Senin, 02 Agustus 2010

Mukadimah Sirah (bagian ke-1)

Oleh: Tim Kajian Manhaj Tarbiyah


MUKADIMAH

Keistimewaan Sejarah Nabi

dakwatuna.com – Dalam sejarah hidup Nabi Muhammad SAW terdapat beberapa keistimewaan, dengan mempelaja­rinya akan merupakan kekayaan rohaniah, pemikiran dan kesejarahan. Keistimewaan itu mengharuskan para agamawan, da’i dan orang-orang yang memper­juangkan perbaikan masyarakat untuk banyak mempelajarinya, karena dan studi itu mereka akan dapat menyampaikan ajaran-ajaran agama dengan menggunakan metode yang mampu memperlihatkan hal-hal yang seyogianya dijadikan pegangan oleh masyarakat, terutama dalam situasi tak menentu. Dengan metode dakwah yang dipetik dan hasil studi tersebut, para da’i akan mampu membuka hati publiknya, sehingga seruannya akan sukses.
Keistimewaan-keistimewaan yang menonjol dalam biografi Nabi Muhammad ini dapat disimpul­kan dalam lima unsur, sebagai berikut:

Pertama
 
Sejarah hidup Nabi Muhammad paling benar dibandingkan dengan sejarah hidup Nabi-nabi yang lain dan dengan biografi tokoh-tokoh masyarakat yang ada. Sejarah hidup Rasulullah sampai ke tangan kita melalui jalur ilmiah yang paling terpercaya dan pasti, sehingga fakta-fakta dan peristiwa-peristiwanya tidak mungkin diragukan. Dengan metode penyam­paian itu kita mudah mengetahui hal-hal yang dilebih-lebihkan oleh tangan-tangan jahil berkenaan dengan din Nabi, baik yang berupa peristiwa luar biasa maupun fakta-fakta.
Kebenaran yang tak diragukan dalam sejarah hidup Nabi Muhammad ini tidak didapati dalam sejarah hidup Nabi-nabi terdahulu. Sejarah hidup Nabi Musa As. yang sampai kepada kita sekarang, misalnya, sudah dibumbui dan sudah ditambal sulam oleh orang-orang Yahudi. Sementara Taurat yang ada,  tak lagi dapat dijadikan rujukan untuk melihat bagaimana sejarah hidup Nabi Musa yang sebenarnya. Kritikus Barat banyak yang meragukan kebenaran sebagian isi Taurat tersebut, sementara kritikus yang lain justru memastikan sebagian isi kitab ini tidak ditulis pada masa hidup Nabi Musa dan tidak juga pada masa yang belum begitu jauh. Sebaliknya, menurut kritikus-kritikus tersebut banyak di antaranya yang ditulis pada masa yang sudah jauh dari itu dan penulisannya tidak diketahui persis. Hal ini cukup meragukan kita tentang kebenaran sejarah hidup Nabi Musa yang ditulis dalam Taurat. Oleh karena itu tidak ada satu pun sejarah hidup Musa yang dapat dibenarkan oleh kaum Muslimin kecuali sebagaimana diceritakan oleh Al-Qur’an dan Hadits-hadits shahih.  Akan halnya sejarah hidup Nabi Isa As. sama saja. Injil-injil yang mendapat pengakuan resmi Gereja Masehi ditetapkan atau disusun ratusan tahun setelah Nabi Isa wafat. Injil-injil tersebut adalah saduran dari beratus injil yang ada pada masa itu dan penyadurannya pun tanpa dibatasi pedoman ilmiah. Di samping itu,  penamaan Injil-injil menurut nama penulisnya tidak juga didasari metode ilmiah yang meyakinkan, tidak diriwayatkan melalui jalur (sanad) yang berurutan langsung sampai kepada Si penulis, sehingga kritikus-kritikus Barat bertikai tentang siapa sebenarnya nama penulis-penulis injil itu dan di zaman mana mereka hidup.

Jika demikian keraguan mengenai kebenaran sejarah Rasul-rasul pembawa agama-agama yang tersebar di seantero alam, maka sejarah pendiri-pendiri agama dan filsafat yang ratusan juta penganutnya pun tentu lebih diragukan lagi. Taruhlah Budha Gautama dan Kungfutse, sejarah hidup mereka yang diriwayatkan oleh pengikut-pengikutnya tidak digali dari sumber-sumber yang terpercaya secara ilmiah. Sejarah mereka ini hanyalah merupakan hasil formulasi para pendeta tentang kehidupan mereka sendiri, yang diproyeksikan menjadi sejarah pendiri aliran-aliran tersebut. Setiap generasi penerusnya juga menambah dongeng-dongeng ke dalam sejarah dimaksud, sekalipun hal itu tidak masuk akal sehat dan tidak bebas dari fanatisme yang membabi buta. Setelah melihat-seperti di atas, maka nyatalah sejarah hidup Nabi Muhammad SAW merupakan sejarah yang paling terpercaya kebenarannya.

