Kamis, 16 Oktober 2008

Karena Hidup Adalah Perjuangan

Aku tak mau putus asa
Seperti matahari terbenam
Aku tidak akan menyerah
Seperti pasir yang terbawa ombak
Semangatku terus berkobar
Meski begitu banyak panah tajam
Menusuk pikiran dan jiwaku
Meski telah berjuta kali
Ku tenggelam ke dasar kegagalan
Bila ku terjatuh
Ku akan bangkit lagi
Bila jiwaku runtuh
Akan kubangun kembali
Dengan pondasi-pondasi yang terkuat
Dengan semangat yang tak terkalahkan
Kini....
Kujalani hari dengan sepenuh hati
Tak ada alasan untuk berhenti
Atau berlari dari rintangan
Karena ku tahu...
Masa depan tak mungkin cerah
Apabila aku mudah menyerah

Langit Merah Saga

Saat langit merah saga
Nafsu angkara membakar jiwa
Belas kasihan tiada lagi tersisa
Terejam nafsu angkara durjana

Ribuan cawan cinta berserakan
Meretak, pecah, terinjak kesesatan
Yang tengah bersulang dengan setan
Diantara kemerlap dunia fana

Dalam kesepian menyayat hati
Roh jiwamu mati rasaHanya untuk memuja ke-aku-an
Sanak, kerabat, apalagi sahabat
Tiada segan kau korbankan jadi sesaji

Demi ritual nafsu duniawi
Mata hatimu kau pejam mati
Hanya untuk sekedar mengejar ambisi

Langit merah saga membara
Matahari menjilat ganas jiwa nestapa
Sadarlah,sadarlah, wahai engkau disana
Ikutlah bersamaku, membenam dalam beningnya doa

Karena Kita Harus Bercermin

CERMIN DIRI


KH Rahmat Abdullah


Orang-orang bijak pernah berpesan "Ma halaka ‘amru-un arafa Qadra nafsihi" (Tak akan celaka orang yang kenal harkat dirinya). Telah banyak orang binasa karena terlalu tinggi memasang harga diatas realita dirinya. Banyak yang lenyap dari peredaran karena terlalu murah menghargai dirinya – dengan waham ‘tawadhu’ atau perasaan tidak mampu dan tidak punya apa-apa. Selebihnya adalah jenis orang yang berjalan dalam tidur atau tidur sambil berjalan. Tepatnya pengigau berat. Ia tak pernah bisa menyadari dimana posisinya, apa yang terjadi di sekitarnya dan apa bahaya yang mengancam ummatnya.
Dalam kaitan sistem, baik ormas, partai atau pemerintahan kerap terjebak dalam wa-ham-waham kekuasaan ; berbahasa dan bertindak dengan pendekatan kekuasaan. Mereka yang ‘berkuasa’ merasa percaya diri, hanya karena secara de jure punya otoritas atas wilayah territorial, wilayah problematika dan wilayah sumber daya manusia. Bahwa wilayah ruhaniyah dan wilayah fikriyah tak dapat ditundukkan begitu saja oleh senjata, uang dan kedudukan, kerap luput dari renungan. Entah karena inikah ketika ALLAH mengaitkan keselamatan dunia dengan keberadaan Ulu Baqiyah (orang-orang yang potensial dipertahankan keberadaannya) dan mengemban misi ‘mencegah kerusakan di muka bumi’, justeru pada saat yang sama mereka yang (berbakat) zalim terus saja mengikuti kecenderungan hedonik mereka dan karenanya mereka menjadi durhaka (Qs. 10;116).
Ghurur Hal terberat yang kau hadapi bukan keraguan, kebencian dan permusuhan orang yang tak mengenalmu. Sekeras apapun hati mereka, kekuatan Hidayah dapat menundukkan mereka kepada kebenaran da’wahmu, dengan idzin-Nya. Bila itu pun tidak, engkau tak akan dipersalahkan, karena tataranmu dakwah dan tataran-Nya hidayah. Cobaan berat, justru pada percaya diri yang tidak proporsional. Engkau nikmati benar sanjungan orang terhadap dirimu atau jamaahmu, padahal engkau sendiri jauh dari kepatutan itu. Malang nasibmu wahai orang yang percaya kepada kejahilan orang yang menyanjungmu, sedangkan engkau sangat terang melihat kekurangan dirimu. Mentalitas Qarun tersimpul dalam satu kalimat "Hadza Li" (Semua ini karyaku, karena aku, milikku).
Ketika arogansi mendominasi hubungan ‘yang adi daya’ dengan ‘yang tak berdaya’, maka yang pertama harus membayar ongkos yang sangat mahal ; dari antipati sampai kutukan mereka yang tak berdaya. Berat menyadarkan orang yang otaknya berjelaga, egois dan hanya melihat apa yang mereka anggap hak, tanpa kesadaran seimbang akan kewajiban. Kepada mereka Imam Syafii menegaskan :
Bila engkau mendekatiku, mendekat pula cintaku Jika engkau menjauh, aku kan lebih jauh darimu Dalam hidup masing-masing kita Tak bergantung dengan saudara Dan kita lebih tidak bergantung lagi bila tamat usia
Orang yang mentah fikiran selalu mengandalkan sanjungan kosong, tak berbasis pada prestasi, atau mungkin mereka berprestasi, namun menganggap itu sebagai hal besar yang memungkinkan mereka memonopoli kebajikan. "Mereka membangkit-bangkit keislaman mereka (sebagai jasa) kepadamu. Katakan : ‘Janganlah kalian bangkit-bangkitkan kepadaku keislamanmu, akan tetapi ALLAH lah yang telah memberi karunia besar dengan membimbing kalian kepada Iman…" (Qs. 49:17)
Sebelum bubarnya Uni Sovyet, ada dua spesies yang sangat dibenci rakyat ; 1. Partai Komunis, 2. etnik Rus. Yang pertama dibenci karena selalu ingin campur dalam segala urusan orang. Dari urusan menteri, tentara, pegawai negeri, isteri pegawai, anak pegawai sampai mimpi-mimpi rakyat. Yang kedua tak tahu diri sebagai mayoritas, bagaikan truk besar yang berlari kencang, anginnya mementalkan kendaraan-kendaraan kecil di tepi jalan.
