Rabu, 24 November 2010

Kupu Bersayap Kusam


Kupu-kupu itu terbang rendah, mungkin karena tubuhnya tak seramping yang lain. Mengitari beberapa bunga yang tumbuh subur di bawah tanaman-tanaman perdu, tersembunyi dari penglihatan. Lalu menggapai setiap helai daun-daun mahkota bunga yang tak punya warna dan rupa sempurna. Hinggap pada satu helai, terdiam memandangi putik-sari bunga itu. Kupu-kupu itu tersenyum, kemudian mempertemukan putik dan sari yang walaupun berdekatan namun terasa begitu jauh. Ia bahagia, bisa membantu keduanya melanjutkan siklus takdir yang telah Tuhan gariskan.

Kembali sayap-sayapnya mengembang, melirik bunga-bunga bermahkota warna coklat tua yang lain. Para pasangan putik dan sari yang bersemayam di dalam naungan helai-helai mahkota bunga tersenyum gembira melihat kedatangannya, girang berteriak. Sang Kupu tetap tersenyum dalam ketundukkannya. Hinggap pada satu helai daun mahkota berwarna coklat tua.
"Kalau bukan karena engkau, kami tidak tahu siapa yang akan membantu kami melanjutkan goresan takdir yang telah Dia tuliskan",

"Aku hanya membantu semampuku, sudah menjadi tugasku untuk membersamai kalian, menjadi perantara jalan Tuhan"

"Tapi aku sedih, mereka di luar sana tak pernah mengenalmu. Bahkan melihat dirimu saja tak mau. Apalagi memuji dirimu. Kenapa Tuhan tidak adil padamu, menciptakanmu tak seperti jenis kupu-kupu yang lain, dengan tubuh ramping sehingga dapat leluasa terbang dengan ringan ke atas bunga-bunga dan membantu penyerbukannya, atau dengan sayap penuh warna bagai pelangi sehingga dapat dengan bangga menegakkan kepala agar tidak selalu di hina oleh bunga-bunga yang mempesona di atas sana", Kupu-kupu itu tersenyum.

"Tuhan Maha Adil, Dia menciptakanku dengan segala kelebihan dan kekuranganku. Aku bersyukur di ciptakan seperti ini", Kupu dengan sayap warna coklat kusam tersenyum. Manis. Bunga-bunga dengan daun-daun mahkota berwarna coklat tua ikut tersenyum.

"Ya, Engkaulah pahlawan bagi kami. Kalau saja Tuhan tidak menciptakanmu, mungkin kami juga tidak akan pernah ada. Keberadaanmu membuat kami ada. Tuhan memang Maha Adil, memberimu usia yang lebih lama dari kupu-kupu biasanya, sehingga engkau dapat membantu bunga-bunga yang lain melanjutkan siklus keturunannya. Tuhan memang Maha Adil",

Kupu-kupu itu tersenyum kemudian pamit. Masih banyak tugas yang harus di selesaikannya sebelum tiba ajal yang siap menjemputnya. Sayap-sayap berwarna coklat kusam mengembang, kemudian mengepak mengangkat tubuhnya yang tak bisa di bilang ramping.

"Tuhan menciptakan Makhluk-Nya tanpa sia-sia. Tuhan Maha Adil"




1 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Di Tanggapi