebutkan bahwa kata nikah dalam bahasa Arab berarti jimak (hubungan suami isteri). Orang yang bersuami atau beristeri dinamakan menikah karena apa yang dilakukannya menjadi jalan menujun praktek jimak.

Al Farisi berpendapat bahwa orang Arab membedakan secara tipis antara nikah dengan jimak. Jika dikatakan bahwa si Fulan menikah dengan Fulanah, yang dimaksud adalah akad nikah, namun jika dikatakan seseorang menikahi isterinya, maka yang dimaksud adalah jimak.

Al Qadhi Husain, misalnya, ia berpendapat bahwa makna asal dari kata nikah adalah jimak, sedangkan akad merupakan makna kiasan. Akan tetapi Al Qadhi Abu Thalib dan Mutawalli berpendapat sebaliknya. Mereka meyakini bahwa makna asal dari kata nikah adalah akad, sedangkan jimak adalah makna kiasan.

Islam meletakkan pernikahan sebagai bagian yang utuh dari keberagamaan seseorang, artinya dengan seseorang beragama Islam padanya dikenakan aturan pernikahan. Rasulullah saw telah bersabda :

“Apabila seseorang melaksanakan pernikahan, berarti telah menyempurnakan separuh agamanya, maka hendaklah ia menjaga separuh yang lain dengan bertaqwa kepada Allah” (riwayat Baihaqi dari anas bin Malik).

Demikian juga pengarahan Nabi saw :

“Menikah adalah sunnahku, maka barangsiapa tidak suka dengan sunnahku, ia bukan termasuk golonganku. Menikahlah, karena aku akan membanggakan jumlahmu yang banyak di hari akhir nanti” (riwayat Ibnu Majah dari Aisyah ra).

Akan tetapi untuk menunaikan tuntunan Islam dalam hal pernikahan in i tidak bisa dilakukan sembarangan. Diperlukan sejumlah persiapan yang memadai agar pelaksanaan pernikahan benar-benar menjadi jalan terlaksanakannya tuntunan agama. Persiapan melakukan apapun adalah awal dari keberhasilan. Apalagi untuk sebuah pernikahan, momen besar dalam kehidupan seorang laki-laki dan seorang perempuan.



Persiapan Diri Menjelang Pernikahan

Momen besar bagi mempelai laki-laki karena ia akan bertambah amanah dari tanggung jawab atas dirinya sendiri menjadi tanggung jawab terhadap sebuah keluarga. Bermula dari istri dan nantinya anak-anak. Ia akan menerima limpahan perwalian seorang perempuan dari ayah atau wali yang lain. Bagi seorang perempuan momen besar itu lebih luar biasa lagi. Ia akan mempersilahkan seorang laki-laki yang tadinya bukan apa-apanya, untuk memimpin dirinya. Kerelaan luar biasa.

Untuk sebuah peristiwa bersejarah itulah laki-laki dan perempuan muslim hendaknya memiliki kesiapan diri secara moral- spiritual, konsepsional, fisik, sosial dan material.

a. Persiapan Moral dan Spiritual

Kesiapan secara mental dan spiritual ditandai oleh mantapnya niat dan langkah menuju kehidupan rumah tangga. Tidak ada rasa gamang atau keraguan tatkala memutuskan untuk menikah, dengan segala konsekuensi atau resiko yang akan dihadapi paska pernikahan.

Bagi seorang laki-laki, harus ada kesiapan dalam dirinya untuk bertindak sebagai qawwam dalam rumah tangga, untuk berfungsi sebagai bapak bagi anak-anak yang akan lahir nantinya dari pernikahan. Ada kesiapan dalam diri untuk menanggung segala beban-beban yang disebabkan oleh karena posisi sebagai suami dan bapak.

Bagi seorang akhwat muslimah harus ada kesiapan dalam diri untuk membuka ruang baru bagi intervensi seorang mitra yang bernama suami. Kesiapan untuk mengurangi sebagian otoritasnya atas diri sendiri lantaran tunduk pada prinsip syura dan ketaatan pada suami nantinya.

Sebelum memutuskan untuk menikah, persiapkan diri dari segi moral amat signifikan. Ingatlah pernyataan Allah bahwa wanita-wanita yang beriman adalah untuk laki -laki yang beriman dan wanita-wanita yang pezina adalah untuk laki-laki yang pezina. Yang keji hanya akan layak mendapatkan yang keji.

"Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina atau permpuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dinikahi kecuali oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki yang musyrik; dan yang demikian itu diharamkan bagi orang-orang mukmin" (An Nur : 3).

Bagaimana mungkin ada di antara anda yang berani memutuskan untuk berzina, sedangkan pasangan bagi orang yang berzina hanyalah pezina pula ? Na'udzubillahi min dzalik. Perhatikan ungkapan ayat berikut :

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita yang keji (pula). Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)" (An Nur : 26).

Jika anda ingin mendapat pasangan yang baik, jadikan diri baik. Jika seorang laki-laki ingin mendapatkan isteri yang shalihah, ia harus menjadikan dirinya shalih terlebih dahulu, dan sebaliknya. Bagaimana bisa seorang laki-laki menuntut isterinya sekualitas Fatimah, sedangkan ia sendiri tidak sekapasitas Ali ? Bagaimana mungkin berharap memiliki isteri setabah Sarah dan Hajar, sedangkan ia tidak sekokoh Ibrahim as ?

Bagi wanita muslimah, jika ingin memiliki suami sehebat Az Zubair, anda harus menyiapkan diri untuk memiliki kapasitas Asma’ binti Abu Bakar. Jika mengharapkan memiliki suami setegar Muhammad as anda harus menyiapkan diri untuk menjadi Khadijah ra.

Kadang dijumpai fenomena masyarakat kita yang tidak adil menilai diri sendiri. Ia berada dalam kondisi kebebasan pergaulan, entah sudah berapa banyak dia ganti-ganti pasangan atau pacar, atas nama mencari kecocokan untuk berkeluarga. Ia sudah melakukan kegiatan layaknya suami isteri dengan pasangan-pasangan yang berhasil dibujuk dan dirayu. Berapa banyak yang menjadi korban, entah dengan kesadaran dan kemauan sendiri, ataupun karena ketertipuan.

Sementara itu, ketika saatnya menikah ia menginginkan wanita perawan yang suci, yang belum pernah dijamah laki-laki, yang setia, tidak akan selingkuh dan senantiasa menjaga keutuhan rumah tangga. Bagaimana ia bisa memiliki harapan setinggi itu, menuntut utuhnya selaput dara, menuntut kesucian pasangan, sedangkan dirinya bergelimang dalam kemaksiyatan.

Sedemikian juga, bagaimana mungkin seorang wanita mengharapkan calon suaminya seorang laki-laki yang perjaka, suci tak pernah menjamah perempuan lain, jika dirinya sendiri sering menjadi jamahan sekian banyak laki-laki yang memacarinya? Jika dirinya berganti-ganti pasangan dalam rangka menikmati kesenangan nafsunya, dengan apa ia berharap memiliki suami yang setia kepada dirinya ? Inilah penilaian yang tidak adil terhadap diri sendiri.