Cermati bagaimana karakter kekuasaan itu tumbuh. Banyak orang yang berkuasa mengabaikan pengenalan wilayah-wilayah kekuasaan dengan segala karakternya. Pemerintah yang mempunyai otoritas memulainya dengan 3 wilayah : 1. Wilayah ardliyah (teritorial), 2. Wilayah insaniyah (kemanusiaan, SDM, rakyat), 3. Wilayah masailiyah (problematika). Dengan ketiga otoritas ini mereka dapat menggusur tanah rakyat, membagi HPH, menaikkan pajak, tarif, UMR, memainkan money politik, mencetak uang untuk kepentingan partai, membunuh karakter lawan politik dan memenjarakan mereka. Berapa lama mereka dapat berkuasa dengan tiga pilar ini ? Entahlah, yang jelas telah bertumbangan begitu banyak rezim dengan begitu banyak dana, senjata dan tentara. Mereka melupakan 2 wilayah yang sebenarnya pagi-pagi harus sudah dikuasai, bahkan sebelum mereka menguasai wilayah-wilayah lainnya. Jauh sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, rumah-rumah disana sudah menaungi begitu banyak muslim.
Pada penghujung era Makkiyah, baiah Aqabah II telah menyuratkan pesan yang begitu kuat. "Kami siap melindungi Rasulu’Llah SAW, sebagaimana kami melindungi anak-anak dan isteri-isteri kami". Madinah telah dikukuhkan menjadi bumi Islam sebelum para Muhajir berangkat kesana. Rasulullah sudah ditunggu dengan segala kerinduan, sebelum mereka melihat wajahnya. Da’wah Qur-an telah mengakar dalam wilayah ruhaniyah dan wilayah fikriyah mereka, dua wilayah yang pada saatnya melahirkan energi besar, mengalahkan semua penguasa yang hanya berpuas diri dengan tiga wilayah yang serba refleks, fenomenal dan efektif untuk waktu singkat.
Wahan Tak kalah beratnya beban mental orang yang sama sekali tak mampu memberikan kontribusi. Ia sendiri tak mampu membantu dirinya sendiri, bahkan dengan sekedar percaya dan menyadari bahwa dirinya dapat berperan. Paradigma "La syai-a indi" (Saya tak punya apa-apa), telah banyak merugikan ummat. Dari sini orang berbuat, dari kontra produktif sampai amoral. Ia tak merasa ada kaitan sepak-terjangnya dengan lingkungannya. Ia mampu melumuri citranya – sama seperti mereka yang over pede – tanpa cemas hal itu akan berdampak luas, bagi diri, keluarga dan lingkungannya. Mereka banyak memubadzirkan umur dan hidup tanpa program. Rendah diri dan karenanya tak jarang merawat hasad, dengki dan khianat.
Mereka dapat tampil dalam figur seorang alim, publik figur dan apa saja yang ‘mulia’, namun mengabaikan berkah amal jama’i, karena merasa ‘tak sebodoh’ komunitasnya atau lupa bahwa dirinya (dapat menjadi) besar di tengah mereka. Terkadang batas antara orang yang berlebihan percaya diri dengan yang sangat tak percaya diri, begitu sulit dibedakan. Kritik pedas bisa datang dari mereka yang gagal melaksanakan apa yang dikritiknya. Atau yang tak cukup punya keberanian berargumentasi karena kurang pedenya.
Marilah berjabat tangan, ayunkah langkah dengan yakin dan lengkapi kekurangan diri dengan kelebihan saudara atau sebaliknya menopang kelemahan mereka dengan kekuatan diri yang ALLAH amanahkan. Banyak orang bingung mencari lahan kerja dan lahan kerja Da’wah tak pernah tutup.
Dimana posisimu ? Mungkin beberapa kalangan akan keberatan bila kukatakan engkau telah menyulam halaman da’wah di negeri ini dengan benang emas dan menyemaikan benih-benih berkah di lahan tandus, sehingga berubah menjadi ladang-ladang subur masa depan. Pohon keadilan, buah kemakmuran, bunga kesetaraan, ranah kesetiaan dan rumah kasih sayang. Bukan tujuanmu menciptakan iri. Ada yang begitu geram ketika hamba-hamba ALLAH perempuan keluar dari setiap gang dan kampus dengan jilbab mereka yang anggun dan IP mereka yang cemerleng. 20 tahun yang lalu harus keluar dari sekolah negeri yang dibangun dengan uang pajak mereka sendiri. Ya, kebangkitan memang bukan hanya sisi ini, namun banyak kebaikan tersimpulkan pada aspek ini. Intinya ; Perubahan.
Dan hari ini puncak gunung es itu telah memperlihatkan dinamika besar kebangkitan, shahwah yang penuh berkah. Tauhid adalah sistem konstruksi terpadu yang meletakkan segalanya tepat pada tempat, peran dan kepatutannya. Intelektual adalah sistem pengapianmu yang tak pernah padam. Kader-kader yang selalu ikhlas berkorban adalah roda yang siap menjelajah medan-medan berat. Keulamaan adalah sistem kendali-mu yang tahu kapan harus berbelok, menanjak, menurun dan menerobos hutan belantara, padang tandus serta bebatuan. Yang tak bergaransi ialah kondisi jalan, bahkan sekali pun dengan rute yang jelas dan lurus, kendaraan yang teruji, kru yang jujur, pakar dan sabar.
Dari semua setting ini, tentukanlah dimana posisimu ; penonton yang mencari hiburan, penunggu yang tak punya empati, atau pengharap kegagalan karena ada yang tak sejalan dengan persepsi mereka. Atau penuntun dan pengikut dengan pengenalan sistem navigasi yang akurat dan keyakinan yang mantap, bahwa laut tetap bergelom-bang dan di seberang ada pantai harapan.