Kedua

Fase-fase sejarah hidup Nabi Muhammad SAW jelas adanya, yakni sejak dari perkawinan ayahnya (Abdullah) dengan ibunya (Aminah) sampai dengan wafatnya. Kita semua mengetahui kelahirannya, masa kanak-kanak dan masa remajanya. kita tahu pekerjaan-pekerjaan  yang dilakukannya pada masa­-masa sebelum menjadi Nabi, perjalanan-perjalanannya ke luar kota Makkah sampai menjadi Nabi. Yang lebih jelas dan terperinci lagi ialah sejarahnya setelah diangkat sebagai Rasul, sehingga dapat diketahui kronologisnya tahun demi tahun. Adalah beralasan jika kritikus-kritikus Barat mengatakan “Muhammad lah satu-satunya Rasul yang dilahirkan dalam riwayat hidup yang jelas.”

Tidak kita dapati sejarah Rasul-rasul terdahulu yang sama atau hampir sama jelasnya dengan sejarah Nabi Muhammad SAW. Biografi Nabi Musa dan Isa misalnya sedikit sekali yang dapat diketahui.

Ketiga

Sejarah Nabi Muhammad SAW merupakan lukisan sejarah seorang manusia biasa yang menda­pat keistimewaan berupa kerasulan, sehingga tidak keluar dari kemanusiaannya tidak dibumbui dengan dongeng-dongeng dan tidak pula diberi atribut­-atribut ketuhanan sedikit pun. Jika dibandingkan dengan sejarah Nabi Isa As. yang disusun oleh orang-orang Masehi atau dengan sejarah Budha dan lain sebagainya, maka tampak jelas bedanya. Apa-apa yang diriwayatkan tentang mereka itu amat besar pengaruhnya terhadap sikap atau tingkah laku individual dan sosial para pengikutnya. Pemberian atribut-atribut kepada Nabi Isa dan Budha ternyata membuat kedua tokoh ini tidak mungkin dijadikan contoh teladan oleh manusia lain, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan sosialnya. Nabi Muhammad adalah sebaliknya, karena tidak diberi atribut ketuhanan dapatlah beliau dijadikan contoh oleh siapa pun. Inilah yang dinyatakan oleh ayat:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir dan banyak berdzikir.” (Q.S. Al-Ahzab: 21)


Keempat

Sejarah hidup Rasulullah mencakup semua segi kemanusiaan. Sejarahnya semasa belum menjadi Rasul, merupakan sejarah seorang pemuda yang lurus. Sejarah seorang Rasul mengajak ke jalan Allah dengan metode yang dapat diterima dan mencurahkan seluruh kemampuan yang ada padanya guna menyampaikan risalah. Sejarah hidup Nabi mengisahkan  dirinya sebagai kepala negara yang berhasil meletakkan setepat-tepat dan sebagus-bagus sistem kenegaraan, mengawasinya dengan sigap, tulus dan jujur. Sejarah Rasulullah melukiskan beliau sebagai seorang suami dan seorang ayah yang penuh kasih sayang, ramah dan pandai membedakan mana hak dan mana kewajiban masing-masing anggota keluarga, sebagai  seorang pendidik dan pembimbing yang menuntun sahabat-sahabatnya dengan pendidikan yang patut ditiru sebagai jalan menanamkan semangatnya ke dalam jiwa mereka, hingga mengi­kuti teladannya, baik dalam soal kecil maupun dalam soal besar. Sejarah Nabi SAW juga mengisahkan dirinya sebagai seorang Rasul yang benar, melaksa­nakan keharusan-keharusan dalam persahabatan yang berupa kewajiban maupun tata tertibnya, sehingga sahabat-sahabat tersebut sangat menya­yanginya seperti menyayangi diri sendiri, bahkan lebih sayang ketimbang terhadap keluarga dan sanak family. Sejarah hidup Nabi Muhammad juga menceritakan beliau sebagai seorang ahli perang yang perkasa, sebagai panglima yang unggul, sebagai politikus yang sukses, sebagai seorang tetangga yang terpercaya dan seorang yang selalu menepati janji.

Pendeknya, sejarah Rasulullah SAW benar-benar merupakan sejarah yang mencakup semua segi manusiawi yang terdapat dalam masyarakat. Inilah yang membuatnya menjadi teladan yang baik untuk setiap da’i, panglima, ayah, suami, pendidik, politisi, negarawan dan seterusnya.