Jika ingin memiliki suami yang setia, jadikan diri anda wanita yang setia. Jika ingin memiliki isteri yang suci, jadikan diri anda lakai-laki yang suci. Jika ingin mendapatkan pasangan hidup yang menjaga kehormatan diri, jadikan diri anda orang yang menjaga kehormatan diri. Mulailah dari diri anda sendiri, ibda’ binafsika.

Adapun cara mempersiapkan moralitas adalah dengan meningkatkan pengetahuan agama dan pembinaan diri secara kontinu melalui forum ta’lim, training, berguru secara khusus, membaca, silaturahim dan banyak wasilah lain. Bersamaan dengan itu jadilah diri cinta beramal shalih, dan ihsan. Tidak lupa senantiasa bergabung dengan lingkungan yang baik. Semoga Allah memudahkan langkah usaha itu dan membimbing kita menjadi pribadi taqwa, yang merupakan status tertinggi seorang hamba.

Persiapan spiritual ini bisa anda lakukan dengan berbagai tuntunan ibadah baik yang wajib maupun yang disunnahkan. Berdoa kepada Allah senantiasa agar mendapatkan kekuatan dan kemantapan hati dalam meniti hidup sehingga tidak melenceng dari keenaran. Istighfar, mohon ampunan kepada Allah, merupakan cara untuk melakukan evaluasi atas kelemahan diri.

Lebih penting lagi adalah upaya kolektif untuk senantiasa berada dalam kebaikan. Ada upaya secara bersama-sama dari komunitas kaum muslimin untuk mencapai kematangan diri sesuai dengan arahan Islam

b. Persiapan Konsepsional

Kesiapan konsepsional ditandai dengan dikuasainya berbagai hukum, etika, aturan dan pernik-pernik pernikahan serta kerumahtanggaan. Kadang dijumpai di kalangan masyarakat kita, mereka menikah tanpa mengetahui aturan Islam tentang pernikahan dan kerumahtanggaan. Wajar kalau kemudian dalam hidup berumah tangga terjadi berbagai bentuk kegiatan yang tidak berseusaian dengan sunnah kenabian disebabkan oleh ketidakmengertian.

Seseorang ibu rumah tangga bertanya kepada saya tentang doa hubungan suami isteri, padahal ia telah menikah sembilan tahun yang lalu, dan anaknya sekarang sudah berusia delapan tahun. Contoh kecil ini menunjukkan betapa msyarakat kita tidak begitu mempedulikan ajaran Islam tatkala mereka melaksanakan pernikahan. Jika ibu tersebut hanyalah merupakan salah satu sampel dari sekian banyak masyarakat kita, maka berpa banyak lagi yang sesungguhny memiliki masalah serupa, hanya tidak diungkapkan.

Ada juga pengantin baru yang bertanya kepada saya sebulan setelah pernikahannya, bagaimana caranya mandi besar. Saya tanyakan kepada dia, lalu apa yang anda lakukan selama ini ? Dia menjawab, yang penting mandi saja, apa adanya. Hanya dia masih beruntung bahwa pertanyaannya baru terlambat satu bulan, jika dibandungkan dengan ibu di atas yang terlambat sembilan tahun menanyakannya.

Masih sangat banyak kita menyaksikan masyarakat kita melakukan sesuatu tanpa landasan pengetahuan. Betapa pembagian peran dalam rumah tangga juga masih banyak yang semata-mata bercorak kultural, tanpa mengetauhuoi bagaimana sesungguhnya Islam telah memberikan aturan dan rambu-rambu bagi laki-laki dan perempuan. Kita melihat suami yang atas nama kepemimpinan melakukan penindasan dan kekerasan terhadap isterinya.

Kita menjumpai seorang isteri atas nama mengejar prestasi ia bekerja pagi sampai malam dan bersaing dengan suami. Kita menyaksikan betapa anak-anak dalam beberapa kelur\arga lebih banyak berinteraksi dengan pembantu rumah tangga dibandingkan dengan orang tua. Kita juga mendapatkan fenomena bahwa pendidikan anak lebih banyak dipercayakan kepada stasiun televisi swasta dan playstation, karena kesuibukan orang tua mereka.

Ada fenomena di beberapa kalangan masyarakat kita, mereka tidak memperhatikan faktor kesucian rumah tangga. Berbagai jenis najis tidak dibersihkan dengan tatacara yang sesuai dengan ketentuan fikih, sehingga dalam kebersihan rumah tersebut tidak terkandung kesub\cian. Di antara penyebab itu semuanya adalah minimnya ilmu mengenai hukum pernikahan dan kekeluargaan.

Mereka menikah karena dorongan instinktif, keinginan syahwat karena dorongan usia deqwasa. Sayangnya kemudian tidask ditindaklanjuti dwengan mempersiapkan diri secara konsep[sional, sehingga dalam melaksanakan pernikahan merekapun tamopak tidak memiliki pengetahuan. Ada kejadian, seorang laki-laki diminta mengucapkan kalimat syahadat oleh petugas KAU yang menikahkannya, ia minta dituntun karena sudah lupa.

Beberapa fenomena lain di zama kita sekarang banyak terjadoi pernikahan antaragama, atas nama kebebasan emnjalankan jkehdiupan beragama. Beberapa kalngan artis melakukannya secara bangga dan terbuka, dfan bahkan ketika salah seorang muslimah yang menjadi artis menikah dengan seorang laki-laki nonmuslim, ia mengatakan ketika dikonfirmasi, "Saya tidak mengetahui bahwa menikah antar agama itu tidak doibolehkan dalam Islam."

Sekanp-akan pernikahan hanyalah peristiwa hidup pada umumnya, seperti makan, tidur, mandi dan seterusnya. Seakan-akan begitu mudah mereka melaksanakan itu tanpa ada beban bahwa itu adalah sebuah amanah besar yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Ta'ala. Namun apabila pengakuan artis muslimah tadi benarm, maka ini semakin menguatkan kesimpuilan betapa minimnya kesiapan ksonsepsional ketika melajksnakan pernikahan.

Seorang laki-laki dan perempuan harus mengetahui dengan baik dan benar posisi dan peran masing-masing pihak dalam konteks rumah tangga. Apa hak dan kewajiban masing-masing pihak dan juga bersama. Bagaimana tata cara pergaulan suami isteri dalam rumah tangga. Berbagai pengetahuan yang menyebabkannya kebaikan sebuah keluarga perlu dimengerti sehingga belajar dan menyiapkan diri secara konsepsional merupakan suatu keharusan untuk dimiliki.