Karena Kita Adalah CAHAYA

Cahaya Di Wajah Ummat
KH. RAHMAT ABDULLAH


Dalam satu kesatuan amal jama’i ada orang yang mendapatkan nilai tinggi karena ia betul-betul sesuai dengan tuntutan dan adab amal jama’i. Kejujuran, kesuburan, kejer-nihan dan kehangatan ukhuwahnya betul-betul terasa. Keberadaannya menggairahkan dan menenteramkan. Namun perlu diingat, walaupun telah bekerja dalam jaringan amal jama’i, namun pertanggungjawaban amal kita akan dilakukan di hadapan Allah SWT secara sendiri-sendiri.
Karenanya jangan ada kader yang mengandalkan kumpulan-kumpulan besar tanpa beru-saha meningkatkan kualitas dirinya. Ingat suatu pesan Rasulullah SAW: Man abtha-a bihi amaluhu lam yusri’ bihi nasabuhu (Siapa yang lamban beramal tidak akan diperce-pat oleh nasabnya ).
Makna tarbiah itu sendiri adalah mengharuskan seseorang lebih berdaya, bukan terus-me-nerus menempel dan tergantung pada orang lain. Meskipun kebersamaan itu merupakan sesuatu yang baik tapi ada saatnya kita tidak dapat bersama, demikian sunahnya. Sebab kalau mau, para sahabat Rasulullah SAW bisa saja menetap dan wafat di Madinah, atau terus menerus tinggal ber-mulazamah tinggal di masjidil Haram yang nilainya sekian ra-tus ribu atau di Masjid Nabawi yang pahalanya sekian ribu kali. Tapi mengapa makam para Sahabat tidak banyak berada di Baqi atau di Ma’la. Tetapi makam mereka banyak bertebaran jauh, beribu-ribu mil dari negeri mereka.
Sesungguhnya mereka mengutamakan adanya makna diri mereka sebagai perwujudan firman-Nya: Wal takum minkum ummatuy yad’una ilal khoir. Atau dalam firman-Nya: Kuntum khoiro ummati ukhrijat linnasi (Kamu adalah sebaik-baiknya ummat yang di-tampilkan untuk ummat manusia. Qs. 3;110). Ummat yang terbaik bukan untuk disem-bunyikan tapi untuk ditampilkan kepada seluruh ummat manusia. Inilah sesuatu yang sangat perlu kita jaga dan perhatikan. Kita semua beramal tapi tidak larut dalam kesendirian. Hendaklah ketika sendiri kita selalu mendapat cahaya dan menjadi cahaya yang menyinari lingkungan sekitarnya.
Jangan ada lagi kader yang mengatakan, saya jadi buruk begini karena lingkungan. Mengapa tidak berkata sebaliknya, karena lingkungan seperti itu, saya harus mempenga-ruhi lingkungan itu dengan pengaruh yang ada pada diri saya. Seharusnya dimanapun dia berada ia harus berusaha membuat kawasan-kawasan kebaikan, kawasan cahaya, kawas-an ilmu, kawasan akhlak, kawasan taqwa, kawasan al-haq, setelah kawasan-kawasan tadi menjadi sempit dan gelap oleh kawasan-kawasan jahiliyah, kezaliman, kebodohan dan hawa nafsu. Demikianlah ciri kader PK, dimanapun dia berada terus menerus memberi makna kehidupan. Seperti sejarah da’wah ini, tumbuh dari seorang, dua orang kemudian menjadi beribu-ribu atau berjuta-juta orang.
Sangat indah ungkapan Imam Syahid Hasan Al Banna, "Antum ruhun jadidah tarsi fi ja-sadil ummah". Kamu adalah ruh baru, kamu adalah jiwa baru yang mengalir di tubuh ummat, yang menghidupkan tubuh yang mati itu dengan Al-Qur’an.
Jangan ada sesudah ini, kader yang hanya mengandalkan kerumunan besar untuk mera-sakan eksistensi dirinya. Tapi, dimanapun dia berada ia tetap merasakan sebagai hamba Allah SWT, ia harus memiliki kesadaran untuk menjaga dirinya dan taqwanya kepada Allah SWT, baik dalam keadaan sendiri maupun dalam keadaan terlihat orang. Kemana-pun pergi, ia tak merasa kesunyian, tersudut atau terasing, karena Allah senantiasa ber-samanya. Bahkan ia dapatkan kebersamaan rasul-Nya, ummat dan alam semesta senanti-asa.
Kehebatan Namrud bagi Nabi Ibrahim AS tidak ada artinya, tidaklah sendirian. ALLAH bersamanya dan alam semesta selalu bersamanya. Api yang berkobar-kobar yang dinya-lakan Namrud untuk membinasakan dirinya, ternyata satu korps dengannya dalam menu-naikan tugas pengabdian kepada ALLAH. Alih-alih dari menghanguskannya, justeru ma-lah menjadi "bardan wa salaman" (penyejuk dan penyelamat). Karena itu, kader sejati yakin bahwa Allah SWT akan senantiasa membuka jalan bagi pejuang Da’wah sesuai dengan janji-Nya, In tansurullah yansurukum wayu sabit akdamakum (Jika kamu meno-long Allah, Ia pasti akan menolongmu dan mengokohkan langkah kamu)
Semoga para kader senantiasa mendapatkan perlindungan dan bimbingan dari Allah SWT ditengah derasnya arus dan badai perusakan ummat. Kita harus yakin sepenuhnya akan pertolongan Allah SWT dan bukan yakin dan percaya pada diri sendiri. Masukkan diri kedalam benteng-benteng kekuatan usrah atau halaqah tempat Junud Da’wah melingkar dalam suatu benteng perlindungan, menghimpun bekal dan amunisi untuk terjun ke arena pertarungan Haq dan bathil yang berat dan menuntut pengorbanan.
Disanalah kita mentarbiah diri sendiri dan generasi mendatang. Inilah sebagian pelipur kesedihan ummat yang berkepanjangan, dengan munculnya generasi baru. Generasi yang siap memikul beban da’wah dan menegakan Islam. Inilah harapan baru bagi masa depan yang lebih gemilang, dibawah naungan Alqur-an dan cahaya Islam rahmatan lil alamin.

Karena Kita Adalah Pemberani

Asy-Syaja’ah (Keberanian)
Asy-syaja’ah (keberanian) adalah salah satu ciri yang dimiliki orang yang istiqamah di jalan Allah, selain ciri-ciri berupa al-ithmi’nan (ketenangan) dan at-tafaul (optimisme).
Jadi orang yang istiqamah akan senantiasa berani, tenang dan optimis karena yakin berada di jalan yang benar dan yakin pula akan dekatnya pertolongan Allah.
Namun memang tak mudah untuk menjadi orang yang istiqamah atau teguh pendirian memegang nilai-nilai kebenaran dan senantiasa berada di jalan Allah. Bahkan Rasulullah saw. mengatakan bahwa turunnya surat Hud membuat beliau beruban karena di dalamnya ada ayat (QS. Huud [11]: 112) yang memerintahkan untuk beristiqamah,

"Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."
Rasulullah saw. memahami benar makna istiqamah yang sesungguhnya sampai ketika Abu Sufyan bertanya hal terpenting apa dalam Islam yang membuatnya tak perlu bertanya lagi, beliau menjawab, "Berimanlah kepada Allah dan kemudian beristiqamahlah (terhadap yang kau imani tersebut)".
Di kesempatan lain, Rasulullah saw. juga mengatakan tantangan buat orang yang istiqamah memegang Islam di akhir zaman, begitu berat laksana menggenggam bara api.
Keberanian untuk tetap istiqamah walau nyawa taruhannya nampak pada diri orang-orang beriman di dalam surat Al-Buruuj (QS. 85) yang dimasukkan ke dalam parit dan dibakar oleh as-habul ukhdud hanya karena mereka menyatakan keimanannya kepada Allah Taala.
Begitu pula Asiah, istri Fir’aun dan Masyitah, pelayan Fir’aun, kedua-duanya harus menebus keimanan mereka kepada Allah dengan nyawa mereka. Asiah di tiang penyiksaannya dan Masyitah di kuali panas mendidih beserta seluruh keluarganya karena mereka berdua tak sudi menuhankan Fir’aun.
Demikian sulitnya untuk mempertahankan keistiqamahan di jalan Allah, dan demikian sulit pula untuk mewujudkan asy-syaja’ah sebagai salah satu aspeknya.
Secara manusiawi seseorang memang memiliki sifat khauf (takut) sebagai lawan sifat asy-syaja’ah. Namun sifat khauf thabi’i (alamiah) yang diadakan Allah di dalam diri manusia sebagai mekanisme pertahanan diri seperti takut terbakar, tenggelam, terjatuh dimangsa binatang buas, harus berada di bawah khauf syar’i yakni takut kepada Allah Ta’ala. Hal tersebut secara indah dan heroik terlihat gamblang pada kisah Nabi Musa a.s, Ibrahim a.s dan Muhammad saw.
Rasa takut pada kemungkinan tenggelam ke Laut Merah teratasi oleh ketenangan, optimisme dan keberanian Nabi Musa a.s yang senantiasa yakin Allah bersamanya dan akan menunjukinya jalan. Dan benar saja Allah memberinya jalan keluar berupa mukjizat berupa terbelahnya Laut Merah dengan pukulan tongkatnya sehingga bisa dilalui oleh Nabi Musa dan pengikutnya. Kemudian laut itu menyatu kembali dan menenggelamkan Fir’aun beserta tentaranya.
Kisah yang tak kalah mencengangkannya terlihat pada peristiwa pembakaran Nabi Ibrahim a.s. Rasa takut thabi’i terhadap api dan terbakar olehnya teratasi oleh rasa takut syar’i yakni takut kepada Allah saja. Dan subhanallah, pertolongan Allah datang dengan perintah Nya kepada api agar menjadi dingin dan sejuk serta menyelamatkan Nabi Ibrahim a.s.
Keberanian, ketawakalan dan kepasrahan pada Allah yang membuahkan pertolongan-Nya juga terlihat pada saat Rasulullah Muhammad SAW bersama sahabat setianya Abu Bakar Ash-Shidiq berada di gua Tsur untuk bersembunyi dalam rangka strategi hijrah ke Yatsrib (Madinah).
Kaki-kaki musuh yang lalu lalang tidak menggetarkan Rasulullah dan ketika Abu Bakar begitu mengkhawatirkan keselamatan Rasulullah SAW, beliau menenangkannya dengan berkata, "Jangan takut, sesungguhnya Allah bersama kita" (QS 9: 40). Dan ternyata terbukti Allah Ta’ala memberikan pertolongan melalui makhluk-makhluk-Nya yang lain. Burung merpati yang secara kilat membuat sarang, begitu pula laba-laba di mulut gua, membuat musyrikin Quraisy yang mengejar yakin gua itu tak mungkin dilalui oleh manusia.
Realita Dewasa Ini
Dunia dewasa ini dipenuhi dengan orang-orang yang memiliki sifat pengecut. Sebuah hadits Nabi saw. memprediksikan di suatu masa umat Islam akan menjadi bulan-bulanan dan santapan empuk musuh-musuh Islam karena sudah mengidap penyakit wahn, yakni cinta dunia dan takut mati. Ya, penyakit wahn-lah yang menyebabkan di antara umat Islam pun banyak yang menjadi pengecut sehingga tidak lagi disegani oleh musuh-musuhnya yakni kaum kufar dan musyrikin.
Dahulu yang membuat gentar musuh-musuh Islam adalah keberanian tentara-tentara pejuang-pejuang Islam yang menghambur ke medan perang dengan suka cita karena pilihannya sama-sama baik yakni hidup mulia dengan meraih kemenangan atau mati syahid di jalan Allah.

