Kamis, 25 November 2010

: Kupu-kupu dari Timur

Pagi menjelang, 
tak seperti biasanya. 
setelah semalam ada satu kepastian, 
saatnya pembersihan hati, 
dari segala kesemuan mimpi,
yang selalu menghantui hari,
menodai kesucian hati,


Dia yang telah Allah pilih, 
menemani hari-hari yang selama ini hanyalah sebuah ilusi. 
Memang tak secantik kupu-kupu dengan sayap pelangi,
yang mampu menyeruakkan pesona pada setiap hati.
Memang tak seindah kupu-kupu yang pandai menari.
yang menyapa setiap bunga namun tak punya arti.

Dialah kupu-kupu dengan sayap kusam karena selalu bergelut melawan hari,
Dialah kupu-kupu dengan sayap kuat karena sering melewati badai,
Dialah kupu-kupu yang menebar peduli pada tiap bunga yang tak pernah tersentuh selama ini.
Dialah kupu-kupu yang dengan senyumnya membuat iri bidadari,


Dia yang telah Allah beri,
Mengisi kekurangan diri,
Saling menggenapi,
Saling melengkapi.

Dia yang telah Allah datangkan,
Dengan sebuah tawaran yang menawan,
Taman Syurga di hadapan.

Kupu-kupu dari timur,
Bersamamu kan kuhabiskan umur,
Menebar kepedulian agar Iman tak kendur,
Mewarnai taman hati dengan penuh syukur.
Bersamamu semoga cinta ini pada-Nya takkan luntur.

Rabu, 24 November 2010

Kupu Bersayap Kusam


Kupu-kupu itu terbang rendah, mungkin karena tubuhnya tak seramping yang lain. Mengitari beberapa bunga yang tumbuh subur di bawah tanaman-tanaman perdu, tersembunyi dari penglihatan. Lalu menggapai setiap helai daun-daun mahkota bunga yang tak punya warna dan rupa sempurna. Hinggap pada satu helai, terdiam memandangi putik-sari bunga itu. Kupu-kupu itu tersenyum, kemudian mempertemukan putik dan sari yang walaupun berdekatan namun terasa begitu jauh. Ia bahagia, bisa membantu keduanya melanjutkan siklus takdir yang telah Tuhan gariskan.

Kembali sayap-sayapnya mengembang, melirik bunga-bunga bermahkota warna coklat tua yang lain. Para pasangan putik dan sari yang bersemayam di dalam naungan helai-helai mahkota bunga tersenyum gembira melihat kedatangannya, girang berteriak. Sang Kupu tetap tersenyum dalam ketundukkannya. Hinggap pada satu helai daun mahkota berwarna coklat tua.
"Kalau bukan karena engkau, kami tidak tahu siapa yang akan membantu kami melanjutkan goresan takdir yang telah Dia tuliskan",

"Aku hanya membantu semampuku, sudah menjadi tugasku untuk membersamai kalian, menjadi perantara jalan Tuhan"

"Tapi aku sedih, mereka di luar sana tak pernah mengenalmu. Bahkan melihat dirimu saja tak mau. Apalagi memuji dirimu. Kenapa Tuhan tidak adil padamu, menciptakanmu tak seperti jenis kupu-kupu yang lain, dengan tubuh ramping sehingga dapat leluasa terbang dengan ringan ke atas bunga-bunga dan membantu penyerbukannya, atau dengan sayap penuh warna bagai pelangi sehingga dapat dengan bangga menegakkan kepala agar tidak selalu di hina oleh bunga-bunga yang mempesona di atas sana", Kupu-kupu itu tersenyum.

"Tuhan Maha Adil, Dia menciptakanku dengan segala kelebihan dan kekuranganku. Aku bersyukur di ciptakan seperti ini", Kupu dengan sayap warna coklat kusam tersenyum. Manis. Bunga-bunga dengan daun-daun mahkota berwarna coklat tua ikut tersenyum.

"Ya, Engkaulah pahlawan bagi kami. Kalau saja Tuhan tidak menciptakanmu, mungkin kami juga tidak akan pernah ada. Keberadaanmu membuat kami ada. Tuhan memang Maha Adil, memberimu usia yang lebih lama dari kupu-kupu biasanya, sehingga engkau dapat membantu bunga-bunga yang lain melanjutkan siklus keturunannya. Tuhan memang Maha Adil",

Kupu-kupu itu tersenyum kemudian pamit. Masih banyak tugas yang harus di selesaikannya sebelum tiba ajal yang siap menjemputnya. Sayap-sayap berwarna coklat kusam mengembang, kemudian mengepak mengangkat tubuhnya yang tak bisa di bilang ramping.

"Tuhan menciptakan Makhluk-Nya tanpa sia-sia. Tuhan Maha Adil"




Minggu, 21 November 2010

What is that?



Cerita antara seorang ayah dan anak laki-lakinya yang sangat menyentuh......

Ayah : apa itu ?
Anak : burung gereja (sambil baca koran)
Ayah : apa itu?
Anak : burung gereja (masih sambil baca koran)
Ayah : apa itu?
Anak : burung gereja...b-u-r-u-n-g-g-e-r-e-j-a (mulai agak marah)
Ayah : apa itu?
Anak : mengapa kamu lakukan ini?aku sudah katakan berkali-kali, itu burung gereja (dengan nada marah)

Sang ayah berdiri dan mulai beranjak pergi, sang anak memanggil dan bertanya mau kemana sang ayah?
Tak berapa lama sang ayah kembali dengan membawa sebuah buku yang agak lusuh karena telah tersimpan lama...

Sang ayah membuka buku tersebut, mencari-cari sebuah halaman dan setelah menemukannya dia berikan buku itu kepada anaknya dan menyuruhnya untuk membacanya...

Sang anak mulai membaca buku itu dan sang ayah menyuruhnya untuk membaca lebih keras.
Anak : Hari ini anak laki-laki ku yang paling muda yang 3 hari yang lalu berusia 3 tahun duduk denganku di taman saat seekor burung gereja hinggap di depan kami. Anakku bertanya padaku sebanyak 21 kali "apa itu?", dan aku menjawabnya sebanyak 21 kali. "burung gereja". Aku memeluknya tiap kali dia bertanya pertanyaan yang sama. Lagi dan lagi... Tanpa perasaan marah, karena merasa sayang kepada anak laki-laki kecilku yang innocent.

Lalu sang anak menutup buku dan memeluk sang ayah.