Kamis, 16 Oktober 2008

Karena Kita Adalah Pejuang

Pagi tak lagi berkabut, karena musim mulai menuju kering. Justru dingin yang merasuk tulang semakin menyelimuti Solo. Jam didinding menunjukkan pukul 06.35 WIB. Aku segera meluncur ke Kost akhwat untuk meminjam Printernya. Dan segera setelah itu aku bergegas menyiapkan Dispenser pesanan Tim Konsumsi. Lalu aku meminta JoPras mengantarku ke SMA Negeri 1 Solo.
Sesampai disana, rupanya telah berjejer stand yang masih kosong dan beberapa Panitia uyang sedang mengusung kursi dan meja untuk persiapan pembukaan Islamic Student Expo. Rupanya persiapan benar benar mendadak. Semua saling menyalahkan PJ perlengkapan yang seharusnya dipegangnya. Aku sempat bingung juga. Namun segera aku menguasai diri, tugasku adalah menghubungi Kepala sekolah untuk bisa memberikan sambutan dan membuka pelaksanaaan acara ISE ini.
Sampai di dalam, aku kaget, rupanya Kepala sekolah SMA N1 Solo sekarang adalah Bpk. Drs. H.M Thoyibun M.M, yang aku temui saat aku diSMAN 6 Solo untuk mengurus perijinan Jambore Pelajar Islam 2 disana. Alhamdulillah, kami disambut dengan baik.. Namun, karena kesibukan beliau saat itu sedang menemui para tamunya, yang membuka akhirnya diwakilkan oleh Wakil Kepsek Kesiswaan, Bpk. Drs. Muh. Hasyim, M.Pd. yang dulu juga pernah bertemu saat membuka acara Training Jurnalistik Islam di Aula SMA N 1 solo.
Pembukaan selesai, segera segenap panitia menuju Ruang Aula untuk mempersiapkan Seminar Moralitas Pelajar “Ngobrolin Sex Yuk”. Seperti halnya pembukaan, persiapan seminarpun masih kurang. LCD belum dipasang, sedangkan Laptop juga belum ada. Bahkan, peserta juga belum datang. Hanya seklunting saja.
Untuk ada mas Iwan, dia petugas Media di SMA N 1, menawarkan pinjaman Laptopnya. Dan LCD pinjaman dari Pak Asih juga baru terpasang. Sekarang giliran menunggu peserta yang baru segelintir saja. Aku hanya berdoa, berharap akan bertambah lagi. Karena pembicara dr. Maryati sudah hadir, kami tidak enak hati kepada beliau.
Seimanarpun dimulai. Moderator pergi entah kemana. Akhirnya aku maju untuk mempresentasikan hasil penelitian yang dilakukan Tim Education Divisi ET. Dengan persiapan yang sangat minim aku mulai menjelaskan hasil penelitian kami, dengan presentasi slideshow yang sangat sederhana. Maklum, tadi malam baru aku buat sekitar jam 10 malam dengan mata yang terkantuk-kantuk dan tenaga yang masih tersisa. Untungnya dengan keahlianku mengolah kata-kata, presentasi cukup menarik dan menjadi perhatian peserta. Saat presentasi, beberapa siswa baru berdatangan. Alhamdulillah. Presentasi selesai, kini saatnya Pemateri selaku narasumber maju kedepan.
Karena moderator yang seharusnya siap ditempat namun tidak juga nongol, lalu akh Maryanto selaku MC juga kebingungan. Akhirnya aku ambil alih tugas Moderator. Dengan desahan yang lirih aku merasakan dada yang menyempit. Ada sidekit kekecewaan disana. Namun sekarang bukan saatnya untuk kecewa, apa yang bias dilakukan sekarang juga harus kulakukan.
Kemudian aku membacakan kurikulum vitae beliau, dr. Maryati. Beliau sedang hamil tua, menjelang masa-masa kelahiran. Aku salut, karena beliau benar-benar mengorbankan waktunya untuk berdakwah, selagi kandungannya semakin membesar. Kemudian beliau mulai menyampaikan materi mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja sedetailnya. Peserta terlihat antusias mendengarkan penjelasan beliau. Namun juga ada yang merasa malu-malu kucing ketika dr. Maryati menyampaikan materi mengenai hal-hal yang terjadi ketika baligh. Ada yang tersenyum simpul, ada yang diam dengan mata naik-turun, ada yang serba salah. Pokoknya melihat itu aku sendiri jadi tersenyum. Memang bagi mereka hal-hal seperti itu masih tabu untuk dibicarakan, namun disini adalah forum untuk mendapatkan ilmu. Sehingga ada juga peserta yang benar-benar mendengarkan dengan serius juga menyampaikan pertanyaan ketika dibuka forum diskusi. Belum lagi penyampaian dari Bu Maryati yang kocak. Membuat pemjelasan materi yang bagi mereka tabu menjadi sesuatu yang renyah untuk dicerna.