Hal ini agar kehidupan rumah tangganya nanti tidak berjalan menurut kebanyakan orang yang telkah melakukan. Biasanya begitulah masyarakat hidup berkeluarga, lalku akhirnya para pemuyda yang melajksanakan pernikahanpun jkuga memnbgikuti kebiasaan yang telah ada di masyarajkatnya. Dengan bekal ilmu atau konsepsi yang memadai, diharapkan mereka bisa berinteraksi secara Islami, sesuai aturan Islam, bukan semata-mata meneruskan tradisi.

Islam amat menghargai ilmu, karena keimanan seseorang pun dituntut diletakkan di atas landasan keilmuan. Allah Ta'ala telah berfirman :

"Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan mohon ampunlah bagi dosamu dan (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan" (Muhammad : 19).

Ungkapan ayat di atas diawali dengan kata kerja perintah fa'lam yaitu berupa al amru bil 'ilmi, perintah untuk mengilmui atau mengetahui, baru kemudian kata kerja perintah wastaghfir yaitu perintah untuk melakukan istighfar. Dalam susunan kalimat seperti ini terkandung sebuah pengertian, bahwa perintah untuk mengetahui lebih didahulukan dibandinglkan dengan perintah untuk beramal.

Islam mengharagi amal yang dibanun di atas landasan ilmu, sebagaimana Islam menghargai ilmu yang dilanjutkan dengan amal. Oleh karena itu, mmenjadi tuntutan dalam melaksanakan pernikahan adalah mengilmui terlebih dahulu berbagai macam aturan dan etika yang mengatur sejak sebelum, pada saat dan setelah terjhadinya akd nikah.

Cara yang bisa ditempuh untuk mendapatkan persiapan konsepsional adalah dengan banyak belajar, baik mengikuti kejian, ta'lim, pembekalan pernikahan, atau dengan membaca buku-buku dan mendengarkan ceramah melalui media elektronik. Amat banyak cara yang bisa dilakukan untuk membekali, yang diperlukan hanaylah niat dan kemauan.

Apalagi ketika Umar bin Khathab memesankan kepada kaum laki-laki, "Ajari isterimu kandungan surat An Nur", maka semakin menguatkan alasan bagi kaum laki-laki untuk banyak membekali diri agar mampu mengajarkan isi surat An Nur kepada isterinya. Bukan hanya mengajarkan, namun ia adalah pihak yang menuntun dan mencontohkan pertama kali aplikasi dari isi surat An Nur.

Anda adalah pemimpin dalam rumah tangga, wahai kaum laki-laki. Persiapan anda harus memadai untuk bisa dihormati dan diletakkan sebagai seorang pemimpin. Anda tidak akan memiliki kewaibawaan sebagai pemimpin apabila anda tisdak berbekal ilmu secara cukup. Bangunlah kewaibawaan sebagai qawwam tidak dengan sikap sangar dan galak, tidak dengan arogan dan kasar. Akan tetapi bangunlah wibawa anda dengan ilmu, pengetahuan, kelembutan dan kebijakan.

c. Persiapan Fisik

Kesiapan fisik ditandai dengan adanya kesehatan yang memadai sehingga kedua belah pihak akan mampu melaksanakan fungsi diri sebagai suami atau isteri dengan optimal. Apabila di antara indikator kemampuan yang dituntut dalam pelaksanaan pernikahan adalah kemampuan melakukan jimak, maka kesehatan yang dituntut pada laki-laki dan perempuan salah satunya menyangkut kemampuan berhubungan suami isteri secara wajar.

Hal lain yang amat penting dalam konteks kesehatan ini adalah pada sisi kesehatan reproduksi. Bahwa laki-laki dan perempuan ini akan mampu melakukan fungsi reproduksi dengan baik. Mereka berdua dipastikan tidak mandul, sehingga nantinya akan memiliki ketrunan, sebagai salh satu tujuan dari pernikahan. Rasulullah saw menganjurkan agar menikahi wanita yang penyayang lagi banyak anakbya.

Melakukan pemeriksaan kesehatan kepada ahlinya merupakan salah satu langkah yang bisa ditempuh menjelang pernikahan. Masing-masing pihak juga bisa mendeteksi dalam dirinya sendiri adanya penyakit tertentu yang dirasakan selama ini. Hendaknya masing-masing bisa terbuka menyampaikan riwayat kesehatan dirinya kepada calon pasangannya untuk menjadi bahan perttimbangan memutusakan terjadinya pernikahan atau tidak.

Laki-laki dan perempuan muslim hendaklah rajin melaksanakan olah raga sebagai bagian dari penjagaan kesehatan dan kebugaran dirinya. Untuk menggapai keharmonisan keluarga, dua kata inim, yaitui sehat dan bugar, amat diperlukan. Kita tidak hanya membutuhkan kesehatan, namun juga kebugaran. Orang yang tidak sakit adalah orang yang sehat. Akan tetapi orang yang sehat ini mungkin saja dia mengalami gejala mudah lelah, cepat mengantuk, tidak energik, lambat dalam berbuat dan lain sebagainya.

Oleh karena itu diperlukan kebugaran agar badan, bukan saja kesehatan, agar bisa energik, tidak malas-malasan, tidak mudah lelah, dan vitalitas tinggi. Hidup teratur, makan seimbang dan bergizi, culkup[ istirahat, olah raga teratur merpakan langkah-langkah untuk menuju kesehatan dan kebugaran fisik.

Kita bisa merasakan betapa mahal sebuah kesehatan apabila kita jatuh sakit. Berapa banyak uang dihabiskan di Rumah Sakit untuk menyembuhkan penyakit. Juytaan, puiluhan bahkan aratusan juta terbuang untuk mendapatkan status sehat setelah sakit. Oleh karena itu lebih murah biaya penjagaan daripada biaya pengobatan setelah terkena penyakit.

Maka, jagalah kesehatan dan kebugaran anda.

d. Persiapan Material

Islam tidak menghendaki kita berpikiran materialistis, bahwa orientasi dalam kehiduopan hanyalah materi. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa materi merupakan salah satu sarana ibadah kepada Allah. Masyarakat Indonesia tidak akan bisa menunaikan haji aopabila tidak memiliki cukup dana untuk berangkat ke tanah suci, serta biaya menetap maupun pulangnya.

Jangankan haji yang jaraknya jauh, sedangkan shalat tidak akan sah apabila tedak mengenakan pakaian yang menutup aurat, dan seseorang tidak memiliki pakaian kalau ia tidak memiliki harta untuk mendapatkannya. Lebih mendasar dari itu, kita tidak bisa melaksanakan ibadah, apabila tidak makan. Untuk bisa makan dengan cukup, sudah pasti diperlukan sejumlah materi.

Islam meletakkan, kewajoiban ekonomi akibat dari pernikahan adalah di tangan suami. Para suami berkeqwajiban menudeiakan kehidup[an bagi isteri, sejak dari kewbutuhan konsumsi, pakaian, tampat rtinggal, kesehatan dan juga pendidikan dan transportasi., Seluruh biaya kehidupan menjadi kewajiban suami untuk memikulnya.

