Selasa, 23 Desember 2008

Melihat Syurga Di Depan Mata


Mukadimmah

Surga adalah suatu pembalasan yang agung dan pahala tertinggi bagi para hamba Allah yang taat. Surga merupakan suatu kenikmatan sempurna. Tak ada sedikit pun kekurangannya. Tak ada kemuraman di dalamnya.

Penggambaran surga yang difirmankan oleh Allah dan disabdakan oleh Nabi, memang hampir tak mampu kita gambarkan dengan otak dan imajinasi kita yang terbatas ini. Betapa sulit membayangkan kenikmatan yang demikian besar. Sungguh kemampuan imajinasi kita akan terbentur pada keterbatasannya.

Kita coba untuk memvisualisasikan dalam angan hadits Qudsi yang menceritakan tentang gambaran surga berikut ini,

“Kami sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu, yang tak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga dan tak pernah terlintas oleh hati manusia…”

“Seorang pun tak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As-sajdah 17)

Allah SWT menentukan hari masuknya ke surga pada waktu tertentu dan memutuskan jatah hidup di dunia pada batas waktu tertentu serta menyiapkan di dalam surga berbagai kenikmatan yang tidak pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan terlintas dalam hati. Dia memperlihatkan dengan jelas surga kepada mereka agar dapat melihatnya dengan mata hatinya karena penglihatan mata hati lebih tajam daripada pandangan mata kepala.

Para sahabat Nabi Muhammad SAW, para tabi’in dan tabi’it-tabi’in, ahli sunnah dan ahlul Hadits seluruhnya termasuk para fuqaha, pengikut aliran tasawwuf dan orang-orang yang zuhud meyakini surga dan mengesahkannya berdasarkan nash-nash (teks-teks) Al-Qur’an, sunnah dan informasi para Rasul terdahulu dan terakhir. Para Rasul tanpa terkecuali mengajak umat manusia kepada surga. Mereka membeberkan profil surga secara utuh dan gamblang.

“Sesungguhnya jika salah seorang dari kalian meninggal dunia, maka kursinya diperlihatkan kepadanya setiap pagi dan petang. Jika ia penghuni surga, maka ia adalah penghuni surga. Jika ia penghuni neraka, maka ia adalah penghuni neraka. Kemudian dikatakan, Inilah kursimu hingga Allah Ta’ala membangkitkanmu pada hari kiamat nanti.” (Bukhari-Muslim)

Sungguh Nabi Muhammad Saw telah melihat di dekatnya terdapat surga tempat tinggal sebagaimana disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim hadits dari Anas dalam kisah Isra’ dan Mi’raj. Pada akhir hadits tersebut dijelaskan,

“Jibril berjalan terus hingga tiba di Sidratul Muntaha dan ternyata Sidratul Muntaha ditutup dengan warna yang tidak aku ketahui.” kata Rasulullah saw. lebih lanjut, “Kemudian aku masuk ke dalam surga dan ternyata di dalamnya terdapat kubah dari mutiara dan tanahnya beraroma kesturi. (Bukhari-Muslim)

Simaklah sebuah puisi tentang surga:

Kali“Wahai penghuni surga, kalian di surga ini

tetap dalam kenikmatan dan tak pernah terputus

an hidup terus dan tidak akan mati

Kalian berdomisili di sini terus dan tak akan pindah tempat

Dan kalian muda terus serta tidak tua”

Pintu Surga

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

“Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Rabbnya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, “Kesejahteraan (dilimpahkan) atas kalian, berbahagialah kalian! Maka masukilah surga ini, sedang kalian kekal di dalamnya.” (Az-Zumar 39:73)

Cobalah renungkan ketika kelompok di atas digiring menuju tempatnya di surga secara berkelompok. Kelompok yang bahagia bersama dengan saudara-saudaranya. Mereka digiring dengan bersatu padu. Masing-masing dari mereka terlibat dalam amal perbuatan dan saling kerjasama dengan kelompoknya serta memberi kabar gembira kepada orang-orang yang hatinya kuat sebagaimana di dunia pada saat mereka bersatu dalam kebaikan. Selain itu, setiap orang dari mereka akRabb dengan lainnya dan saling canda antar sesamanya.

“(Yaitu) Surga Aden yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka. Di dalamnya mereka bertelekan (di atas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di surga tersebut.” (Shaad: 50-51)

Anda perhatikan bahwa ada makna indah pada ayat di atas ketika mereka telah masuk ke dalam surga, maka pintu-pintu itu tidak tertutup bagi mereka dan dibiarkan terbuka lebar untuk mereka. Sedangkan neraka, jika para penghuninya telah masuk ke dalamnya, maka pintu-pintu langsung ditutup rapat bagi mereka.

“Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka.” (Al-Humazah:8)

Dibiarkannya pintu-pintu surga terbuka untuk para penghuninya adalah isyarat bahwa mereka dapat bergerak secara leluasa bagi mereka. Serta masuknya para malaikat masuk setiap waktu kepada mereka dengan membawa hadiah-hadiah dan rizki untuk mereka dari Rabb mereka serta apa saja yang menggembirakan mereka dalam setiap waktu.

“Di surga terdapat delapan pintu. Ada pintu yang namanya Ar-Rayyan yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang puasa.”(Bukhari dan Muslim).

“Barang Siapa yang berinfak dengan sepasang unta atau kuda atau lainnya di jalan Allah SWT, maka ia dipanggil dari pintu-pintu surga. “Wahai hamba Allah, pintu ini lebih baik. Barang Siapa yang rajin shalat, maka ia dipanggil di pintu shalat. Barang Siapa berjihad, maka ia dipanggil di pintu jihad. Barang Siapa rajin bershadaqah, maka ia masuk dari pintu shadaqah. Dan barang siapa puasa, maka ia dipanggil dari Ar-rayyan.”Abu Bakar berkata,”Wahai Rasulullah, apakah setiap orang dipanggil dari pintu-pintu tersebut? Adakah orang dipanggil dari semua pintu tersebut? Rasulullah saw. menjawab,”Ya, dan aku berharap engkau termasuk dari mereka.”

“Siapa di antara kalian yang berwudhu kemudian menyempurnakan wudhunya lalu membaca Asyhadu an laa ilaaha illallahu wahdahulaa syarikalahu wa asyhadu anna Muhammadan abduhu warasuluhu, melainkan dibukakan baginya pintu-pintu surga yang berjumlah delapan dan ia masuk dari mana saja yang ia sukai.”(Muslim)

“Jika seorang muslim mempunyai tiga orang anak yang belum baligh kemudian meninggal dunia, maka mereka menjumpainya di pintu-pintu surga yang delapan dan ia bebas masuk dari pintu mana saja yang ia sukai.” (Ibnu Majah)

“…Demi Muhammad yang jiwanya ada di Tangan-Nya, jarak antara dua daun pintu surga adalah seperti Makkah dan Hajar atau Hajar dan Makkah.”(Bukhari)

Dalam redaksi lain,

“Antara Makkah dan Hajar atau Makkah dengan Bushra.” (Hadits ini keshahihannya disepakati pakar hadits).

“Kalian adalah penyempurna tujuh puluh umat. Kalian adalah umat yang terbaik dan termulia di sisi Allah. Jarak di antara dua daun pintu surga adalah empat puluh tahun. Pada suatu hari ia akan penuh sesak.” (HR Ahmad)

“Pintu yang dimasuki oleh penghuni surga jaraknya adalah sejauh perjalanan pengembara dunia yang ahli tiga kali lipat. Kemudian penghuni surga memnuhinya hingga pundak mereka nyaris lengkap.” (HR Abu Nu’aim)

Tanah dan lumpur surga

Abu Hurairah Radhiallahu anhu berkata,

“Wahai Rasulullah, terangkan kepada kami tentang surga dan bangunannya?”Rasulullah saw. bersabda,”Batu batanya dari emas dan perak. Adukannya beraroma kesturi. Kerikilnya adalah mutiara lu’lu’ dan mutiara yakut. Tanahnya adalah Za’rafan.” (Ibnu Hibban, Ibnu Maah, Ahmad, Ibnu Hibban dan Tirmidzi)

Begitulah disebutkan hadits-hadits ini bahwa tanah surga adalah za’rafan. Ibnu Shayyad bertanya kepada Rasulullah saw. tentang tanah surga, beliau menjawab,”Ia merupakan tepung putih, beraroma kesturi dan bersih.” (HR Muslim)

Sekelompok generasi salaf berpendapat bahwa tanah surga tidak lebih dari dua: kesturi dan za’rafan.Makna pertama, bahwa tanahnya adalah berupa za’rafan dan jika diberi air, maka menjadi kesturi. Lumpur juga bisa dinamakan tanah. “Lumpurnya adalah kesturi.” Makna kedua, tanah surga adalah ibarat za’rafan dari sisi warnanya dan kesturi dari sisi aromanya dan ini sesuatu yang sangat indah.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah saw. bersabda,

” Tanah surga berwarna putih, halamannya adalah batu-batu dari kapur barus dan ia dikelililingi oleh kesturi seperti bukit pasir. Di dalamnya terdapat sungai-sungai yang mengalir kemudian penghuni surga dari yang paling depan dan belakang berkumpul di dalamnya dan berkenalan. Lantas Allah SWT meniupkan angin rahmat lalu berhembuslah aroma kesturi pada mereka. Masing-masing mereka pulang menemui istrinya dan mereka bertambah tampan hingga istrinya berkata, “Sungguh tadi engkau ke luar dari sisiku sementara saya tidak begitu jelas melihatmu dan sekarang saya semakin terpikat olehmu.”