Selagi dr. Maryati menyampaikan, tangan kananku segera meraih HP dan menaruhnya dibalik meja. Dengan cekatan, jari-jari tanganku menari diatas tombol-tombol HP memunculkan sederet kalimat dilayarnya. Aku tujukan ke Ukhti En-Sho, selaku PJ acara Talk Show ini. Aku menanyakan pembicara satunya lagi. Yaitu Mba Afifah Afra. Tidak lama kemudian, HPku bergetar, muncul SMS balasan darinya, bahwa ada “sedikit” problem. Mba afra Lupa kalau sekarang harus ngisi disini. Ini memang kesalahan dari kami juga, kami tidak lagi menindaklanjuti permohonan kepada beliau hanya sekedar percaya saja tanpa harus mengingatkan. Akhirnya, disaat-saat akhir narasumber pertama menyelesaikan pokok pembahasannya, Mba Afra hadir. Alhamdulillah, beliau bisa datang.
Kemudian waktu penyampaian dierahkan kepada Mba Afra. Beliau menjelaskan dengan model training. Namun mungkin karena peserta sudah lelah, hanya beberapa saja yang begitu antusias mendengarkan. Waduh, dalam hati aku tidak enak juga nih. Mungkin karena mba Afra juga kurang persiapan, baru dihubungi tadi. Tadi Alhamdulillah acara bisa berjalan sukses. Walaupun kami harus menunda waktu sholat dhuhur sekitar 40 menit. Ya, ini karena kemoloran-kemoloran tadi.
Seusai sholat dhuhur berjamaah, kami segera kembali menuju aula. Diruang transit panitia, akhwat sudah menyediakan konsumsi makan siang. Alhamdulillah bisa makan juga. Beberapa panitia ikhwan sudah siap dengan bungkusan nasi ditangan. Namun karena mendadak aku ingin kebelakang, aku taruh makan siang jatahku. Lalu segera aku ke toilet. Saat disana, HPku berbunyi berkali-kali. Dari Pak Asih, penanggungjawab LCD DPD. Aku tidak mungkin menjawab beliau didalam WC. Aku segerakan, dan saat diluar aku angkat telepon beliau. Suara Beliau agak kesal karena tidak diangkat-angkat. Ternyata akh didik yang meminjamkan LCD sudah tidak ada, sehingga aku sendiri yang harus mengembalikan LCD itu. Beberapa teman ikhwan sedang asyik menikmati makan siangnya. Aku tidak mau mengganggu kenikmatan mereka. Segera aku meminjam motor ukhti Ema dengan STNKnya. Beberapa akhwat bertanya ketrika melihat aku tergesa-gesa. Karena memang LCD harusnya dikembalikan sebelum pukul 13.00 siang ini. Karena mau dipakai Pak Asih acara DPD.
Segera setelah mendapatkan pinjaman motor, aku cabut dengan mencoba mengebut. Namun karena motor tidak memungkinkan, akhirnya aku coba untuk bersabar dan tidak tergesa-gesa. Aku melewati perempatan pasar ngemplak, jembatan kali anyar, kemudian melaju kearah Joglo. Saat perjalanan menuju arah Joglo, motor agak ngadat. Entah kenapa, aku berpikir mungkin karena businya agak kotor. Tiba-tiba motor mendadak berhenti seketika ditengah jalan dan dari arah belakang muncul Truk Tronton pengangkut Barang, stang motor tersangkut sisi samping truk. Motor tertarik dan aku terjatuh terseret sepeda motor. Saat itu yang aku pikirkan adalah mendekap LCD untuk aku selamatkan. Kepalaku terjatuh diatas aspal dan dari arah belakang roda truk hampir saja menggila kepalaku. Segera aku geser Kepala yang untungnya memakai helm. Kemudian truk melaju tanpa berhenti sementara aku terdiam ditengah jalan tanpa sadar apa yang baru saja terjadi. Ketika pikiranku kembali, segera aku lihat motor ukhti Ema tergeletak dengan bagian belakang bobrok karena tertabrak roda ban, dan bagian depan hanya spion yang patah karena terseret tadi. Segera aku meminggirkan sepeda motor dengan tertatih. Banyak orang yang menyaksikan ingin menolong. Lalu ada tukang becak yang melintas, kemudian berteriak memakiku, :” Wong ora nduwe mata, makane ati-ati nanggo motor. Yak-yak’an...” aku terdiam hanya memandangnya. Tukang becak berlalu. Lalu ada lagi angkutan kuning yang melintas, seorang ibu-ibu penumpang hanya sekedar berkomentar, :”ati-ati mas...” dan yang lain menimpali : “ Trucke dikejar wae kon tanggung jawab”... aku mencoba tersenyum.
