Selasa, 26 Agustus 2008

karena kita adalah PEMUDA

Tidak dapat disangkal lagi, kualitas generasi muda kita merupakan cerminan masa depan bangsa. Suatu bangsa yang gagal membina generasi muda – moralitas dan kapabilitas- akan menjadi bangsa pecundang dikemudian hari.

Negara-negara maju di dunia sangat khawatir dengan kelanjutan masa depan negara mereka. Apalah artinya kemajuan ekonomi, kecanggihan teknologi dan militer, kepemimpinan atas dunia, sementara generasi mudanya sedemikian rusak moralnya, bodoh dan tidak dapat diharapkan di masa depan. Bayang-bayang kemunduran atau bahkan kepunahan sebagai bangsa tampak begitu mencekam menakutkan.

John Kennedy, negarawan Amerika, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kerusakan moral generasi muda Amerika, ”Andai mereka disuruh berperang, hanya ada 1 dari 7 pemuda yang berani menghadapi musuh.”

Maka, generasi muda Islam pun harus mempersiapkan diri agar mampu berkompetisi sekaligus mengambil peranan yang lebih besar.

Berbagai elemen bangsa Indonesia yang mayoritas muslim harus bangkit dan saling bahu-membahu untuk mengembangkan berbagai program pembinaan generasi muda yang bermuara pada pencapaian kualitas iman dan takwa serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mumpuni.

Pembinaan moralitas generasi muda semakin penting apabila melihat fenomena bangsa Indonesia yang semakin terpuruk dalam krisis ekonomi yang parah dan bermuara pada rusaknya moral secara massal.

Ya, sesungguhnya kita memiliki banyak sekali orang pandai di berbagai bidang. Baik karena upaya otodidak maupun strata pendidikan yang tinggi hingga bergelar doktor dan profesor. Indonesia juga memiliki kekayaan alam dan sumber daya manusia yang luar biasa besar. Namun, semuanya tidak berdaya mengangkat derajat bangsa karena rusaknya moral yang membuat putaran roda pembangunan tidak bertenaga.

KKN (Korupsi, Kolusi & Nepotisme) yang merajalela, main mata penguasa dan pengusaha, kemaksiatan yang merata dan intervensi asing yang leluasa, telah menegasikan keadilan dan melumpuhkan sendi-sendi perekonomian bangsa. Saat ini seakan kita menemui kebuntuan dalam menemukan solusi yang terang.

Kebuntuan ini bukan berarti kita tidak melakukan apa-apa. Ada kerja besar yang harus dilakukan untuk sebuah perubahan besar di masa depan. Lahirkan generasi baru yang sama sekali berbeda. Tanamkan keimanan dalam lubuk hati mereka yang paling dalam. Cengkramkan ilmu pengetahuan di sel-sel otak mereka yang cerdas dan gemilang. Arahkan potensi mereka agar terarah dan berkembang. Kerja besar membangun peradaban sedang dimulai…

POROS PERUBAHAN BESAR

Maka perubahan itu menyangkut 2 poros utama: (1) perubahan pada individu tokoh muda; bagaimana ia mengalami prosesi perjalanan tarbiyah, dakwah, pengalaman hidup dan ketokohan menuju ledakan kepahlawanannya, (2) perubahan orang-orang muda yang mengiringi dan menyokong perjuangan tokoh muda tadi.

1. 1. Poros Pertama : Perubahan Tokoh Muda

Nabi Muhammad Saw telah memerankan diri sebagai agen perubahan dan rujuan masyarakat sejak usia yang sangat belia hingga di penghujung usianya.

Karya besar beliau adalah mengubah peradaban rendah penduduk Mekkah dan bangsa-bangsa Arab jahiliyah dalam waktu singkat menjadi bangsa muslim yang bermoral tinggi, dan mulai menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang menjadi mainstream baru peradaban dunia yang telah lama ternista dengan eksploitasi hawa nafsu dan keserakahan jiwa manusia.