Bukan berarti isteri tidak boleh bekerja produktif. Hanya saja opada pihak isteroi bukan merupakan sebuah kewajiban untuk produktif di bidang ekonomi. Dengan demikian letajk kewajiban suami dan isteri dalam konteks materi ini berbeda. Suami wajib bekerja mencari nafkah untuk menghidupi isteri dan anak-anaknya, sedangkan isteri berkewajoiban mengelolan keuangan daklam rumah tangga.

Adapun persiapan material sebelum pernikahan dimaksudkan lebih kepada kesiapan pihak laki-laki untuk menafkahi dan kesiapan perempuan untuk mengelola keuangan keluarga. Bukan berapa tersedianya dana untuk bisa melaksanakan pernikahan. Sebab apabila kita berhitung kelewat matematis, kita tidak akan bisa mencari jumlah minimal kebutuhan uang untuk hidup berkeluarga.

Seorang laki-laki harus memiliki kesiapan untuk menafkahi keluarganya, sehingga sebelum menikah ia sudah jharus mengetahui pintu-pintu rizqi yang akan mengantarkan dia kepada pemenuhan kewajiabn ini. Sebelum menikah ia sudah memiliki pandangan dan rencana untuk melakukan tindakan ekonomi tertentu, baik berusaha wiraswasta, menjadi pegawai swasta ataupun negeri, dan usaha-usaha lkainnya yang hgalal.

Mengenai berapa penghasilan yang didapatkan dari usaha tersebut, jangan dijadikan tolok ukur utama untuk menilai kesiapan menikah, sebab hal itu akan membuat ketertipuan. Seorang yang pada saat menjelang pernikahan gajinya sangat besar, biosa saja bulan depan sudah mengalami kebangkrutan karena di PHK dari poerusahaannya. Dan berapa banyaknya pengusaha yang kini sukses, dulunya ketika muda memulai usaha dari nol, sehingga melaksanakan pernikahan dalam keadaan tidak memiliki harta benda.

Setiap muslim hendaknya dia memiliki optimisme yang tinggi untuk bisa mendapatkan karunia dari Allah berupa rizqi. Selama mereka mau berusaha, melakukan sesuatu untuk kehidupan, jalan-jalan kemudahan itu akan datang. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman :

“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu itu (sumber) penghidupan” (Al A’raf : 10).

Pernah suatu ketika Rasulullah saw ditanya seseorang, “Ya Rasulullah, pekerjaan apa yang terbaik ?” Maka beliau menjawab, “Pekerjaan yang terbaik adalah usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan semua penjual beli yang baik” (HR. Ahmad, Baihaqi dan lain-lain).

Adaslah sebuah perbuaytan yang tercela, bahwa seseorang berusia produktif tidak mau melakukan sesuatu untuk menghaisilkan nadfkah. Khalifah Umar bin Khathab ra pernah berkata, ”Jangan sekali-kali seseorang di antara kamu hanya duduk-duduk saja dan tidak berusaha untuk mencari rizki dan hanya berdoa : ‘ Ya Allah berilah hamba rizki !’ Tahukah kamu, dan semua telah tahu bahwa langit itu tak akan menurunkan hujan berupa emas atau perak". Amat keras sindiran khalifah Umar terseburt mengenai orang-orang yang malas bekerja, dan hanya berdoa saja tanpa mau berusaha.

Demikian pula Ibnu Mas’ud ra pernah berkata, “Saya benar-benar benci kalau melihat orang hanya menganggur saja, tak berusaha untuk kepentingan dan urusan keduniaannya dan tidak pula berusaha untuk akhirat.” Suatu ketika Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya, “Bagaimana pendapat anda mengenai seseorang yang hanya duduk di rumah atau di masjid dan dia berkata : ‘Saya tidak mengerjakan sesuatu apapun, sehingga rizkiku akan datang nanti dengan sendirinya.’

Imam Ahmad menjawab, “Orang tersebut sangat bodoh dan tak mengerti ilmu agama sama sekali. Apakah orang yang demikian itu tak mendengar sabda nabi : ‘Sesungguhnya Allah telah menjadikan rizkiku terletak di bawah tombakku.” Juga apakah orang tersebut tidak mendengar sabda Rasulullah saw ketika beliau menyebutkan perihal cara burung mencari kehidupannya, dan mengatakan: ‘Berangkat pagi-pagi dengan perut kosong dan pulang sore-sore dengan perut kenyang’ (riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Yang penting adalah etos kerja dari pihak laki-laki untuk berusaha mencari nafkah dengan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Islam sangat menghargai etrois kerja dan mengecam para pemalas yang tidak mau bekerja produktif. Kendatipun kaum perempuan tidak mendapatkan beban kewajiban material, akan tetapi bukan berarti tidak boleh bekerja produktif.

Dalam kehidupan sekarang, dimana kebutuhan hidup semakin banyak, maka banyak dijumpai suami dan isteri sama-sama bekerja, sejak mereka belum berumah tangga. Hal seperti ini tidaklah tercela selama mereka berdua saling meridhai dan memilih pekerjaan halal serta sesuai fitrah masing-masing pihak.

Bahlkan untuk kaum wanita, ada hal yang juga perlu dipertimbangkan untuk kehidupan saat ini, dimana pemerintahan tidak mengaplikasikan syariat Islam. Apabila suami meninggal terlebih dahulu, atau terjadi perceraian, dimana anak-anak mengikuti sang ibu, sementara anakj-anak ini memmerlukan biaya sekolah dan kuliah, siapakah yang akan membiayai mereka apabila suaminya mangkir tidak mau memberikan biaya bagi anak-anaknya?

Dalam pemerintahan Islam, mereka yang tidak mampu seperti inimendapatkan jaminan kehidupan dari baitul mal negara. Untuk konteks sekaranmg di Indonesia, penyelesaian masalah itu mungkin bisa dilakukan dengan ta'awun dari orang-orang kaya untuk membiayai hidup janda dengan anak-anaknya. Tetapi jika ta'awun tersebut belum bisa terwujud, sementara janda ini tidak memiliki kerabat atau saudara yang mempu mencukupi hidup[ mereka, maka jalan yang paling mungkin adalah dengan menyediakan lapangan pekerjaan bagi janda tersebut.

e. Persiapan Sosial
Menikah menyebabkan pelakunya mendapatkan status sosial di tengah masyarakat. Jika sewaktu lajang dia masih menjadi bagian dari keluarga bapak ibunya, sehingga sering belum diperhitungkan dalam kegiatan kemasyarakatan, setelah menikah mereka mulai dihitung sebagai keluarga tersendiri.

Membiasakan diri terlibat dalam kegiatan kemsyarakat merupakan cara melakukan persiapan sosial. Apabila laki-laki dan perempuan muslim telah mencapai usia dewasa hendaknya mereka mengambil peran sosial di tengah masyarakat sebagai bagian utuh dari cara mereka belajar berinteraksi dalam kemajemukan masyarakat. Jika sebelum menikah tidak terbiasa melakukan interaksi sosial, biasanya muncul kekagetan ketika telah berumah tangga dengan sejumlah tuntutan sosial yang ada.