Kemudian aku tersadar kalau HPku berkali-kali bergetar. Panggilan dari Pak Asih. Aku mengangkatnya dan menjawab kalau sudah hampir sampai diJoglo. Aku melihat LCD yang tadi aku dekap, alhamdulillah tidak apa-apa. Namun tadi sempat ikut terseret saat aku jatuh. Tas bagian luar robek dan aku cemas kalau ada apa-apa dengan LCD itu. Semoga tidak apa-apa. Aku mencoba menghidupkan motor yang bagian belakangnya sudah bobrok dan injakan gigi tidak bisa digunakan. Motor menyala, namun aku kesulitan untuk memasukkan gigi. Alhamdulillah bisa masuk gigi 1 dan aku coba masukan gigi2 dua. Dengan pelan aku jalankan motor yang telah kehilangan satu spion itu. Tanpa sadar, aku menangis. Yang jelas karena aku cemas kalau ada apa-apa dengan LCD yang aku bawa. Ini milik Umat. Kalaupun nanti terjadi apa-apa, LCD tidak bisa digunakan lagi, bagaimana aku harus menggantinya. Menggunakan uang kas KM jelas tidak cukup. Apalagi uang tabunganku, untuk makan saja masih harus diperhitungkan. Aku menangis sambil mengendarai motor dengan pelan. Menangi berharap dalam hati, agar Alloh memudahkan urusanku. Aku menangis selama perjalanan.
Angin sepoi-sepoi mencoba mengusir panas yang menyengat tubuhku. Ada rasa perih dikaki. Rupanya celana dibagian lututku robek, ada darah yang mengalir disana. Rupanya aku tidak sadar kalau lututku tadi mencoba menyangga berat tubuh dan berat motor sehingga lututku ini tanpa terasa robek. Tapi kenapa sejak tadi aku tidak merasakannya ? aku meringis perih ketika angin jalanan menerpa luka dibagian lutut yang masih basah oleh darah yang mengalir. Sampai tidak terasa aku sudah sampai di Kantor Kecamatan Banjarsari. Perasaanku tidak enak, jantungku berdebar keras. Sesampainya didepan rumah pak Asih, ternyata beliau sudah siap-siap mau berangkat. Aku mengucapkan salam dan segera menyerahkan LCD itu. Kemudian aku jelaskan kejadian yang aku alamai tadi. Dengan wajah terkejut dan sepertinya beliau kesal segera dibuka tas LCD dan dikeluarkannya. Beliau sempat mensangsikan kalu LCDnya tidak apa-apa sama seperti yang aku rasakan. Sampai kemudian, dengan perasaan yang serba salah aku pamitan dengan mulut yang tiada berhenti mengucapkan kata “AFWAN PAK”...
Aku kembali mencoba menghidupkam motor ukhti Ema, beberapa kali tidak bisa menyala. Karena pekewuh dengan Pak Asih, aku tuntun sampai agak jauh dari rumah beliau. Aku terdiam, rasanya ingin kembali menangis. Lalu pikiranku kembali menyadarkanku, aku harus segera kembali, karena siang ini masih banyak agenda ISE di SMA1. dengan mengucap basmallah dari hati yang paling dalam, aku mencoba kembali menyalakan motor ukhti Ema, dan alhamdulillah motor ini menyala. Pikiranku kemudian kembali berputar. Bagaimana aku harus mempertanggungjawabkan kerusakan motor yang sudah bobrok ini ?? dalam perjalanan aku melewati DPC Banjarsari aku mampir, untung JoPras ada. Aku meminta ijin ke kamar mandi. JoPras kaget melihat kondisiku dan motor yang rusak aku hanya tersenyum ketika dia bertanya : “Jatuh?”. Dikamar mandi aku bersihkan darah yang mengalir dilutut.. Periiiiihhh......aku berteriak tertahan merasakan perihnya luka baru itu yang tersiram air. Setelah bersih, rupanya JoPras telah menyiapkan Betadin dan kapas.