Kelengkapan serupa atau hampir serupa dengan kelengkapan sejarah Nabi Muhammad SAW tidak pernah dijumpai dalam biografi Rasul-rasul terdahulu. Nabi Musa As. misalnya hanya merupakan pemimpin yang berhasil membebaskan umatnya dan perbu­dakan, kemudian berhasil meletakkan kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip kemasyarakatan yang berguna. Tetapi dalam sejarahnya tidak ada sesuatu yang membuat beliau pantas dijadikan contoh oleh tentara, oleh para pendidik, politikus-politikus, kepala-kepala negara, oleh bapak atau oleh suami-suami. Sejarah Nabi Isa hanya menggambarkan beliau sebagai da’i yang zuhud (tidak mementingkan dunia). Beliau tidak punya harta, rumah dan kekayaan lainnya. Sejarah Nabi Isa seperti yang dipahami oleh orang­-orang Kristen sama sekali tidak menggambarkan beliau sebagai seorang panglima perang atau sebagai kepala negara, tidak pula tergambarkan beliau sebagai seorang ayah, seorang suami, atau seorang yang berani. Ketidaklengkapan ini juga ditemui dalam sejarah hidup Büdha, Kungfutse, Aristoteles, Plato, dan orang-orang bersejarah lainnya. Mereka ini tidak menjadi suri teladan. Kalaupun ada, hanya dalam segi tertentu saja. Satu-satunya manusia bersejarah yang pantas dijadikan teladan dalam semua segi kehidupan adalah Muhammad SAW.

Kelima

Sejarah Nabi Muhammad SAW yang lengkap itu sendiri merupakan bukti kebenaran risalah dan kerasulannya. Sejarah beliau merupakan sejarah insan kamil 1) yang melaksanakan dakwahnya setapak demi setapak. Tidak dengan menggunakan mukjizat atau hal-hal yang luar biasa, tetapi justru dengan cara dan jalan biasa. Dalam melaksanakan dakwahnya beliau sering diganggu atau disakiti, dan dakwah beliau memperoleh pengikut setia dan jika tidak dapat mengelak dan terjadinya peperangan, maka beliau pun berperang. Beliau bertindak bijaksana dan simpatik. Sampai saat wafatnya dakwah beliau telah meratai anak benua Arab, tidak dengan menggunakan cara-cara kekuasaan, akan tetapi meng­gunakan cara ihsan. Siapa saja yang paham benar adat keyakinan orang-orang Arab pada waktu itu, mengetahui betul bagaimana kerasnya tantangan yang mereka berikan, mengerti benar tidak seimbangnya kekuatan pihak Nabi dibanding dengan kekuatan lawan, mengetahui singkatnya waktu yang dihabiskan dalam tugas kerasulannya, pastilah orang itu yakin akan kebenaran kerasulan beliau. Allah Swt. memberikan ketetapan hati, kekuatan jiwa, keluasan pengaruh dan kemenangan kepada Muhammad SAW tidak lain hanya karena dia benar-benar seorang Nabi yang benar. Tidak mungkin Allah akan memberikan kualitas-kualitas seperti itu, kalau dia seorang yang dusta. Sejarah hidup Rasulullah SAW benar-benar membuat kita yakin terhadap kebenaran risalahnya. Kita meyakini­nya hanyalah karena cocok dengan akal pikiran, bukan karena mukjizat. Iman bangsa Arab kepada kebenaran risalahnya tidak pertama-tama didasari oleh adanya mukjizat yang keluar. Tak satu mukjizat Nabi pun yang menjadi sebab berimannya orang-­orang kafir yang degil itu. Sebab suatu mukjizat material tentu hanya bernilai bagi orang-orang yang menyaksikannya, sedangkan iman orang-orang yang tidak menyaksikan seperti kita sekarang semata-­mata berdasarkan pengakuan dan pembenaran secara akal atas kebenaran risalahnya. Al-Qur’an yang merupakan mukjizat akli itu pasti menggoda setiap orang yang berakal dan berkeinsyafan untuk percaya kepada risalah Muhammad SAW.