Perubahan ini dimulai dari poros pertama: perubahan yang dialami oleh Rasulullah Saw sejak lahir hingga dewasa, menyangkut berbagai peristiwa.[1][1]:

þ þ Usia 0 – 4 tahun; sudah menjadi yatim, hidup di padang pasir bersama Bani Sa’ad dan selama itu mendapatkan ASI dari Halimah As-Sa’diyah. Hidup di padang pasir yang luas dan terbuka membuat hati dan fikiran menjadi lapang, serta memberikan mekanisme pertahanan diri yang kuat di masa itu. ASI adalah nutrisi terbaik seorang bayi yang berfungsi menumbuhkembangkan kecerdasan dan fisiknya secara maksimal.

Maka, Rasulullah Saw sejak bayi secara psikologis dan fisik telah distruktur dengan baik.

þ þ Usia 4 – 6 tahun; terjadi pembelahan dada oleh malaikat untuk dibersihkan jiwanya di usia 4 tahun, dan kembali kepada ibunya selama 2 tahun. Peristiwa ini memberikan kematangan spiritual dan kasih sayang yang cukup dari ibunya.

þ þ Usia 6 – 8 tahun; tinggal bersama kakeknya Abdul Mutholib yang merupakan tokoh masyarakat yang sangat berwibawa dan mendapatkan pengalaman politik yang intensif. Saking sering diajak dalam rapat-rapat politik oleh kakeknya sejak usia 6 tahun, orang-orang Quraisy mengkritik untuk tidak melibatkan Muhammad. Namun ditolak oleh Abdul Muthalib, “Tinggalkan dan biarkan ia terlibat, karena kelak ia akan menjadi orang besar di kemudian hari.”

þ þ Usia 8 tahun; mulai bekerja menggembala kambing ketika tinggal bersama pamannya Abu Thalib.

þ þ Usia 12 tahun; mulai perjalanan bisnis internasional ke Syiria bersama pamannya.

þ þ Usia 15 tahun; mengalami pengalaman militer dalam peristiwa perang Fijar antara kaum Quraisy dengan kaum lainnya selama 4 – 5 tahun.

þ þ Usia 20 tahun pengalaman diplomatik pertama sebagai juru damai antara kaum Quraisy dan kabilah lainnya pada usia 20 tahun, sekaligus mengokohkan kredibilitas sosialnya ditengah masyarakat. setelah itu bekerja pada Siti Khadijah dan kembali melakukan perjalanan bisnis ekspor/impor ke Yaman/Syiria.

þ þ Usia 25 tahun; menikah dengan Siti Khadijah dan memulai pengalaman sebagai kepala keluarga.

þ þ Usia 25 – 35 tahun; telah memiliki pengalaman sebagai kepala keluarga, pedagang, orang kaya, pemuka masyarakat, dan berbagai aktifitas sosial.

Menjelang kenabiannya, Muhammad telah memiliki kematangan yang lengkap: fisik, psikologi, spiritual, bisnis, perang, perjalanan internasional, kepala keluarga dan pemuka masyarakat.

Keseluruhan proses ini telah menempa Rasulullah Saw sebagai sosok yang sangat matang dan memadai untuk mengemban risalah kenabian dan melakukan kerja besar membangun peradaban Islam.

2. Poros Kedua : Perubahan Komunitas Pemuda

Selanjutnya, proses perubahan tokoh tersebut diikuti dengan perubahan poros kedua: proses perubahan komunitas pemuda. Karena pemuda-lah yang pertama kali menyambut seruan dakwah Islam dengan baik dan tangan terbuka.

Rasulullah Saw bersabda, “Saya wasiatkan para pemuda kepadamu dengan baik, sebab mereka berhati halus. Ketika Allah mengutus diriku untuk menyampaikan agama yang bijaksana ini, maka kaum mudalah yang pertama-tama menyambut saya, sedang kaum tua menentangnya.”

Inilah kuncinya.

Pembinaan yang dilakukan Rasulullah saw. terhadap para sahabat yang masih sangat muda ini pun bagian dari rekayasa perubahan besar itu.

þ þ Ali bin Abi Thalib dibina sejak usia 8 tahun.

þ þ Zubair bin Awwam 8 tahun.