Islam adalah agama yang senantiasa menyuruh kita memeiliki kepedulian dan keterlibatan soisial. Allah telah berfirman :

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan Nya dengan sesuatu. Dan berbuat baiklah terhadap kedua orang tua, kerabat-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguihnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri" (An Nisa : 36).

Perintah menyembah Allah, larangan berlalku syirik, dihubungkan kemudian dengan perintah berlaku sosial secara baik. Berbuat kebajikan dalam kehidupan masyarakat yang sempit dan luas, sejak dari kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan lain sebagainya. Tetangga yang dekat dan yang jauh bisa dimaknai dalam konteks jarak, atauopun dalam konteks kekerabatan.

Abu Dzar berkata, bahwa Rasulullah saw telah berpesan kepada dirinya, "Hai Abu Dzar, jika engkau memasak maka perbanyaklah kuahnya dan perhatikan tetanggamu" (riwayat Muslim).

Demikian juga Abu Hurairah menceritakan bahwa Rasulullah saw memberikan nasihat kepada para wanita, "Hai para wanita muslimah, janganlah kalian merasa rendah diri jika akan memberi hadiah kepada tetangga, walaupun hanya dengan kikil (ujung kaki) kambing" (riwayat Bukhari dan Muslim).

Hal ini menunjukkan bahwa Islam amat mengharagai keserasian dan kerukunan hidup bertetangga. Memberikan perhatian, mengirimkan hadiah, adalah salah satu contoh bagaimana Islam mengajarkan interaksi positif bersama mereka. Oleh karena itu, belajar berinteraksi dengan realitas kehidupan masyarakat merupakan salah satu l;angkah yuang perlu diambil oleh laki-laki dan perempuan agar nantinya tidak canggung ketika telah hidup berumah tangga dan bermasyarakat.

Apalagi bagi mahasiswa dan mahasiswi yanbg terbiasa hidup di kos selama mereka kuliah. Selama tinggal di lingkungan kos, mereka adalah pihak yang terisolir dari masyarakat. Ketika ada acara-acara sosial kemasyarakatan mereka tidak pernah dilibatkan, karena dianggap sebagai tamu terhormat oleh masyarakat. Dalam batas tertentu, mahsiswa dengan menara gading kampusnya, telah diletakkan pada posisi untauchable oleh masyarakat.

Tatkala melaksanakan rapat RT para mahasiswa tidak diundang, demikian juga ketika ada jadual ronda, kerja bakti dan lain sebagainya, mereka cenderung tidak dilibatkan. Sebagaimana juga ketika ada arisan ibu-ibu, pertemuan dasawisma, pertemuan PKK dan lain sebagainya acara kaum wanita, para mahasiswi yang tinggal di lingkungan itu tidak pernah dilibatkan. Dampaknya selama empat atau l;ima tahun mereka kos, terisolir dari kehidupan masyarakat dis ekitarnya. Mereka hanya mengenal dunia kampus dengan segala macam aktivitas dan isealismenya.

Begita mereka menikah dan tinggal di sebuah lingkungan m masyarakat, mereka sudah dihitung sebagai keluarga mandiri yang,m mendapoatkan tuntutan peran yang utuh dalam masyarakat sebagaimanba keluarga yang lainnya. Kadang ada asemacca,m kejutan tertentu pada mereka karena selama ini tidak terbiasa dengan ronda, arisan atau rapat tingkat RT, bahkan acara sosial lainnya seperti melayat orang meninggal, menghadiri pesta pernikahan atau aqiqah tetangga dan lain sebagainya.

Sangat diperlukan pembelajaran dari awal dalam konteks sosial;, agar tidak terjadi kekagetan dalam mengarungi hidup berumah tangga. kadang-kadang dalam hidup bermasyarakat diperlukan "ilmu basa-basi", agar mampu mensosialisasikan diri di tengah komunitas masyarakat luas. Perlu wajah sosial, murah senyum, mudah mendahului menyapa oirang, dan lain sebagainya yang merupakan bagian dari bumbu-bumbu hidup dengan baik bersama tetangga dan lingkungan terdekat.

Demikianlah beberapa persiapan yang diuperlukan oleh setiap pihak yang akan melangsungkan pernikahan. Semuanya bertujuan agar kehidupan keluarga yang dilewati paska pernikahan akan membawa kebahagiaan, kebaikan dan diliputi oleh suasana sakinah mawadah wa rahmah.

BIODATA PERNIKAHAN

Bagi para pemuda ataupun pemudi yang konsisten memegang teguh agamanya di zaman seperti ini, pacaran dengan lawan jenis sebelum menikah adalah sesuatu yang amat dijauhinya. Mereka tahu, bagaimana akan mendapatkan sesuatu yang berkah dan maslahat dalam kehidupan rumah tangganya, bagaimana akan mendapatkan generasi rabbani yang kuat dan menjadi pilar penegak sebuah peradaban Islam yang baru, jika segalanya diawali dengan sesuatu yang tidak baik dan diridhai oleh Allah.

Oleh karena itu dalam mencari pasangan hidupnya mereka menempuh jalur yang sudah dianggap kuno oleh masyarakat moderen sekarang ini. Yaitu yang pertama, orang tua mencarikan jodoh dan menikahkan anak perempuannya. Yang kedua, orang tua aktif mencarikan suami bagi anak perempuannya. Yang ketiga, diproses pernikahannya oleh orang-orang yang sholeh. Yang keempat, mencari sendiri jodohnya. Yang kelima, wanita menawarkan dirinya kepada laki-laki yang sholeh. Yang terakhir ini bukanlah aib atau cela. Yang penting teknisnya dilakukan dengan jalan yang bijak dan sesuai dengan fitrah wanita.

Kelima cara menjadi jodoh tersebut tentu tetap berada dalam koridor yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW yaitu tidak boleh ada paksaan dan keterpaksaan, serta memenuhi kriteria penilaian dari hartanya, kecantikannya, keturunannya, atau agamanya. Mendapatkan pasangan yang memenuhi semuanya patut disyukuri, sedangkan bila tidak, cukuplah dengan memenuhi kriteria terakhir yaitu pasangan yang mempunyai pemahaman baik terhadap agama ini. Sungguh, ketiga yang pertama tidak akan berarti saat biduk rumah tangga itu dikayuh. Ketaatan dan keshalehan pasanganlah yang senantiasa diharapkan dan dirindu di setiap waktunya. Pilihan terakhir itulah yang kata Rasulullah akan membuat selamat.

Di sini tidaklah akan saya uraikan panjang lebar tentang persiapan mendetil sebuah pernikahan. Karena Anda, para pembaca, dapat mengetahuinya secara lengkap dari banyak buku yang dijual di pasaran, dengan sebuah tema besar: CARA MEMBENTUK RUMAH TANGGA ISLAMI.