Sementara kini umat Islam terpenjara oleh dunia, begitu cinta dan tertambat pada kenikmatan dunia sehingga begitu takut akan kematian yang dianggap sebagai pemutus kelezatan dan kenikmatan dunia.
Begitu banyak orang yang tidak memiliki daya tahan tinggi terhadap segala tantangan dan kesulitan sehingga mudah surut, menyerah atau berputus-asa. Padahal dalam kehidupan yang semakin berat dan sulit dewasa ini begitu banyak tantangan dan marabahaya yang harus disikapi dan dihadapi dengan berani, karena bersikap pengecut dan melarikan diri dari persoalan hidup yang berat tidak akan pernah menyelesaikan masalah.
Kemudian banyak pula orang yang tidak berani bersikap jujur atau berterus terang terhadap diri sendiri termasuk menyadari kekurangan, kelemahan dan keterbatasan diri. Dan sebaliknya berani mengakui kelebihan, kekuatan dan kemampuan orang lain.
Seorang pengecut biasanya juga tak akan mau mengakui kesalahan. Bersikap keras kepala, mau menang sendiri dan menganggap diri tak pernah berbuat salah sebenarnya justru akan menguatkan kepengecutan seseorang yang berlindung dibalik semua sikap tersebut.
Sikap pengecut lainnya adalah tidak mampu bersikap obyektif terhadap diri sendiri yakni berani menerima kenyataan bahwa ada posisi negatif dan positif dalam dirinya.
Dan akhirnya sifat kepengecutan yang jelas adalah ketidakmampuan menahan nafsunya di saat marah. Salah satu ciri orang bertakwa adalah mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain (QS. 3:134). Yang disebut orang kuat adalah orang yang mau menahan dan meredam amarahnya serta tetap bisa mengendalikan dirinya di saat marah sekalipun.
Jika seseorang bertindak brutal dan mengeluarkan caci maki serta kata-kata kotor, ia justru masuk kategori orang yang pengecut karena tak mampu mengendalikan diri dan menahan marah.
Macam-macam Syaja’ah
Syaja’ah atau pemberani/kesatria tentu saja berbeda dengan bersikap nekat, "ngawur" atau tanpa perhitungan dan pertimbangan. Asy-syaja’ah adalah keberanian yang didasari pertimbangan matang dan penuh perhitungan karena ingin meraih ridha Allah. Dan untuk meraih ridha Allah, tentu saja diperlukan ketekunan kecermatan dan kerapian kerja (itqan). Buka keberanian yang tanpa perhitungan, namun juga bukan terlalu perhitungan dan pertimbangan yang melahirkan ketakutan.
Paling tidak ada beberapa macam bentuk asy-syaja’ah (keberanian), yakni:
Memiliki daya tahan besar
Seseorang dapat dikatakan memiliki sifat berani jika ia memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan mungkin saja bahaya dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah.
Berterus terang dalam kebenaran
"Qulil haq walau kaana muuran" (katakan yang benar meskipun itu pahit) dan berkata benar di hadapan penguasa yang zhalim adalah juga salah satu bentuk jihad bil lisan. Jelas saja dibutuhkan keberanian menanggung segala resiko bila kita senantiasa berterus terang dalam kebenaran.
Kemampuan menyimpan rahasia
Orang yang berani adalah orang yang bekerja dengan baik, cermat dan penuh perhitungan terutama dalam persiapan jihad menghadapi musuh-musuh Islam. Kemampuan merencanakan dan mengatur strategi termasuk di dalamnya mampu menyimpan rahasia adalah merupakan bentuk keberanian yang bertanggung jawab.
Mengakui kesalahan
Salah satu orang yang memiliki sifat pengecut adalah tidak mau mengakui kesalahan, mencari kambing hitam dan bersikap "lempar batu, sembunyi tangan"
Sebaliknya orang yang memiliki sifat syaja’ah berani mengakui kesalahan, mau meminta maaf, bersedia mengoreksi kesalahan dan bertanggung jawab.
Bersikap obyektif terhadap diri sendiri
Ada orang yang cenderung bersikap over estimasi terhadap dirinya, menganggap dirinya baik, hebat, mumpuni dan tidak memiliki kelemahan serta kekurangan. Sebaliknya ada yang bersikap under estimasi terhadap dirinya yakni menganggap dirinya bodoh, tidak mampu berbuat apa-apa dan tidak memiliki kelebihan apapun. Kedua sikap tersebut jelas tidak proporsional dan tidak obyektif. Orang yang berani akan bersikap obyektif, dalam mengenali dirinya yang memiliki sisi baik dan buruk.
6. Menahan nafsu di saat marah
Seseorang dikatakan berani bila ia tetap mampu ber–mujahadah li nafsi, melawan nafsu dan amarah. Kemudian ia tetap dapat mengendalikan diri dan menahan tangannya padahal ia punya kemampuan dan peluang untuk melampiaskan amarahnya.
Contoh Figur Sahabat dan Sahabiyah yang Memiliki Sifat Syaja’ah
Berani karena benar dan rela mati demi kebenaran. Slogan tersebut pantas dilekatkan pada diri sahabat-sahabat dan sahabiyah-sahabiyah Rasulullah saw. karena keagungan kisah-kisah perjuangan mereka.
Rasulullah Muhammad saw. sendiri menjadi teladan utama saat beliau tak bergeming sedikit pun ketika disuruh menghentikan dakwahnya. Beliau pun berucap dengan kata-katanya yang masyhur, "Walaupun matahari diletakkan di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan pernah menghentikan dakwahku ini".
Keberanian dan keteguhan sikap nampak pula pada diri sepupu dan menantu Nabi saw., Ali bin Abu Thalib r.a. Ali mengambil peran yang sangat beresiko, menggantikan Rasulullah di tempat tidur untuk mengelabui musuh-musuh yang mengepung. Dan benar saja ketika tahu mereka dikelabui, mereka pun marah serta memukuli Ali hingga babak belur.
Khalifah kedua yakni Umar bin Khathab juga sangat terkenal dengan ketegasan sikap dan keberaniannya. Ketika mau hijrah berbeda dengan sahabat-sahabat lain yang sembunyi-sembunyi, Umar malah berteriak lantang, "Umar mau hijrah, barang siapa yang ingin anak istrinya menjadi yatim dan janda, hadanglah Umar".
Keberanian mempertahankan aqidah hingga mati nampak pada Sumayyah, ibunda Ammar bin Yasir. Beliau menjadi syahidah pertama dalam Islam yang menumbuhsuburkan perjuangan dengan darahnya yang mulia.
Begitu pula Khubaib bin Adiy yang syahid di tiang salib penyiksaan dan Habib bin Zaid yang syahid karena tubuhnya dipotong-potong satu demi satu selagi ia masih hidup. Mereka berani bertaruh nyawa demi mempertahankan akidah dan itu terbukti dengan syahidnya mereka berdua.
Bilal dan Khabab bin Al-Irts, yang mantan budak disiksa dengan ditimpa batu besar (Bilal) dan disetrika punggungnya (Khabab) adalah bukti bahwa keberanian tidak mengenal lapisan dan strata sosial.
Ada pula anak bangsawan seperti Mush’ab bin Umair dan Sa’ad bin Abi Waqqash yang diusir dan tidak diakui lagi sebagai anak oleh orangtua mereka karena masuk Islam. Dan akhirnya wanita-wanita perkasa dan pemberani seperti Shafiyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah saw., Nusaibah binti Ka’ab, perisai Rasulullah saw. dan Fatimah, putri Rasulullah saw. yang menjadi bukti wanita tak kalah berani dibandingkan laki-laki dalam mempertahankan kebenaran.
Kiat-kiat Memiliki Sifat Syaja’ah
Dengan segala kesederhanaannya, prajurit muslim Rubyi menemui Panglima besar Persia, Rustum. Pedangnya yang menyembul di pinggangnya menyaruk-nyaruk bentangan karpet mewah Persia yang digelar. Seolah-olah ingin berkata, "Aku tak butuh dan tak silau oleh semua kemewahan ini".
Rubyi bahkan berorasi dengan lantangnya, "Kami datang untuk membebaskan kalian dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Kami datang untuk membebaskan kalian dari kesempitan dunia menuju keluasan dunia dan akhirat".
Keberanian, yang ditunjukkan Rubyi adalah buah dari keimanan dan ketakwaannya. Karena ia meyakini hanya Allahlah Yang Maha Besar dan patut ditakuti, dan manusia sehebat dan sekaya apapun kecil dibandingkan Allah Yang Agung.
Jadi kiat utama untuk memiliki sifat syaja’ah adalah adanya daya dukung ruhiyah berupa keimanan dan ketakwaan yang mantap. Iman dan takwa ini akan membuat seseorang tidak takut pada apapun dan siapa pun selain Allah.
Kemudian bermujahadah melawan segala rasa takut, cemas dan khawatir yang secara manusiawi ada pada setiap manusia.
Berikutnya bisa pula dengan cara yang dicontohkan oleh Rasulullah saat menasihati Khabbab bin Harits yang berkeluh kesah atas beratnya penderitaan yang dialaminya, beliau mengingatkan Khabbab akan perjuangan para Nabi dan orang-orang shaleh terdahulu yang jauh lebih berat tapi mereka tetap berani dan tabah. Jadi kita bisa memupuk keberanian dan kesabaran dengan berkata, "Ah... cobaan ini belum seberapa dibanding yang pernah dialami orang-orang shaleh terdahulu".
Dan akhirnya kejelasan misi dan visi perjuangan serta senantiasa mengingat-ingat imbalan optimal berupa ampunan dan surga-Nya kiranya akan memperbesar keberanian dan semangat juang, insya Allah. Wallahu a’lam.