þ þ Arqam bin Abi Arqam 16 tahun

þ þ Ja’far bin Abi Thalib 8 tahun

þ þ Shahih Ar Rumy 19 tahun

þ þ Zaid bin Haritsah 20 tahun

þ þ Saad bin Abi Waqqash 17 tahun

þ þ Utsman bin Affan 17 tahun

þ þ Usamah bin Zaid masih berusia 18

Selanjutnya, para pemuda generasi pertama hasil binaan Rasulullah Saw tersebut di atas mencapai hasil gemilang dengan menaklukkan 2 negara adidaya waktu itu: Romawi dan Persia, dan meluaskan wilayah kekuasan Islam hingga kerajaan-kerajaan Syam (Syiria), Mesir, Irak, Afrika Utara , dalam waktu 35 tahun, selama era Khulafaur Rasyidin.

Kejayaan Islam yang didorong oleh para pemuda ini berlanjut hingga ke masa pemerintahan Bani Umayah dan Bani Abbasiyah. Pada masa ini, Islam berekspansi hingga ke wilayah yang amat luas: membentang ke negeri India dan perbatasan negeri Cina, sedangkan ke arah barat mencapai Andalusia (Spanyol).

Di antaranya adalah kisah pemuda Shalahuddin al Ayyubi. Dengan ketokohan dan kewibawaannya, beliau mempersatukan kembali seluruh negeri Islam yang tercerai berai mulai dari sungai Eufrat sampai sungai Nil dan mengalahkan kekuatan salib di Hathin pada tahun 1187 M, disusul setahun kemudian menaklukkan Yerusalem.

Selanjutnya adalah kisah kepahlawanan pemuda belia Muhammad Al Fatih yang dalam usia 24 tahun memimpin pasukannya menaklukan Konstantinopel pada bulan Mei 1453 M. Suatu penaklukan yang gemilang dan sangat dirindukan setelah gagalnya 6 kali penyerangan sebelumnya selama 800 tahun!

Keperkasaan pemuda Islam terus berlanjut hingga jaman modern ini. Dalam sejarah berikutnya pun kita dapat melihat sosok-sosok yang tidak kalah hebat.

Pada tahun 1928, Asy-Syahid Hasan Al-Banna dengan kematangan pribadinya telah menjadi penggerak kebangkitan Islam dengan pendirian gerakan Islam terbesar di dunia, “Al-Ikhwan al-Muslimun” pada usia yang masih sangat muda, yaitu 22 tahun, dimana kini dakwah dan pengaruhnya telah menyebar ke lebih dari 70 negara.

Asy-Syahid Abdullah Azzam telah terjun ke medan jihad Afghanistan sejak usia belia. Beliau juga telah ikut serta membina dan menyatukan para mujahiddin di sana.

Dan tentu saja, tidak terhitung pemuda-pemuda dan bocah-bocah intifadhah Palestina yang hingga detik ini tengah bertarung dan berjihad melawan pusat kekuatan kufur dunia : Yahudi Israel.

Itulah mengapa penjajah Israel pun konon dengan sengaja memandulkan banyak laki-laki Palestina yang tertangkap agar generasi cilik mujahidin tidak pernah lahir kembali untuk memerangi mereka.

Sama paranoidnya dengan raja Fir’aun di zaman nabi Musa as yang men’sweeping’ setiap bayi laki-laki yang lahir untuk dibunuh, khawatir laki-laki tersebut menjadi dewasa dan perkasa, kemudian siap meruntuhkan kekuasaannya.

Oleh karena itu, Al Qur’an sesungguhnya telah menentukan bahwa sosok pemuda layak diberikan kepemimpinan dan pelopor perubahan karena potensi alaminya.

Allah swt. berfirman,

“Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.” (QS. Al Kahfi: 13).

“Nabi mereka berkata, “Sesungguhnya Allah telah

mengangkat Thalut menjadi rajamu.” Mereka menjawab, “Bagaimana Thalut memerintah kami padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedangkan ia tidak memiliki kekayaan yang cukup banyak.”

Nabi (mereka) berkata, “Sesungguhnya Allah telah

memilih mereka menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” (QS Al Baqarah 247).



0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Di Tanggapi