Di sini saya akan mengetengahkan salah satu tahap yang dianggap remeh dalam cara mencari jodoh yang diproses oleh orang-orang yang shaleh atau yang dipercayainya. Yaitu tahapan membuat biodata diri. Tahapan ini diperlukan sebagai langkah pertama untuk mengenal calon pasangan hidupnya. Upaya ini diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang seringkali diajukan oleh para pemuja sistem pacaran pranikah.
Bagaimana bisa tahu tentang baik atau buruknya si dia? Ya, biodata ini adalah satu jawabannya. “Belum cukup!” jawab mereka. Ya, masih ada proses lebih dekat secara syar’i tentang pengenalan lebih jauh ini.

Yaitu melalui proses mencari informasi dari pihak-pihak yang mengenal lebih dekat dengan calon pasangan ataupun melalui proses nadzar (melihat dengan seksama dan teliti). Lalu bisa dilanjutkan dengan berbicara, dan berdialog menyangkut berbagai macam konsep atau persepsi tentang kehidupan (proses ini dikenal sebagai proses ta’aruf). Tentu perbincangan ini dalam konteks yang syar’i yaitu tidak berdua-duaan dan senantiasa memakai hijab (tabir atau pembatas).

“Belum cukup!” jawab mereka lagi. Ya, sudah cukup, mau mengenal lebih dekat lagi, sila untuk menikah terlebih dahulu. Insya Allah, Allah senantiasa menolong para hamba-Nya yang akan menyempurnakan separuh din-nya ini.

Lalu bagaimana agar biodata ini setidaknya cukup memberikan gambaran yang sejujurnya dari masing-masing pasangan? Jawabannya adalah senantiasa memegang manhaj pertengahan.Tidak ada yang dikurang-kurangkan, dan tidak ada yang dilebih-lebihkan.

Detilnya adalah sebagai berikut:
1. Ungkapkan identitas Anda sejelas-jelasnya;
2. Ungkapkan cita-cita Anda setelah menikah padanya;
3. Jujur, tidak ada fakta yang disembunyikan tentang pekerjaan dan penghasilan anda, keluarga dan orang tua serta informasi yang dianggap perlu dan seringkali menjadi pertimbangan penting yaitu masalah penyakit yang pernah dan sedang diderita;
4. Tidak sedikit seperti informasi di Kartu Tanda Penduduk ;
5. Tidak perlu terlalu detil seperti company profile. ;

Berikut contoh minimal biodata yang setidaknya dapat digunakan untuk mengawali langkah baik dalam beragama ini. Karena betapa banyak yang masih saja bertanya bagaimana cara membuat biodata yang tepat. Sebenarnya kalau mereka mau bersusah payah sedikit membuat biodata ini tidak akan memerlukan waktu yang lama. . Mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa ada isian-isian yang tidak berhubungan dengan dirinya dan sebenarnya dia tidak mempermasalahkannya—misal tentang isian suku dan pekerjaan orang tua—tetapi sungguh perlu diketahui oleh semuanya bahwa biodata ini peruntukkannya tidak hanya untuk konsumsi pasangannya semata, tetapi juga sebagai bahan informasi yang bisa diberikan kepada keluarga masing-masing. Minimal sebagai bahan pertimbangan di pihak keluarga masing-masing.

BIODATA SAYA
(Di samping daftar isian berikut akan diberikan penjelasan seperlunya)
1. Nama : (Cukup jelas)

2. Tempat/tanggal lahir : (Cukup jelas)

3. Agama : Kudu Islam

4. Jenis kelamin : Penting untuk ditulis dan diketahui

5. Suku : Sebutkan dengan jelas, Asmatkah, Dayak, Jawa, atau Sunda?

6. Status Perkawinan : Belum menikah, sudah menikah, atau berstatus duda/janda

7. Pekerjaan : (Cukup jelas)

8. Jabatan pekerjaan : Diisi jika ada

9. Penghasilan per bulan : Penting untuk ditulis dan diketahui

10. Riwayat pendidikan : Mulai sekolah dasar hingga pendidikan terakhir

11. Riwayat organisasi : (Cukup jelas)

12. Nama orang tua kandung : (Cukup jelas)

13. Nama orang tua angkat : Diisi jika ada

14. Alamat orang tua : (Cukup jelas)

15. Pekerjaan orang tua : (Cukup jelas)

16. Anak ke/dari : (Cukup jelas)

17. Nama-nama saudara : (Cukup jelas)

18. Hobi/kesenangan : Tulis yang memang kita sukai. Jika tidak ada, ya tidak perlu ditulis.
19. Perilaku baik : Sebutkan perilaku baik yang paling menonjol. Tidak untuk ‘ujub (narsis). Contoh: baik hati, tidak suka marah,tidak sombong, suka menolong, hemat tapi tidak pelit, ringan tangan membantu sesama, dan masih banyak lagi yang lainnya.

20. Perilaku buruk : Sebutkan perilaku buruk yang paling menonjol. Ini kebalikan dari contoh perilaku baik seperti yang telah disebutkan di atas. Semisal: ngambekan, lelet, pemarah, dan lain-lainnya. Tetapi jangan membuka aib masa lalu yang sudah ditutupi oleh Allah dan memang tidak perlu untuk diketahui.

21. Penyakit : Ditulis jika ada penyakit berat atau menahun. Penyakit-penyakit yang bisa disembuhkan dengan obat-obatan yang dijual di warung-warung tidak perlu untuk ditulis. Seperti panu, kadas, kurap, batuk, pusing-pusing terkecuali memang penyakit itu berat. Ungkapkan juga kapan penyakit itu diderita, sudah atau sedang dialami.

22. Penggambaran fisik : Sebenarnya dengan melihat foto yang dilampirkan dalam biodata ini sudah mencukupi. Tetapi tidaklah mengapa untuk diungkapkan terutama masalah tinggi dan berat badan. Agar calon pasangan tidak meraba-raba seberapa ideal sosok calon pasangannya.

23. Tujuan menikah : Ungkapkan sejujurnya. Tidak perlu berbunga-bunga dan sewajarnya saja. Bagi saya ungkapan yang wajar dan sederhana adalah seperti ini: “untuk bisa menjaga diri saya.”

24. Keinginan setelah menikah : Utarakan keinginan terpendam Anda bahwa setelah menikah itu apa yang Anda inginkan pada pasangan anda. Semisal, ingin jadi ibu rumah tangga saja, tidak boleh ada televisi di rumah, senantiasa berdakwah, masalah keuangan dipegang oleh istri, tetap melanjutkan kuliah, ingin berumah tangga ala rasulullah, dan masih banyak lagi contoh-contoh keinginan yang lainnya. Ini sebenarnya awal dari sebuah memo of understanding secara singkat dan tertulis sebelum pembicaraan lebih lanjut mengenai itu pada saat ta’aruf.