“Sesungguhnya Allah membangun surga-surga Aden dengan tangan-Nya sendiri. Bangunannya terdiri dari batu bata dari emas dan perak. Ia menjadikan adukannya kesturi, tanahnya adalah za’rafan, kerikilnya adalah mutiara lu’lu’ kemudian Allah berkata kepadanya, “Berbicaralah”” Surga-surga Aden menjawab, “Sungguh, orang-orang beriman beruntung!” Para malaikat berkata,”Berbahagialah Anda karena Anda menjadi tempat tinggal raja.”

Sungai di surga

Allah menerangkan bahwa di dalam surga itu mengalir di bawahnya sungai-sungai.

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.” (Al-Baqarah 2:25)

“Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga Aden, mengalir sungai-sungai di bawahnya.”(Al-kahfi:31)

Rasulullah saw. memberitahu kita tentang sungai di surga dengan jelas sewaktu beliau isra’-mi’raj. Beliau melihat empat sungai yang ke luar dari sumbernya (Sidratul Muntaha), dua sungai yang nampak dan dua sungai yang bathin (tidak nampak). Lalu beliau bertanya kepada Jibril, “Sungai apakah ini? “Jibril menjawab, “Sungai yang tidak tampak (tapi dapat dilihat) ini adalah sungai dari surga, sedangkan yang tampak ini adalah Sungai Nil dan Furat.”

Hadits dari Anas bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Sebuah pohon diangkat untukku, tiba-tiba aku melihat empat sungai, dua sungai dzahir dan dua sungai bathin. Adapun yang dzahir itu adalah sungai Nil dan Furat, sedangkan yang bathin adalah sungai dari surga.”

Hadits dari Abu Hurairah ra,

“Dua sungai yang kedua-duanya tertutup serta sungai Nil dan Furat, semuanya dari sungai surga.”

Telaga Kautsar juga termasuk sungai yang diberikan Allah kepada Muhammad SAW:

“Pada suatu hari aku berjalan-jalan di surga, lalu aku melihat sebuah sungai yang dikelilingi kubah-kubah mutiara yang dilubangi, maka aku bertanya kepada Jibril, “Apakah ini wahai Jibril?” Ia menjawab, “Ini adalah Telaga Kautsar yang Allah telah memberikannya kepada Anda. “Adapun baunya seperti misyik yang harum.” (HR Bukhari)

Al-Hafidz telah mengumpulkan beberapa hadits yang menceritakan tentang Telaga Al-Kautsar. Termasuk di dalamnya, hadits yang diriwayatkan Muslim dari Anas, bahwa ketika turun ayat Inna a’thaina kal kautsar (“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.”), Rasulullah Saw bertanya,” Tahukah kalian, apakah Al-kautsar itu?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Rasulullah saw. bersabda, “Yaitu sebuah sungai yang telah dijanjikan Allah kepadaku. Di sana terdapat banyak kebaikan.”

“Aku masuk ke dalam surga, ternyata dua tepinya adalah kemah dari mutiara. Aku celupkan tanganku ke airnya, ternyata aku mencium aroma kesturi yang harum mewangi. Aku bertanya, “Untuk siapa ini Jibril?” kata Jibril, “Inilah Al-kautsar yang diberikan Rabbmu Azza wa Jalla kepadamu.” (HR Ahmad dan Bukhari)

“Al-Kautsar adalah sungai di surga. Kedua tepinya dari emas. Saluran airnya adalah mutiara dan intan berlian. Tanahnya lebih wangi daripada kesturi. Airnya lebih manis daripada madu dan lebih putih dari es.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Sungai-sungai di surga tidak hanya berisi air. Air hanya salah satu isinya di samping susu, arak dan madu. Allah SWT berfirman,

“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa, di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamer (arak) yang lezat rasanya bagi yang meminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring.” (Muhammad: 15)

Di dalam Sunan Tirmidzi dari hakim bin Mu’awiyah, Rasulullah saw. bersabda,” Sesungguhnya di dalam surga itu ada lautan madu, lautan arak, lautan susu, dan lautan air, kemudian lautan itu dibelah.” (HR Tirmidzi)

“Para syuhada berada di Bariq (sungai) di dekat pintu surga, di dalam kubah yang berwarna hijau. Di sanalah ke luar rizki mereka dari surga, pagi dan sore.”