Tak pelak lagi hal ini pun membedakan sejarah Nabi Muhammad dengan Nabi-nabi sebelumnya. Percayanya umat Nabi terdahulu kepadanya hanya karena menyaksikan keluarbiasaan yang dibawa, bukan karena pertimbangan akal sehat dan pema­hamannya tentang prinsip-prinsip ajarannya. Nabi Isa As. adalah contoh dalam hal ini. Allah mence­ritakan dalam Al-Qur’an, senjata yang diberikan Allah kepada beliau guna meyakinkan orang Yahudi ialah mukjizat. Yaitu dapat menyembuhkan penyakit bisu dan belang, dapat menghidupkan orang yang sudah mati, dapat menurunkan langsung makanan berlimpah ruah dari langit.
Apa yang kita katakan tadi ternyata dibenarkan oleh Injil-injil yang ada, mukjizat-mukjizat mate­riallah satu-satunya sebab berimannya sekelompok orang kepada Nabi Isa. Betapa bedanya antara keterangan Injil dan Qur’an tentang sebab-sebab berimannya umat Nabi Isa. Kalau Al-Qur’an menya­takan sebab dimaksud ialah kebenaran kerasulan Isa, maka Injil-injil yang ada kini menyatakan karena keluarbiasaannya, bahkan beliau dianggap pula sebagai Tuhan atau Anak Tuhan. Setelah wafatnya Nabi Isa, agama Masehi tersebar karena hal-hal yang luar biasa. Agama Masehi benar-benar didasar­kan kepada mukjizat. Demikian menurut keterangan-­keterangan yang dapat dibaca dalam Injil-injil yang ada sekarang.

Jika dibandingkan dengan sejarah Nabi Muham­mad, maka nyata benar bedanya, kalau umat Nabi Isa beriman karena mukjizat, maka umat Nabi Muhammad beriman karena memang ajarannya bisa diterima oleh akal sehat. Adanya mukjizat Nabi Muhammad tidak lain merupakan bukti keagungan­nya, untuk mematahkan alasan-alasan orang-orang yang ingkar lagi keras kepala. Orang yang meneliti Al-Qur’an akan menemukan, metode yang dipakai guna meyakinkan setiap pembacanya adalah metode akli dan fakta-fakta nyata mengenai keagungan ciptaan Allah. Memahami kemukminan Rasulullah SAW akan menjadi bukti dan kebenaran kerasulan Muhammad.

Firman Allah
وَقَالُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ ءَايَاتٌ مِنْ رَبِّهِ قُلْ إِنَّمَا الْآيَاتُ عِنْدَ اللَّهِ وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ
أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Dan mereka berkata: mengapa tidak diturunkan baginya mukjizat-mukjizat dan Tuhannya? Katakan, sesungguhnya mukjizat itu adalah kuasa Allah dan aku hanyalah pemberi peringatan yang nyata. Apakah mereka tidak merasa cukup, telah kami turunkan kitab yang dibacakan kepada mereka. Sesungguhnya di dalamnya terdapat rahmat dan peringatan bagi kaum yang beriman.” (QS. Al-Ankabut: 50-51)

Ketika orang-orang Quraisy mendesak agar Nabi Muhammad memperlihatkan mukjizat, maka Allah menyuruh beliau menjawab seperti dalam ayat berikut

وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الْأَرْضِ يَنْبُوعًا
أَوْ تَكُونَ لَكَ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الْأَنْهَارَ خِلَالَهَا تَفْجِيرًا
أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ عَلَيْنَا كِسَفًا أَوْ تَأْتِيَ بِاللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ قَبِيلًا
أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِنْ زُخْرُفٍ أَوْ تَرْقَى فِي السَّمَاءِ وَلَنْ نُؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّى تُنَزِّلَ عَلَيْنَا كِتَابًا نَقْرَؤُهُ قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلَّا بَشَرًا رَسُولًا
“Dan mereka berkata: kami tidak akan percaya kepadamu sehingga engkau pancarkan untuk kami mata air dan bumi. Atau engkau memiliki kebun korma dan anggur dan di celah-celahnya ada sungai yang mengalir. Atau engkau gugurkan langit berkeping-keping seperti yang engkau katakan. Atau engkau hadapkan Allah Dan Malaikat kepada kami. Atau engkau memiliki sebuah rumah dan emas dan engkau naik ke langit. Dan kami tidak akan percaya dengan kenaikanmu itu sebelum engkau turun membawa kitab yang dapat kami baca. Katakan, Maha Suci Allah Tuhanku aku ini adalah seorang manusia yang diutus.” (QS. Al-Isra’: 90-93)

Demikian jelasnya Al-Qur’an menyatakan Muhammad adalah manusia yang diutus tidak didasarkan kepada hal-hal yang luar biasa atau mukjizat, tetapi diarahkan kepada pertimbangan akal dan hati nurani.

فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
“Siapa saja yang dikehendaki Allah untuk beriman, maka akan dilapangkan dadanya untuk menerima Islam.” (QS. Al-An’am: 125)

– Bersambung

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Di Tanggapi