Segera aku teteskan sedikit demi sedikit. Periiiihh...rasanya jatungku akan kambuh. Tanganku gemetar. Tubuhku mengejang. JoPras melihat kondisiku. Kemudian memapah kekamarnya. Aku dibaringkan dan mencoba menenangkanku. Aku merasakan jantungku benar-benar seperti ditusuk tusuk. Sakiiiit....tanpa terasa aku menangis lagi didepan JoPras. Sementara JoPras mencoba untuk menenangkanku. Tanganku meremas dada, didalamnya ada jantung yang sekarat. Badanku masih kejang dan gemetar.: “ Teang Don, tarik nafas perlahan...Istigfar Don,...” mataku terpejam merasakan tusukan-tusukan dijantung lalu mulutku tak berhendi mengucap nama Allah. “ Alloh...Alloh....Alloh....”, JoPras mencoba meremas-remas tanganku yang masih bergetar dan tangan lainnya mencoba untuk memijit-mijit badanku yang masih kejang.
Keadaan mulai membaik ketika aku mencoba untuk bernafas panjang dan berlahan. Gemetar-gemetar ditangan masih terasa. Sakit dijantung masih menyisakan perih. Sampai kemudian aku tertidur. Kemudian aku bangun sekitar pukul 14.15. aku kaget, langsung mau keluar dari kamar. JoPras masuk sambil membawa segelas air putih. : “ Mau ke SMA lagi? Istirahat dulu saja” sambil menyerahkan segelas air putih. “ Motornya Ukhti Ema mau segera beliau pakai Ashar ini, aku harus segera mengembalikan”. Jawabku segera setelah menenggak air putih yang segar. “ Mbok yang lain saja disuruh kesini. Antum istirahat dulu”. Aku tetap mencoba berdiri dan berjalan dalam keadaan pincang. Kali ini sakit dilututku benar-benar terasa. Melihatku yang tetep nekat, JoPras menawarkan untuk mengantarku. “ Tak anter wae” sambil mengeluarkan sepeda motornya. “ ndak usah, biar aku sendiri saja. Antum lagi sibuk tho. Pras, Bengkel terdekat disini daerah mana ya ? aku nggak mungkin mengembalikan sepedanya ukhti Ema dalam kondisi seperti ini.”, tanyaku tetep nekat mau menuntun sepeda motornya ukhti ema.
“antum istirahat wae disini, biar tak serviskan”. melihat JoPras yang sudah merebut sepedanya ukhti ema, aku pasrah. Aku kembali masuk dan terduduk diruang depan DPC. Kembali aku terdiam, Allah, apa yang sedang Engkau rencanakan untukku dihari ini ?? pertanyaan yang membuat mataku kembalu mengembun. Maafkan aku, Ya Rabb kalau tidak amanah pada tugas ini. Aku orang yang dzolim. Sambil menunggu motor diservis, aku mencoba SMS ke ukhti Ema, tapi tidak jadi aku kirimkan. Biar nanti saja aku jelaskan langsung pas disana.
JoPras kembali, “ada bengkel di Proliman dekat Kantornya Pak Dary” biar tak bawa saja ya. Antum istirahat”. Aku bangkit, dan tetep nekat untuk meraih motornya ukhti Ema.
“ biar tak servis sendiri saja. Aku dah banyak ngrepotin antum. Ohya, ane pinjem uang antum dulu 20.000. uangku tinggal 8.000. buat jaga-jaga saja.”. dia mengeluarkan dompet dan menyerahkan selembar uang 50.000an. melihatku mencoba menjalankan sepeda motor. Dia naik ke DPC dan mengunci pintunya. Dia mengikutiku, mungkin khawatir kalau ada apa-apa lagi. Sampai di Bengkel aku duduk ditepi jalan. Panas masih terasa menyengat.
“Jatuh dimana mas” tanya Tukang Bengkelnya mecoba untuk membuka percakapan.
“ Joglo, mas. Kira-kira parah nggak mas??”
“ Oh, Cuma dibongkar dikit. Ndak parah banget. Duduk didalam saja mas”
“nggeh, mas.” Kemudian aku dan JoPras masuk didalam bengkel, dan duduk dikursi kayu panjang. Sambil mengamati tukang bengkel membongkar-bongkar motor bagian belakang. Aku menceritakan peristiwa kecelakaan tadi dan menceritakan masalah LCD DPD yang aku bawa tadi. “ Kira-kira parah nggak ya ? tapi mudah-mudahan tidak apa-apa soalnya tadi pas jatuh masih aku dekap erat. Tapi kalau harus ngganti, kira-kira berapa ya, Pras?”