Penghuni Surga

Rasulullah saw. bersabda,

“Allah Azza wajalla menciptakan Adam mirip dengan wajah-Nya. Postur tubuh Adam adalah enam puluh hasta. Usai menciptakan Adam Allah berfirman, “Pergilah dan ucapkan salam kepada sekumpulan tersebut. Mereka adalah para malaikat yang sedang duduk-duduk dan mendengarkan salam yang mereka sampaikan kepadamu, karena salam tersebut adalah salammu dan salam anak keturunanmu.”

Kata Rasulullah SAW, “Lalu Adam pergi ke tempat mereka dan berkata, “Salam sejahtera atas kalian.” Mereka menjawab, “Salam sejahtera juga atasmu dan begitu juga rahmat Allah.” Kata Rasulullah saw. lebih lanjut, “Maka setiap orang yang masuk ke dalam surga wajahnya seperti wajah Adam dan postur tubuhnya adalah enam puluh hasta. Setelah Adam, manusia mengecil hingga sekarang.” (HR Ahmad, Bukhari dan Muslim)

“Penghuni surga masuk ke dalam surga dengan rambut pendek, belum berjenggot, matanya bercelak dan usianya tiga puluh tiga tahun.” (HR Tirmidzi)

“Jika penghuni surga meninggal dunia, baik pada saat kecil atau tua, maka mereka dikembalikan dengan usia tiga puluh tahun di surga dan usianya tidak bertambah selama-lamanya. Begitu juga penghuni neraka.” (HR Tirmidzi)

“Penghuni surga masuk surga dengan ketinggian Adam, enam puluh hasta dengan ukuran orang besar, dengan wajah tampan setampan Nabi Yusuf, Seusia Nabi Isa, tiga puluh tiga tahun, lidahnya fasih sefasih Nabi Muhammad, belum berjenggot dan berambut pendek.” (HR Ibnu Abu Dunya)

“Sesungguhnya derajat penghuni surga yang paling rendah yang berada di tingkat keenam dan ketujuh. Disediakan baginya tiga ratus pelayan yang setiap pagi dan sore melayaninya dengan memberikan tiga ratus piring. Yang saya ketahui piring tersebut terbuat dari emas.“

“Setiap piring mempunyai warna tersendiri yang tidak dimiliki oleh piring yang lain. Ia menikmati dari piring yang pertama hingga piring terakhir. Pelayan-pelayan juga memberikan tiga ratus minuman di mana setiap minuman mempunyai warna tersendiri yang tidak dimiliki oleh tempat minum yang lain. Ia menikmati tempat minum pertama hingga tempat minum terakhir.”

Ia berkata,” Rabbku, jika Engkau mengizinkan, maka aku akan memberi makan dan minum kepada penghuni surga dengan tidak mengurangi jatah yang diberikan kepadaku. “Sesungguhnya ia mempunyai istri sebanyak tujuh puluh dua orang yang berasal dari wanita-wanita surgawi yang matanya cantik jelita belum temasuk istri-istrinya dari wanita dunia. Salah seorang dari istri-istri mereka mengambil tempat duduknya yang panjangnya satu mil ukuran dunia.”(HR Ahmad)

“….Dan penghuni surga yang paling tinggi/mulia di sisi Allah adalah orang yang melihat wajah Allah setiap pagi dan petang. Kemudian Rasulullah saw. membaca ayat, “Wajah-wajah (orang-orang Mukmin) pada saat itu berseri-seri. Kepada Rabbnyalah mereka melihat.” (HR Tirmidzi)

Tempat tinggal penghuni surga

Allah berfirman,” Dan (memasukkan kamu ) ke dalam surga tempat-tempat yang baik di dalam Surga Aden.” (Ash-Shaaf: 12)

”Dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (di dalam surga)”(Saba’:37)

“Tetapi orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhannya mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat—tempat yang tinggi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Allah telah berjanji dengan sebenarnya. Allah tidak mengingkari janji-Nya.” (Az-Zumar: 20)

Ibnu Katsir berkata, “Allah memberitahu hamba-hamba-Nya yang beruntung bahwa mereka akan diberi beberapa tempat di surga berupa gedung-gedung yang tinggi.”