Karena Kita Adalah Pejuang

Pagi tak lagi berkabut, karena musim mulai menuju kering. Justru dingin yang merasuk tulang semakin menyelimuti Solo. Jam didinding menunjukkan pukul 06.35 WIB. Aku segera meluncur ke Kost akhwat untuk meminjam Printernya. Dan segera setelah itu aku bergegas menyiapkan Dispenser pesanan Tim Konsumsi. Lalu aku meminta JoPras mengantarku ke SMA Negeri 1 Solo.
Sesampai disana, rupanya telah berjejer stand yang masih kosong dan beberapa Panitia uyang sedang mengusung kursi dan meja untuk persiapan pembukaan Islamic Student Expo. Rupanya persiapan benar benar mendadak. Semua saling menyalahkan PJ perlengkapan yang seharusnya dipegangnya. Aku sempat bingung juga. Namun segera aku menguasai diri, tugasku adalah menghubungi Kepala sekolah untuk bisa memberikan sambutan dan membuka pelaksanaaan acara ISE ini.
Sampai di dalam, aku kaget, rupanya Kepala sekolah SMA N1 Solo sekarang adalah Bpk. Drs. H.M Thoyibun M.M, yang aku temui saat aku diSMAN 6 Solo untuk mengurus perijinan Jambore Pelajar Islam 2 disana. Alhamdulillah, kami disambut dengan baik.. Namun, karena kesibukan beliau saat itu sedang menemui para tamunya, yang membuka akhirnya diwakilkan oleh Wakil Kepsek Kesiswaan, Bpk. Drs. Muh. Hasyim, M.Pd. yang dulu juga pernah bertemu saat membuka acara Training Jurnalistik Islam di Aula SMA N 1 solo.
Pembukaan selesai, segera segenap panitia menuju Ruang Aula untuk mempersiapkan Seminar Moralitas Pelajar “Ngobrolin Sex Yuk”. Seperti halnya pembukaan, persiapan seminarpun masih kurang. LCD belum dipasang, sedangkan Laptop juga belum ada. Bahkan, peserta juga belum datang. Hanya seklunting saja.
Untuk ada mas Iwan, dia petugas Media di SMA N 1, menawarkan pinjaman Laptopnya. Dan LCD pinjaman dari Pak Asih juga baru terpasang. Sekarang giliran menunggu peserta yang baru segelintir saja. Aku hanya berdoa, berharap akan bertambah lagi. Karena pembicara dr. Maryati sudah hadir, kami tidak enak hati kepada beliau.
Seimanarpun dimulai. Moderator pergi entah kemana. Akhirnya aku maju untuk mempresentasikan hasil penelitian yang dilakukan Tim Education Divisi ET. Dengan persiapan yang sangat minim aku mulai menjelaskan hasil penelitian kami, dengan presentasi slideshow yang sangat sederhana. Maklum, tadi malam baru aku buat sekitar jam 10 malam dengan mata yang terkantuk-kantuk dan tenaga yang masih tersisa. Untungnya dengan keahlianku mengolah kata-kata, presentasi cukup menarik dan menjadi perhatian peserta. Saat presentasi, beberapa siswa baru berdatangan. Alhamdulillah. Presentasi selesai, kini saatnya Pemateri selaku narasumber maju kedepan.
Karena moderator yang seharusnya siap ditempat namun tidak juga nongol, lalu akh Maryanto selaku MC juga kebingungan. Akhirnya aku ambil alih tugas Moderator. Dengan desahan yang lirih aku merasakan dada yang menyempit. Ada sidekit kekecewaan disana. Namun sekarang bukan saatnya untuk kecewa, apa yang bias dilakukan sekarang juga harus kulakukan.
Kemudian aku membacakan kurikulum vitae beliau, dr. Maryati. Beliau sedang hamil tua, menjelang masa-masa kelahiran. Aku salut, karena beliau benar-benar mengorbankan waktunya untuk berdakwah, selagi kandungannya semakin membesar. Kemudian beliau mulai menyampaikan materi mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja sedetailnya. Peserta terlihat antusias mendengarkan penjelasan beliau. Namun juga ada yang merasa malu-malu kucing ketika dr. Maryati menyampaikan materi mengenai hal-hal yang terjadi ketika baligh. Ada yang tersenyum simpul, ada yang diam dengan mata naik-turun, ada yang serba salah. Pokoknya melihat itu aku sendiri jadi tersenyum. Memang bagi mereka hal-hal seperti itu masih tabu untuk dibicarakan, namun disini adalah forum untuk mendapatkan ilmu. Sehingga ada juga peserta yang benar-benar mendengarkan dengan serius juga menyampaikan pertanyaan ketika dibuka forum diskusi. Belum lagi penyampaian dari Bu Maryati yang kocak. Membuat pemjelasan materi yang bagi mereka tabu menjadi sesuatu yang renyah untuk dicerna.
Selagi dr. Maryati menyampaikan, tangan kananku segera meraih HP dan menaruhnya dibalik meja. Dengan cekatan, jari-jari tanganku menari diatas tombol-tombol HP memunculkan sederet kalimat dilayarnya. Aku tujukan ke Ukhti En-Sho, selaku PJ acara Talk Show ini. Aku menanyakan pembicara satunya lagi. Yaitu Mba Afifah Afra. Tidak lama kemudian, HPku bergetar, muncul SMS balasan darinya, bahwa ada “sedikit” problem. Mba afra Lupa kalau sekarang harus ngisi disini. Ini memang kesalahan dari kami juga, kami tidak lagi menindaklanjuti permohonan kepada beliau hanya sekedar percaya saja tanpa harus mengingatkan. Akhirnya, disaat-saat akhir narasumber pertama menyelesaikan pokok pembahasannya, Mba Afra hadir. Alhamdulillah, beliau bisa datang.
Kemudian waktu penyampaian dierahkan kepada Mba Afra. Beliau menjelaskan dengan model training. Namun mungkin karena peserta sudah lelah, hanya beberapa saja yang begitu antusias mendengarkan. Waduh, dalam hati aku tidak enak juga nih. Mungkin karena mba Afra juga kurang persiapan, baru dihubungi tadi. Tadi Alhamdulillah acara bisa berjalan sukses. Walaupun kami harus menunda waktu sholat dhuhur sekitar 40 menit. Ya, ini karena kemoloran-kemoloran tadi.
Seusai sholat dhuhur berjamaah, kami segera kembali menuju aula. Diruang transit panitia, akhwat sudah menyediakan konsumsi makan siang. Alhamdulillah bisa makan juga. Beberapa panitia ikhwan sudah siap dengan bungkusan nasi ditangan. Namun karena mendadak aku ingin kebelakang, aku taruh makan siang jatahku. Lalu segera aku ke toilet. Saat disana, HPku berbunyi berkali-kali. Dari Pak Asih, penanggungjawab LCD DPD. Aku tidak mungkin menjawab beliau didalam WC. Aku segerakan, dan saat diluar aku angkat telepon beliau. Suara Beliau agak kesal karena tidak diangkat-angkat. Ternyata akh didik yang meminjamkan LCD sudah tidak ada, sehingga aku sendiri yang harus mengembalikan LCD itu. Beberapa teman ikhwan sedang asyik menikmati makan siangnya. Aku tidak mau mengganggu kenikmatan mereka. Segera aku meminjam motor ukhti Ema dengan STNKnya. Beberapa akhwat bertanya ketrika melihat aku tergesa-gesa. Karena memang LCD harusnya dikembalikan sebelum pukul 13.00 siang ini. Karena mau dipakai Pak Asih acara DPD.