25. Kriteria pasangan : Ini diisi jika yang mau menikah belum tahu siapa calon pasangannya dan memasrahkan semuanya pada orang-orang yang dipercayainya seperti murabbi misalnya untuk mencarikan sesuai keinginannya. Jika sudah tahu, isian ini tidak perlu dibuat. Ataupun tidak perlu mengisinya dikarenakan ia sudah siap untuk menerima siapa saja yang ditawarkan oleh murabbinya itu.

Boleh-boleh saja menginginkan calon pasangan yang mempunyai kriteria yang diinginkannya misalnya kriteria fisik, seperti cantik. Tetapi adalah hak bagi wanita juga menginginkan untuk mencari pasangan yang gantengnya tidak ketulungan. Lagi-lagi saya cuma mengingatkan menilai dari agamanya itu lebih selamat.

Keinginan seperti calon suami bisa baca alqur’an, hafal 30 juz, hafal hadits, bisa menjadi imam sholat untuk dirinya dan keluarganya, yang sholih atau sholihah, lulusan pesantren, bisa baca kitab kuning, aktivis pergerakan, ahlulmasjid, akhlaknya baik, tidak pemarah dan lain sebagainya tidaklah mengapa ditulis. Tetapi cukuplah dengan pemahaman bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini kecuali Rasulullah SAW, sudah dapat menjadi batasan bahwa ketika ada calon pasangan yang ada tanda-tanda keshalehan pada dirinya dan memenuhi kriteria itu walaupun cuma satu, ia dapat menerimanya dengan baik dan tidak bisa untuk ditolak.

Demikian detil singkat dari sebuah biodata pernikahan ini. Allohua’lam bishshowab, hanya Allah-lah yang mengetahui segalanya, dan hanya Dia-lah yang maha berkehendak. Catatan kecil ini saya persembahkan kepada para jomblo yang sholih atau sholihah untuk memulai sunnah yang mulia ini.

Sungguh Islam itu adalah agama yang mudah bagi umatnya. Sungguh Islam mengajarkan kepada kita batasan-batasan dalam pergaulan para pemuda dan pemudinya. Ada sebuah nilai keberkahan yang didapat pada orang-orang yang memulai kebaikan tersebut dengan kebaikan pula. Memulai proses menikah dengan sesuatu yang baik, sesuatu yang diridhai Allah, tidak pacaran, dan masih tetap menjaga hijabnya. Insya Allah catatan kecil ini bermanfaat untuk memulai semua itu. Tinggal memperkuat doa semoga Allah memudahkan langkah kita dalam menempuh sunnahnya, dan mempercepatnya.

Bila ada kekurangan, mohon untuk dimaafkan dengan maaf tiada terkira dari Anda untuk saya, para pembaca.

Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara

sumber : http://dirantingcemara.wordpress.com/

*MERENGKUH CINTA DALAM BUAIAN PENA*

Ya, ALLAH,

Aku berdoa untuk seorang wanita,
yang akan menjadi bagian dari hidupku.
Seorang yang sungguh mencintaiMU lebih dari segala sesuatu.
Seorang wanita yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau.
Seorang wanita yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMU.





Seseorang yang memiliki hati yang bijak bukan hanya otak yang cerdas.
Seorang wanita yang tidak hanya mencintaiku tetapi juga menghormati aku.
Seorang wanita yang tidak hanya memujaku tetapi dapat juga menasehati ketika aku berbuat salah.
Seorang yang mencintaiku bukan karena ketampananku tetapi karena hatiku.
Seorang wanita yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam tiap waktu dan situasi.
Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang pria ketika berada disebelahnya.

Aku tidak meminta seorang yang sempurna,
Namun aku meminta seorang yang tidak sempurna,
sehingga aku dapat membuatnya sempurna dimataMU.
Seorang wanita yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya.
Seorang wanita yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya.
Seseorang yang membutuhkan senyumanku untuk mengatasi kesedihannya.
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna.

Dan aku juga meminta:
Jadikanlah aku menjadi seorang pria yang dapat membuat wanita itu bangga.
Berikan aku sebuah hati yang sungguh mencintaiMU,
sehingga aku dapat mencintainya dengan cintaMU,
bukan mencintainya dengan sekedar cintaku.

Berikanlah SifatMU yang lembut sehingga ketampananku datang dariMU bukan dari luar diriku.
Berilah aku tanganMU sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya.
Berikanlah aku penglihatanMU sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dalam dirinya
dan bukan hal buruk saja.
Berikan aku mulutMU yang penuh dengan kata-kata kebijaksanaanMU dan pemberi semangat, sehingga aku dapat mendukungnya setiap hari, dan aku dapat tersenyum padanya setiap pagi.

Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku berharap kami berdua dapat
mengatakaan "betapa besarnya Tuhan itu karena Engkau telah memberikan
kepadaku seseorang yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna".

Aku mengetahui bahwa Engkau menginginkan kami bertemu pada waktu yang
tepat dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang
Kautentukan.

sumber : http://ndeelife.blogspot.com/2009/12/merengkuh-cinta-dalam-buaian-pena.html

PERSIAPAN MENUJU PERNIKAHAN

Minimal ada 4 hal yang harus dimiliki oleh seseorang ketika ia ingin memasuki gerbang pernikahan:
 
1. Kesiapan Pemikiran
2. Kesiapan Psikologis
3. Persiapan Fisik
4. Persiapan Finansial

 

KESIAPAN PEMIKIRAN
1. Mempunyai kematangan visi keislaman
2. Mempunyai kematangan visi kepribadian
3. Mempunyai kematangan visi pekerjaan

KEMATANGAN VISI KEISLAMAN
Artinya, mempunyai dasar-dasar pemikiran yang jelas tentang identitas ideologinya.
Artinya, mengetahui MENGAPA ia menjadi muslim
“Di dalam hidup ini, kita akan sesekali menghadapi banyak alternatif. Saat itu, kita akan banyak menghadapi masalah yang pemecahannya sangat ditentukan oleh kematangan pengetahuan tentang MENGAPA kita menjadi muslim, sehingga kita mampu dihadapkan pada berbagai pilihan dalam kehidupan riil.”

KEMATANGAN VISI KEPRIBADIAN
Artinya, mempunyai konsep diri yang jelas
Artinya, mengetahui apa kelemahan dan kekuatannya, apa ancaman yang bisa meruntuhkan dirinya, tahu peluang berdasarkan potensi yang ada dalam dirinya.
“Pemahaman diri yang benar tentang diri sendiri akan melahirkan penerimaan diri yang baik. Membuat kita menerima diri secara apa adanya. Tidak menganggap diri kita melebihi kapasitasnya atau kurang dari kapasitasnya.”
“Saya sarankan pada Anda yang belum menikah, bahwa ketika kita mencari pasangan, jangan pernah bermimpi mencari pasangan yang ideal, tapi carilah PASANGAN YANG TEPAT.

“Kita tidak sedang berpikir mencari istri atau suami yang unggul. Carilah istri yang tepat dengan bingkai kita, dengan kepribadian kita.”