Rasulullah menerangkan sifat-sifat gedung-gedung tinggi ini sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Abu malik Al-‘Asy’ari dan Tirmidzi serta Ali. Beliau bersabda,

“ Sesungguhnya di dalam surga itu ada beberapa kamar yang dapat dilihat luarnya dari dalamnya dan dalamnya dari luarnya. Semuanya ini disediakan bagi orang-orang yang memberi makan kepada orang lain, memaniskan pembicaraan, ikut berpuasa, dan menjalankan shalat malam saat orang lain tidur.”

“Sesungguhnya bagi orang-orang mukmin di dalam surga disediakan kemah dari satu mutiara yang berongga, sedangkan panjangnya enam puluh mil. Orang-orang mukmin memiliki keluarga yang berkeliling di sana, namun antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain tidak saling mengetahui.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah mengatakan bahwa Jibril datang kepada Nabi SAW, lalu berkata, “Ya Rasulullah, ini Khadijah telah datang dengan membawa lauk dan makanan. Bila ia datang kepada Rasul, sampaikanlah salam dari Rabbnya dan dari saya dan berikan kabar gembira dengan rumah di dalam surga yang terbuat dari pohon yang tidak rendah dan tidak tinggi.”

Dari Jabir, ia berkata, Rasulullah bersabda,

“Aku masuk surga, lalu bertemu dengan Rumaisya, istri Abu Thalhah, dan aku juga mendengar suara orang berjalan, kemudian aku bertanya kepadanya,

”Siapakah itu?” Orang itu menjawab,”Bilal, ya Rasulullah.” Lalu aku melihat gedung yang halamannya ada seorang jariyah (budak wanita), aku bertanya,

”Milik siapakah jariah ini?” Mereka menjawab, “Milik Umar bin Khatab.” Lalu aku masuk ke dalam rumah serta melihat jariyah tadi sehingga teringat cemburumu.” Umar berkata,

” Demi ibu dan bapak, ya Rasulullah, apakah terhadap Rasul aku cemburu?” (HR Bukhari)

Rasul memberitahu kepada orang-orang beriman agar mereka dapat tambahan rumah di surga dengan sabdanya,

“Barang siapa membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangun untuknya rumah di dalam surga.”

“Barang siapa menjalankan shalat malam sehari semalam dua belas rakaat shalat sunnah, maka Allah akan membangunkan baginya rumah di dalam surga.”

Orang yang pertama kali masuk Surga tanpa dihisab dan ciri-cirinya

Ibnu Katsir menampilkan beberapa hadits mengenai hal di atas antara lain hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, bersumber dari Anas, bahwa Rasulullah bersabda,” Saya adalah orang pertama yang mengetuk pintu surga.”

Dari ia juga menginformasikan sabda Nabi berikut ini,

“Saya datang ke pintu surga, lalu saya buka. Sang penjaga bertanya, “Siapakah Anda?” Saya menjawab, “Saya Muhammad.” Penjaga pintu lalu berkata, “Saya memang diperintah agar pintu surga ini tidak saya buka sebelum Anda terlebih dulu masuk.” (HR Muslim)

Rasulullah bersabda, “Jibril datang kepada saya dan memberi informasi tentang pintu surga yang akan dimasuki oleh umatku.” Mendengar itu, Abu Bakar bertanya, “Ya Rasulullah saw. aku ingin bersamamu hingga dapat melihat pintu surga.” Rasulullah menjawab, “Engkau wahai Abu bakar, adalah orang pertama dari umatku yang memasuki surga.”(HR Bukhari-Muslim)

Pertama kali dari golongan umat yang masuk surga tanpa melalui proses hisab ialah mereka yang berderajat tinggi dan agung dalam iman dan taqwanya, beramal shaleh dan istiqamah.

“Mereka berbaris dalam satu regu, wajah mereka memancarkan kepuasan seperti bulan pertama. Tubuh mereka bersih dari kotoran. Tidak meludah, tidak berdahak dan tidak pula buang air. Tempat-tempat singgahnya terbuat dari emas, sisirnya terbuat juga dari emas dan perak. Tempat apinya adalah kayud, keringatnya berupa minyak misyk, setiap lelaki memiliki pasangan istri yang kulitnya cemerlang seolah-olah sumsumnya tampak dari balik daging. Mereka tidak pernah berselisih, tidak saling membenci sebab mereka sehati. Bacaannya tiap kali adalah tasbih, setiap pagi maupun sore.” (HR Bukhari)