JoPras hanya diam, mungkin berpikir kok aku ini orangnya aneh gini ya. “ ya, coba nanti ditanyakan saja. Toh belum dicoba. Kalau ternyata ndak apa-apa antum nggak usah terlalu dalam memikirkannya. Antum itu loh, coba nanti dironsen lututnya. Barangkali ada yang retak”.
Sepeda akhirnya kembali seperti semula, hanya saja dibengkel ini tidak bisa mbenerin kaca spion yang patah tadi. Harus diLas. Waduh gimana nih.
“ kalau spion, diLas saja mas. Didaerah Pasar Legi ada.” Jelas dia.
“ Nggehpun mas. Niki pinten mas?”
“ Rp 15.000 saja mas.”, Sambil aku menyerahkan uang Rp 50.000, JoPras menuntun sepeda motor turun kejalan.
“ Yang Pas mawon mas,ndak ada kembaliannya”, aku segera memanggil JoPras. Dan dia mengeluarkan dompet lalu menyerahkan selembar uang 20ribuan. Lalu tukang bengkel menyerahkan kembalian 5ribu ke JoPras. Uang Rp 50.000 aku kembalikan lagi.
“ Udah Pras, sukron Jazakallah ya. Tak balik dulu”. Aku pamit sambil mencoba duduk diatas motornya ukhti ema. Lututku masih terasa perih.
“ antum tak antar saja, nanti biar staff antum yang ngambil di DPC”, tapi melihat aku ngotot tetap menjalankan sepeda motor itu, lalu mengikutiku dibelakang sampai di SMA 1 Solo. Ternyata sudah pukul setengah empat tadi waktu di Bengkel rupanya sudah adzan ashar. Sampai di Aula, teman-teman menanyakan aku darimana saja. Tapi ketika melihat cara jalanku dan celanaku yang sobek mereka terdiam mempertanyakan kejadian kecelakaan itu. Tapi aku mencoba untuk tersenyum. “Tidak apa-apa kok, Cuma lecet”
Lalu aku temui ukhti ema. Setelah meminta maaf dan menceritakan kejadian kecelakaan itu beliau kaget juga. Bagaimanapun itu adalah motor beliau. “ Tapi motornya ndak apa-apa khan, masih bisa jalan khan??”
Aku menegaskan kalau motornya sudah tidak masalah, hanya saja spionnya belum bisa dipasang karena aku belum sempat mencari bengkel las dipasar legi.
“ya, ndak apa-apa, antum istirahat saja”. Stelah menyerahkan Kunci dan STNK, beliau segera menuju ke parkiran karena khawatir juga dengan motornya dan juga mungkin karena ada acara setelah ashar.
Aku mengajak JoPras untuk sholat ashar terlebih dahulu. Setelah itu aku kembali ke halaman upacara tempat bazar. Disana teman-teman berkumpul membereskan perlengkapan yang akan dimasukkan didalam sekolah. Karena sudah sore dan sepi. Rupanya konsep lomba tadi diganti di tempat bazar. Karena di aula sudah sepi sejak siang. Melihat aku berjalan tertatih, beberapa panitia melihatku dengan wajah penuh tanya. Aku menyalami beberapa teman panitia untuk pamit terlebih dahulu. JoPras yang sejak tadi menungguku segera menyiapkan sepeda motornya. Dan aku pulang ke KAMDA untuk istirahat menyiapkan dan mengumpulkan sisa-sisa energi untuk hari besok. Karena besok juga membutuhkan ekstra tenaga juga.
Alhamdulillah Ya Robb...Engkau Permudah Urusanku. Walau dengan tertatih.

3 komentar:

Waah..mas Doni pinter juga yah mbuat CERPEN. Lebih bagus lagi kalo dibuat dramatis kaya di NOVEL Ayat-ayat Cinta, mas. ceritanya ada temen mas Doni yang akhwat merasa kasihan, lalu perhatian banget sama mas Doni, trus Jadian deh. hehehe...
Tapi mas Doni apa termasuk Penganut Paham Anti Pacaran ya ??

Rosy trenyuh deh. masa temen mas Pada tega banget yah... gak punya perasaan...!!!

Posting Komentar

Silahkan Di Tanggapi