“Sebab ternyata,
tidak semua orang cerdas membutuhkan orang yang cerdas lain,
tidak semua orang gagah membutuhkan wanita cantik,
tidak semua orang hebat membutuhkan orang hebat.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh banyak orang, menemukan bahwa kebanyakan orang besar dalam sejarah, ternyata memiliki pasangan yang bersahaja dan sangat sederhana.”
Kalau kita mampu menerima diri kita dengan baik, setelah menikah pada umumnya kita juga mampu menerima pasangan kita dengan baik.

INGAT!!!!
Bukan istri atau suami yang unggul.
Tapi,
Istri atau suami yang TEPAT.

KEMATANGAN VISI PEKERJAAN
Yusuf Qardhawi: “Pertama ada ilmu lalu iman. Ilmu menghasilkan iman. Iman menghasilkan kekhusyukan. Inilah yang menggerakkan hati untuk beramal.”

Ilmu yang terkait dengan perkawinan:
1. Hak dan kewajiban suami-istri
2. Masalah pendidikan (anak)
3. Masalah kesehatan
4. Masalah seksual

KESIAPAN PSIKOLOGIS
Artinya, kematangn tertentu secara psikis untuk menghadapi berbagai tantangan besar dalam hidup, untuk menghadapi tanggung jawab, untuk menghadapai masa-masa kemandirian.
“Kesiapan psikologis pada keseimbangan emosi di dalam jiwa kita. Ambivalensi dari rasa takut dan rasa berani. Ambivalensi dari rasa cinta dan benci. Ambivalensi antara harapan dan realisme.”
Paling sering kita alami dalam pernikahan adalah fluktuasi emosi yang cepat ketimbang saat kita masih bujang.
Sebagai istri, kata Rasulullah, kalau dilihat suaminya, ia menggembirakan. Seorang istri membutuhkan kemampuan psikologis luar biasa untuk setiap saat mampu melakukan 3 pekerjaan sekaligus: SEKRETARIS, RESEPSIONIS, PRAMUGARI.

KEMATANGAN FISIK
Kematangan fisik menjadi persyaratan mutlak dalam sebuah perkawinan
(komentar Diana nih: kadang pa Anis Matta tuh bombastis, tapi gerrr juga jadinya : ), lihat nih pernyataan beliau di bawah ini)
“Fisik yang perlu kita perhatikan bukan berarti harus membuat orang tertarik. Cukuplah bila tidak membuat orang lari ketika melihat kita.”
Olahraga yang dianjurkan dalam Islam: menunggang kuda (kekuatan), berenang (kecepatan), dan memanah (kejelian).

KESIAPAN FINANSIAL
Artinya, perkawinan juga kerja ekonomi, bukan sekedar kerja cinta.
“Seorang wanita juga perlu mempertanyakan kepada calon suaminya tentang masalah finansial. Tidak berarti bahwa wanita itu materialistis. Tidak demikian. Seorang wanita perlu yakin bahwa suami yang mampu mengatakan I Love You 1000x sehari juga bisa memberikan susu bagi anak-anaknya. Paling bagus, beri susu buat anak-anak, nafkah buat istri, lalu katakan I Love You. Anda bisa memberikan susu, tapi tidak mengatakan I Love You, itu juga salah. Dua-duanya perlu.”
“Kita harus melihat sesuatu dengan rasional. Unsur Romantika sangat penting ada karena akan membuat hidup jadi indah. Romantika yang bagus dibangun di atas Realisme. Realisme tapi juga Romantis. Realistis tapi tidak Romantis, jadi kaku.”

MENJALIN KEHARMONISAN
Perasaan ibadah melekat di dalam pikiran setiap orang yang ada di dalam rumah itu, sehingga misi kemudian membentuk satu muatan bahwa setiap anggota rumah adalah orang yang berjalan menuju Allah SWT.
Dengan nuansa ibadah, kita akan menemukan pengorbanan. Semua keringat yang keluar adalah sumber utama kenikmatan di dalam hidup, suatu kegembiraan jiwa.
Agar mampu membangun keharmonisan, setiap orang haruslah memiliki kemampuan ntuk memahami orang lain. Anda tidak mungkin mampu memahami orang lain dengan baik, kecuali jika Anda telah lebih mampu memahami Anda sendiri.

Sebenarnya struktur kejiwaan manusia memiliki berbagai kesamaan. Apa yang menggembirakan kita pada umumnya juga menggembirakan orang lain.
Kemampuan MENCINTAI dengan arti bahwa Anda menerima orang lain apa adanya, menerima secara utuh dengan segala kelebihan dan kekurangannya, kekuatan dan kelemahannya.
Pada tingkat berikutnya, kita menginginkan kebaikan bagi orang itu. Apapun yang kita lakukan, selalu berorientasi agar orang menjadi lebih baik.

Memberikan waktu kita bagi orang lain. Perhatian dan keinginan yang lebih banyak untuk membahagiakan. Kemampuan MEMPERHATIKAN merupakan kemampuan jiwa yang luar biasa besarnya.
Berbagai teknik berhubungan, muncul dari kemampuan dasar. Kemampuan memperhatikan, memahami, mencintai, mengembangkan diri, dst. Untuk memiliki kemampuan dasar, ketrampilan utamanya adalah KETRAMPILAN KOMUNIKASI. Ketrampilan ini lahir dari pengetahuan kita tentang jiwa manusia.
Perasaan kita tentang orang lain, diungkap setiap saat, baik suka pun tidak suka. Nyatakan cinta Anda dengan tindakan dan kata-kata. Bahkan pujian sekalipun, jelas kita semua sedang beribadah. Kelelahan akan berkurang kalau kita mendengar berita gembira, artinya, sebelum mendapatkan di surga, sebaiknya kita mendapatkan di dunia.

Rasulullah mengajak kita unytuk memenuhi rumah dengan panggilan yang indah dan kalimat-kalimat yang baik.
“Setelah saya renungi, mengapa Islam perlu menyatakan secara verbal, hikmah yang saya temukan adalah ternyata setiap kita membutuhkan penguatan dari waktu ke waktu.”
Yang penting bagi kita mulanya, bukan mencari pasangan yang baik, tetapi berusaha untuk menjadi pasangan yang baik.

PENUTUP
Selain keterarahan, keharmonisan, konsistensi dan berbagai sarana fisik, jangan lupakan misi sebuah rumah tangga Islami.

Keluarga dimulai dari 2 orang yang bertemu menjadi suami-istri, kemudian bertambah anggotanya dengan anak-anak yang lahir. Keluarga ini harus mengupayakan agar setiap anggota memiliki misi yang sama.
Bila misi yang sama telah tertanam di dada, maka setiap orang yang ada di keluarga itu akan merasakan bahwa rumah tangga ini hanyalah satu perahu dari sekian banyak perahu yang berlayar menuju Allah SWT.


Judul Buku: Sebelum Anda Mengambil Keputusan Besar Itu
Penulis: H.M. Anis Matta, Lc
Penerbit: Syamil, Maret 2003