Rasulullah saw. bersabda,

“Pasti masuk surga di antara umatku yang berjumlah tujuh puluh ribu orang tanpa hisab atau tujuh ratus ribu orang. Mereka saling bergandeng hingga masuk surga semuanya. Wajah mereka seperti rembulan pada saat pertama.”(HR Bukhari dan Muslim)

Ibnu Abbas ra berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda,

“Semua umat diperlihatkan kepadaku kemudian aku lihat ada nabi yang diikuti oleh sekelompok orang pengikutnya. Ada nabi yang diikuti oleh satu dan dua orang. Ada nabi yang tidak diikuti oleh sorangpun. Diangkat kepadaku kumpulan manusia yang sangat banyak lalu aku mengira bahwa mereka adalah umatku lalu dikatakan kepadaku, “Ini adalah Musa dan kaumnya. Lihatlah ke ufuk langit!” Lalu aku melihat ke ufuk langit dan ternyata di sana ada kumpulan manusia yang sangat banyak. Dikatakan kepadaku, “Ini adalah umatmu dan di antara mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa dihisab dan disiksa. Setelah itu Rasulullah masuk ke dalam rumah.

“Sementara orang-orang sibuk membicarakan siapa sebenarnya mereka yang masuk ke dalam surga tanpa hisab dan tanpa disiksa. Sebagian mereka berkata,

”Barangkali mereka adalah mereka yang menemani Rasulullah saw.” Sebagian yang lain berkata, “Barangkali mereka adalah yang dilahirkan dalam keadaan Islam dan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun.” Mereka juga menafsirkan dengan berbagai macam tafsiran.

Lalu Rasulullah ke luar menemui mereka dan bertanya, “Apa yang kalian bicarakan?” Mereka pun menceritakan hasil pembicaraannya. Lantas Rasulullah saw. bersabda,” Mereka adalah orang-orang yang meruqyah dan tidak minta diruqyah, tidak jatuh dalam tathayyur (mengaitkan nasib dengan burung atau lainnya) dan hanya kepada Allah mereka bertawakkal.”

Ukasyah bin Mihshan berdiri lalu berkata, ”Berdoalah kepada Allah agar Ia menjadikan aku di antara mereka. “Rasulullah saw. menjawab, “Anda termasuk di antara mereka!” Orang laki-laki yang lain berdiri dan berkata, “Berdoalah kepada Allah agar Allah menjadikanku di antara mereka!” Rasulullah saw. menjawab, “Anda kalah cepat dengan ‘Ukasyah.”

Orang yang terakhir masuk surga

Ibnul Atsir telah mengumpulkan perawi-perawi hadits ini di dalam Yamiil Ushul, dan di antara hadits itu menceritakan bahwa Abdullah bin Mas’ud ra menyampaikan bahwa Rasulullah saw. bersabda,

”Aku tahu orang terakhir yang ke luar dari neraka dan terakhir masuk surga. Ia ke luar dari neraka sambil merangkak, lalu Allah berfirman kepadanya,“ Pergi dan masuklah ke surga!” Orang itu kemudian pergi menuju surga, namun terbayang olehnya bahwa surga telah penuh, lalu ia kembali kepada Allah dan berkata,“ Ya Allah, surga sudah penuh.” Allah berfirman kepadanya,

“Pergilah dan masuklah ke dalam surga, sebab di sana tidak seperti di dunia melainkan sepuluh kali dunia. Lalu ia berkata, “Apakah Engkau ejek aku, atau Engkau tertawakan aku, sedang Engkau adalah Raja?”

Ibnu Mas’ud berkata, “Saya melihat Nabi tertawa sampai terlihat gerahamnya, lalu berkata, “Itulah yang paling rendah bagi ahli surga.” (HR Bukhari Muslim)

Sebuah hadits riwayat Muslim menyampaikan hal serupa. Dikisahkan, Nabi bercerita tentang laki-laki yang masuk ke surga yang terakhir. Laki-laki itu berjalan pelan-pelan. Allah menyuruhnya segera masuk ke surga. Ia pun berjalan ke arah surga dengan hati yang bimbang. Ia angankan, setiap orang di surga itu telah memiliki rumah sendiri-sendiri. Dalam hatinya ia bertanya, dengan apakah ia akan bertempat tinggal?”

Maka untuk memastikan hatinya, Allah bertanya, “Apakah engkau masih ingat, setiap orang berada di rumahnya sendiri-sendiri?” Ingat ya Allah…”jawabnya penuh dengan angan harapan. “Sepuluh kali lipat rumah dunia?” tanya Allah. Apakah Engkau menghinaku ya Allah, sedangkan Engkau adalah Raja?” Dalam menceritakan itu Nabi tertawa hingga terlihat gigi gerahamnya.”