Segera setelah mendapatkan pinjaman motor, aku cabut dengan mencoba mengebut. Namun karena motor tidak memungkinkan, akhirnya aku coba untuk bersabar dan tidak tergesa-gesa. Aku melewati perempatan pasar ngemplak, jembatan kali anyar, kemudian melaju kearah Joglo. Saat perjalanan menuju arah Joglo, motor agak ngadat. Entah kenapa, aku berpikir mungkin karena businya agak kotor. Tiba-tiba motor mendadak berhenti seketika ditengah jalan dan dari arah belakang muncul Truk Tronton pengangkut Barang, stang motor tersangkut sisi samping truk. Motor tertarik dan aku terjatuh terseret sepeda motor. Saat itu yang aku pikirkan adalah mendekap LCD untuk aku selamatkan. Kepalaku terjatuh diatas aspal dan dari arah belakang roda truk hampir saja menggila kepalaku. Segera aku geser Kepala yang untungnya memakai helm. Kemudian truk melaju tanpa berhenti sementara aku terdiam ditengah jalan tanpa sadar apa yang baru saja terjadi. Ketika pikiranku kembali, segera aku lihat motor ukhti Ema tergeletak dengan bagian belakang bobrok karena tertabrak roda ban, dan bagian depan hanya spion yang patah karena terseret tadi. Segera aku meminggirkan sepeda motor dengan tertatih. Banyak orang yang menyaksikan ingin menolong. Lalu ada tukang becak yang melintas, kemudian berteriak memakiku, :” Wong ora nduwe mata, makane ati-ati nanggo motor. Yak-yak’an...” aku terdiam hanya memandangnya. Tukang becak berlalu. Lalu ada lagi angkutan kuning yang melintas, seorang ibu-ibu penumpang hanya sekedar berkomentar, :”ati-ati mas...” dan yang lain menimpali : “ Trucke dikejar wae kon tanggung jawab”... aku mencoba tersenyum.
Kemudian aku tersadar kalau HPku berkali-kali bergetar. Panggilan dari Pak Asih. Aku mengangkatnya dan menjawab kalau sudah hampir sampai diJoglo. Aku melihat LCD yang tadi aku dekap, alhamdulillah tidak apa-apa. Namun tadi sempat ikut terseret saat aku jatuh. Tas bagian luar robek dan aku cemas kalau ada apa-apa dengan LCD itu. Semoga tidak apa-apa. Aku mencoba menghidupkan motor yang bagian belakangnya sudah bobrok dan injakan gigi tidak bisa digunakan. Motor menyala, namun aku kesulitan untuk memasukkan gigi. Alhamdulillah bisa masuk gigi 1 dan aku coba masukan gigi2 dua. Dengan pelan aku jalankan motor yang telah kehilangan satu spion itu. Tanpa sadar, aku menangis. Yang jelas karena aku cemas kalau ada apa-apa dengan LCD yang aku bawa. Ini milik Umat. Kalaupun nanti terjadi apa-apa, LCD tidak bisa digunakan lagi, bagaimana aku harus menggantinya. Menggunakan uang kas KM jelas tidak cukup. Apalagi uang tabunganku, untuk makan saja masih harus diperhitungkan. Aku menangis sambil mengendarai motor dengan pelan. Menangi berharap dalam hati, agar Alloh memudahkan urusanku. Aku menangis selama perjalanan.
Angin sepoi-sepoi mencoba mengusir panas yang menyengat tubuhku. Ada rasa perih dikaki. Rupanya celana dibagian lututku robek, ada darah yang mengalir disana. Rupanya aku tidak sadar kalau lututku tadi mencoba menyangga berat tubuh dan berat motor sehingga lututku ini tanpa terasa robek. Tapi kenapa sejak tadi aku tidak merasakannya ? aku meringis perih ketika angin jalanan menerpa luka dibagian lutut yang masih basah oleh darah yang mengalir. Sampai tidak terasa aku sudah sampai di Kantor Kecamatan Banjarsari. Perasaanku tidak enak, jantungku berdebar keras. Sesampainya didepan rumah pak Asih, ternyata beliau sudah siap-siap mau berangkat. Aku mengucapkan salam dan segera menyerahkan LCD itu. Kemudian aku jelaskan kejadian yang aku alamai tadi. Dengan wajah terkejut dan sepertinya beliau kesal segera dibuka tas LCD dan dikeluarkannya. Beliau sempat mensangsikan kalu LCDnya tidak apa-apa sama seperti yang aku rasakan. Sampai kemudian, dengan perasaan yang serba salah aku pamitan dengan mulut yang tiada berhenti mengucapkan kata “AFWAN PAK”...
Aku kembali mencoba menghidupkam motor ukhti Ema, beberapa kali tidak bisa menyala. Karena pekewuh dengan Pak Asih, aku tuntun sampai agak jauh dari rumah beliau. Aku terdiam, rasanya ingin kembali menangis. Lalu pikiranku kembali menyadarkanku, aku harus segera kembali, karena siang ini masih banyak agenda ISE di SMA1. dengan mengucap basmallah dari hati yang paling dalam, aku mencoba kembali menyalakan motor ukhti Ema, dan alhamdulillah motor ini menyala. Pikiranku kemudian kembali berputar. Bagaimana aku harus mempertanggungjawabkan kerusakan motor yang sudah bobrok ini ?? dalam perjalanan aku melewati DPC Banjarsari aku mampir, untung JoPras ada. Aku meminta ijin ke kamar mandi. JoPras kaget melihat kondisiku dan motor yang rusak aku hanya tersenyum ketika dia bertanya : “Jatuh?”. Dikamar mandi aku bersihkan darah yang mengalir dilutut.. Periiiiihhh......aku berteriak tertahan merasakan perihnya luka baru itu yang tersiram air. Setelah bersih, rupanya JoPras telah menyiapkan Betadin dan kapas.
Segera aku teteskan sedikit demi sedikit. Periiiihh...rasanya jatungku akan kambuh. Tanganku gemetar. Tubuhku mengejang. JoPras melihat kondisiku. Kemudian memapah kekamarnya. Aku dibaringkan dan mencoba menenangkanku. Aku merasakan jantungku benar-benar seperti ditusuk tusuk. Sakiiiit....tanpa terasa aku menangis lagi didepan JoPras. Sementara JoPras mencoba untuk menenangkanku. Tanganku meremas dada, didalamnya ada jantung yang sekarat. Badanku masih kejang dan gemetar.: “ Teang Don, tarik nafas perlahan...Istigfar Don,...” mataku terpejam merasakan tusukan-tusukan dijantung lalu mulutku tak berhendi mengucap nama Allah. “ Alloh...Alloh....Alloh....”, JoPras mencoba meremas-remas tanganku yang masih bergetar dan tangan lainnya mencoba untuk memijit-mijit badanku yang masih kejang.