Makanan dan Minuman Ahli Surga

Di surga itu terdapat banyak makanan dan minuman yang menyenangkan,

“Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih.”(Al-Waqi’ah)

“Makanan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang lalu.” (Al-Haqqah:24)

“Penghuni surga makan dan minum enak-enak. Mereka tidak mengeluarkan ingus dari hidungnya, tidak buang air besar dan tidak pula buang air kecil. Makanan mereka menjadi sendawa yang beraroma kesturi. Mereka selalu diilhamkan untuk bertasbih.”(Hadits Shahih)

“Makanan mereka menjadi apa?” Tanya para sahabat Nabi, “Makanan mereka berubah menjadi sendawa dan keringat seperti aroma kasturi. Mereka diilhamkan bertasbih dan takbir.” (Hadits Shahih)

“Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamer dari sungai yang mengalir. (Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang meminumnya. Tidak ada dalam khamer itu alkohol dan mereka tidak mabuk karenanya.” (Ash-Shaffat:45-47)

“Mereka dikelilingi oleh anak muda yang tetap muda dengan membawa gelas (piala), cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk.” (Al-Waqiah:17-19)

Ibnu Katsir berkata,”…bahkan mereka memperoleh kenikmatan dan kelezatan.”

Pohon, tanaman dan buah-buahan surga

“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri. Dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya). Dan naungan yang terbentang luas. Dan air yang tercurah. Dan buah-buahan yang banyak. Yang tidak berhenti (buahnya) dan tak terlarang mengambilnya.” (Al-Waqi’ah: 27-33)

“… Orang Badui bertanya, “Rasulullah, aku dengar baginda menyatakan bahwa di surga terdapat pohon yang durinya sangat banyak. Menurut pengetahuanku tidak ada pohon yang durinya lebih banyak daripada pohon At-Thalhu? Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya Allah menggantikan bekas setiap duri dengan buah-buahan persis seperti domba yang bulunya lebat. Di dalam buah-buahan tersebut, terdapat tujuh puluh rasa dan rasa yang satu berbeda dengan rasa yang lain.” (Diriwayatkan Abu Nu’aim)

“Sesungguhnya di surga terdapat satu pohon. Penunggang kuda berjalan di bawah naungannya selama tujuh puluh atau seratus tahun. Pohon tersebut adalah pohon Jannatul Khuldi (Surga abadi).” (HR Ahmad)

“Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga itu, mereka mengatakan, “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah:25)

“Apabila seseorang memetik buah-buahan di surga, maka setelah itu buah-buahan itu kembali ke tempatnya semula.” (Diriwayatkan Haitsami)

Bidadari

Ummu Salamah ra berkata,

“Saya pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Terangkan kepadaku mengenai firman Allah Azza Wa Jalla, Hurun’in (bidadari-bidadari yang bermata jelita).”Jawab Nabi, ”Hurun maksudnya putih dan ‘in maksudnya adalah bermata besar dan berwarna blonde (kekuning-kuningan). Wanita Haura’ itu putih seperti sayap burung nasar (Elang). Aku berkata, “Wahai Rasulullah terangkan kepadaku maksud firman Allah Azza Wajalla, ”Seakan-akan mereka adalah permata yang tersimpan baik, warna putih kulit mereka seperti warna putih mutiara yang ada di dalam kerang dan tidak pernah disentuh oleh tangan siapa pun.

”Terangkan Ya Rasulullah, “Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik dan cantik-cantik.” Jawab Rasul, “Mereka wanita-wanita yang mulia akhlaknya dan cantik rupanya.” Terangkan Ya Rasul, “Seakan-akan mereka adalah telur yang tersimpan baik.” Jawab rasul, “Kelembutan dan ketipisan kulit mereka mirip kelembutan dan ketipisan kulit yang engkau lihat pada kulit dalam telur.” Aku berkata, “Apa itu uruban atraba? ”Mereka wanita-wanita yang tertahan di dunia dalam keadaan tua renta, penglihatannya kabur dan kotor bulu alisnya. Lalu Allah ciptakan mereka dalam keadaan perawan-perawan muda. Uruban berarti selalu rindu dan cinta kepada suaminya. Atraban berarti sebaya/sepantar.”