Keadaan mulai membaik ketika aku mencoba untuk bernafas panjang dan berlahan. Gemetar-gemetar ditangan masih terasa. Sakit dijantung masih menyisakan perih. Sampai kemudian aku tertidur. Kemudian aku bangun sekitar pukul 14.15. aku kaget, langsung mau keluar dari kamar. JoPras masuk sambil membawa segelas air putih. : “ Mau ke SMA lagi? Istirahat dulu saja” sambil menyerahkan segelas air putih. “ Motornya Ukhti Ema mau segera beliau pakai Ashar ini, aku harus segera mengembalikan”. Jawabku segera setelah menenggak air putih yang segar. “ Mbok yang lain saja disuruh kesini. Antum istirahat dulu”. Aku tetap mencoba berdiri dan berjalan dalam keadaan pincang. Kali ini sakit dilututku benar-benar terasa. Melihatku yang tetep nekat, JoPras menawarkan untuk mengantarku. “ Tak anter wae” sambil mengeluarkan sepeda motornya. “ ndak usah, biar aku sendiri saja. Antum lagi sibuk tho. Pras, Bengkel terdekat disini daerah mana ya ? aku nggak mungkin mengembalikan sepedanya ukhti Ema dalam kondisi seperti ini.”, tanyaku tetep nekat mau menuntun sepeda motornya ukhti ema.
“antum istirahat wae disini, biar tak serviskan”. melihat JoPras yang sudah merebut sepedanya ukhti ema, aku pasrah. Aku kembali masuk dan terduduk diruang depan DPC. Kembali aku terdiam, Allah, apa yang sedang Engkau rencanakan untukku dihari ini ?? pertanyaan yang membuat mataku kembalu mengembun. Maafkan aku, Ya Rabb kalau tidak amanah pada tugas ini. Aku orang yang dzolim. Sambil menunggu motor diservis, aku mencoba SMS ke ukhti Ema, tapi tidak jadi aku kirimkan. Biar nanti saja aku jelaskan langsung pas disana.
JoPras kembali, “ada bengkel di Proliman dekat Kantornya Pak Dary” biar tak bawa saja ya. Antum istirahat”. Aku bangkit, dan tetep nekat untuk meraih motornya ukhti Ema.
“ biar tak servis sendiri saja. Aku dah banyak ngrepotin antum. Ohya, ane pinjem uang antum dulu 20.000. uangku tinggal 8.000. buat jaga-jaga saja.”. dia mengeluarkan dompet dan menyerahkan selembar uang 50.000an. melihatku mencoba menjalankan sepeda motor. Dia naik ke DPC dan mengunci pintunya. Dia mengikutiku, mungkin khawatir kalau ada apa-apa lagi. Sampai di Bengkel aku duduk ditepi jalan. Panas masih terasa menyengat.
“Jatuh dimana mas” tanya Tukang Bengkelnya mecoba untuk membuka percakapan.
“ Joglo, mas. Kira-kira parah nggak mas??”
“ Oh, Cuma dibongkar dikit. Ndak parah banget. Duduk didalam saja mas”
“nggeh, mas.” Kemudian aku dan JoPras masuk didalam bengkel, dan duduk dikursi kayu panjang. Sambil mengamati tukang bengkel membongkar-bongkar motor bagian belakang. Aku menceritakan peristiwa kecelakaan tadi dan menceritakan masalah LCD DPD yang aku bawa tadi. “ Kira-kira parah nggak ya ? tapi mudah-mudahan tidak apa-apa soalnya tadi pas jatuh masih aku dekap erat. Tapi kalau harus ngganti, kira-kira berapa ya, Pras?”
JoPras hanya diam, mungkin berpikir kok aku ini orangnya aneh gini ya. “ ya, coba nanti ditanyakan saja. Toh belum dicoba. Kalau ternyata ndak apa-apa antum nggak usah terlalu dalam memikirkannya. Antum itu loh, coba nanti dironsen lututnya. Barangkali ada yang retak”.
Sepeda akhirnya kembali seperti semula, hanya saja dibengkel ini tidak bisa mbenerin kaca spion yang patah tadi. Harus diLas. Waduh gimana nih.
“ kalau spion, diLas saja mas. Didaerah Pasar Legi ada.” Jelas dia.
“ Nggehpun mas. Niki pinten mas?”
“ Rp 15.000 saja mas.”, Sambil aku menyerahkan uang Rp 50.000, JoPras menuntun sepeda motor turun kejalan.
“ Yang Pas mawon mas,ndak ada kembaliannya”, aku segera memanggil JoPras. Dan dia mengeluarkan dompet lalu menyerahkan selembar uang 20ribuan. Lalu tukang bengkel menyerahkan kembalian 5ribu ke JoPras. Uang Rp 50.000 aku kembalikan lagi.
“ Udah Pras, sukron Jazakallah ya. Tak balik dulu”. Aku pamit sambil mencoba duduk diatas motornya ukhti ema. Lututku masih terasa perih.
“ antum tak antar saja, nanti biar staff antum yang ngambil di DPC”, tapi melihat aku ngotot tetap menjalankan sepeda motor itu, lalu mengikutiku dibelakang sampai di SMA 1 Solo. Ternyata sudah pukul setengah empat tadi waktu di Bengkel rupanya sudah adzan ashar. Sampai di Aula, teman-teman menanyakan aku darimana saja. Tapi ketika melihat cara jalanku dan celanaku yang sobek mereka terdiam mempertanyakan kejadian kecelakaan itu. Tapi aku mencoba untuk tersenyum. “Tidak apa-apa kok, Cuma lecet”
Lalu aku temui ukhti ema. Setelah meminta maaf dan menceritakan kejadian kecelakaan itu beliau kaget juga. Bagaimanapun itu adalah motor beliau. “ Tapi motornya ndak apa-apa khan, masih bisa jalan khan??”
Aku menegaskan kalau motornya sudah tidak masalah, hanya saja spionnya belum bisa dipasang karena aku belum sempat mencari bengkel las dipasar legi.
“ya, ndak apa-apa, antum istirahat saja”. Stelah menyerahkan Kunci dan STNK, beliau segera menuju ke parkiran karena khawatir juga dengan motornya dan juga mungkin karena ada acara setelah ashar.
Aku mengajak JoPras untuk sholat ashar terlebih dahulu. Setelah itu aku kembali ke halaman upacara tempat bazar. Disana teman-teman berkumpul membereskan perlengkapan yang akan dimasukkan didalam sekolah. Karena sudah sore dan sepi. Rupanya konsep lomba tadi diganti di tempat bazar. Karena di aula sudah sepi sejak siang. Melihat aku berjalan tertatih, beberapa panitia melihatku dengan wajah penuh tanya. Aku menyalami beberapa teman panitia untuk pamit terlebih dahulu. JoPras yang sejak tadi menungguku segera menyiapkan sepeda motornya. Dan aku pulang ke KAMDA untuk istirahat menyiapkan dan mengumpulkan sisa-sisa energi untuk hari besok. Karena besok juga membutuhkan ekstra tenaga juga.
Alhamdulillah Ya Robb...Engkau Permudah Urusanku. Walau dengan tertatih.