”Manakah yang lebih baik, wanita dunia dan bidadari-bidadari yang bermata jelita? ”Wanita-wanita dunia lebih baik daripada bidadari-bidadari bermata jelita sebagaimana bagian luar itu lebih baik daripada bagian dalam. ”Apa penyebabnya?” Penyebabnya adalah shalatnya, puasanya dan ibadahnya kepada Allah Taala. Allah memberikan cahaya yang bersinar pada raut muka mereka dan mengenakan pakaian sutra pada badan mereka. Warna kulit mereka adalah putih. Pakaiannya hijau. Perhiasannya kuning, pedupaannya mutiara. Sisirnya emas.” Mereka berkata,” kami hidup terus dan tidak mati. Kami senang selama-lamanya dan tak pernah menderita lagi. Dan tidak pindah. Kami selalu ridha dan tidak cemberut selama-lamanya. Berbahagialah bagi siapa yang memiliki kami dan ia menjadi milik kami.”

“Ada di antara wanita dari kalangan kami yang menikah dua atau tiga kali. Jika ia meninggal dunia kemudian masuk surga termasuk suami-suaminya, maka siapa yang menjadi suaminya? ”Wahai Ummu Salamah, ia diberi kebebasan memilih mana di antara suaminya yang paling baik akhlaknya. Ia berkata,” Ya Rabbku, jika suamiku yang ini adalah suamiku yang paling tampan di dunia, maka nikahkan aku dengannya.” Wahai Ummu Salamah, ketampanan wajah musnah dengan kebaikan dunia dan akhirat (HR Thabrani)

Sedangkan ciri-ciri bidadari itu adalah dipingit di kemah-kemah (55:70), cantik wajahnya dan bagus akhlaknya (55:70), perawan, kaya cinta dan sebaya 56:35-38, payudaranya montok (ka’ibun=wanita yang montok payudaranya 78:31-33), dan kulitnya mulus.

“Di surga orang mukmin mempunyai tujuh puluh tiga istri.” Kami bertanya, ”Wahai Rasulullah, apakah ia mempunyai kekuatan untuk menggauli mereka semua?” Sabda Nabi, ”Sesungguhnya ia diberi kekuatan sebesar kekuatan seratus orang.” (HR Abu Nu’aim)

Nama-nama Surga

Al-Jannah (Surga) Al-Mujadalah:16, Darus-salam (Negeri yang penuh kesejahteraan) 6:127, Darul Khuldi (Negeri Abadi) 50:54, Darul Muqamah (Tempat kediaman) 35: 34-35, Jannatul Ma’wa (Surga tempat tinggal) 67:15, Surga Aden 19:61, Darul Hayawan (Negeri Sesungguhnya) 29:64, Firdaus 23:10-11, Jannatun Naim (Surga kenikmatan) 31:8, Al-Maqam Al-Amin (Tempat yang aman) Ad-Dukhan:51, Maq’ad Sidq (Tempat yang disenangi) dan Qadam Sidqi (Pijakan yang disenangi) Al-Qamar:54-55.

Amal yang menyebabkan masuk surga

Surga akan diperoleh oleh orang yang beriman dan beramal shalih (2:25; 4:57; 9:72; 10:9-10 ), Orang yang ikhlas (37:40-43), sabar dan berserah diri (29:58-59), benci kepada orang kafir dan musyrik (Al-Mujadilah:22), Yang bertaqwa (3: 133).

“Ahli surga ada tiga yaitu: Seorang penguasa yang adil, orang yang dermawan, suka menolong, orang yang menaruh belas kasihan terhadap orang lain dan berhati lembut kepada semua kerabatnya yang muslim, dan orang yang selalu menjaga hal-hal yang dilarang Allah serta berkeluarga.” (Hadits)

Penutup

Mudah-mudahan kita semua diizinkan oleh Allah Taala orang-orang yang senantiasa istiqamah di dalam meniti hidup dan kehidupan ini, sehingga ketika ruh ini dicabut oleh-Nya kita menerima anugerah husnul khatimah. Sehingga kita termasuk dan dimasukkan oleh Allah Taala ke dalam golongannya hamba-hamba-Nya yang dipanggil dengan penuh kelembutan oleh-Nya,

“Yaa ayyathuna-nafsul muthma innah, irji-i ila Rabbiki raadhiatan mardhiyyah, fadkhulii fi ibadi wadkhuli jannati.”

Amin ya mujibas-saailin.


Sumber : Materi Kaderisasi

1 komentar:

terima kasih atas informasi-informasi ini yg sungguh berguna.. moga saudara juga tergolong dalam orang-orang yang memasuki syurganya...

Posting Komentar

Silahkan Di Tanggapi